7 Tradisi Unik dari Berbagai Negara untuk Mengenang dan Menghormati Orang Mati

24 Februari 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dia De Los Muertos Foto: Pixabay/Amber_Avalona
zoom-in-whitePerbesar
Dia De Los Muertos Foto: Pixabay/Amber_Avalona
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara dan tradisi untuk mengenang kematian orang tercinta. Setiap negara memiliki caranya masing-masing dalam menunjukkan rasa sayang mereka terhadap anggota keluarga yang telah tiada.
ADVERTISEMENT
Walau kepergian tersebut awalnya disambut dengan rasa duka. Namun, lambat laun, kematian dirayakan dengan suka cita. Dilansir Culture Trip, berikut tujuh tradisi mengenang dan menghormati orang mati di berbagai negara. Yuk, simak ulasannya.

Gaijatra (Nepal)

Saat Gaijatra, anggota keluarga mengangkat foto keluarga yang meninggal dunia Foto: Shutter Stock
Gaijatra (Gai Jatra) dikenal pula sebagai Festival Sapi adalah tradisi masayarakat Nepal untuk memperingati kematian anggota keluarga. Tradisi ini biasanya dirayakan selama delapan hari pada Agustus dan September.
Dalam melakukan Gaijatra, para keluarga yang telah ditinggal mati oleh anggotanya akan mengarak sapi menuju pusat kota. Masyarakat setempat meyakini bahwa mengarak sapi dapat membantu arwah anggota keluarga yang meninggal menuju kehidupan setelah kematian.
Kini Gaijatra tak lagi sekadar tradisi, tetapi jadi festival meriah. Sehingga tradisi itu berkembang bukan cuma untuk membantu arwah yang meninggal, tetapi juga membantu anggota keluarga lainnya untuk menerima kematian, serta mengikhlaskan kepergian orang terkasih.
ADVERTISEMENT

Chuseok (Korea)

Ilustrasi keluarga yang merayakan Chuseok Foto: Flickr/Republic of Korea
Chuseok diperingati sebagai salah satu hari besar, baik di Korea Selatan maupun Utara. Chuseok dirayakan sebagai momen untuk mengucapkan rasa syukur dan memberikan penghormatan pada leluhur atas hasil panen yang baik atau keberuntungan yang terjadi sepanjang tahun.
Pada hari Chuseok, masyarakat Korea biasanya akan mudik untuk bertemu dengan keluarga besar. Memberikan penghormatan pada orang tua dan kemudian dilanjutkan dengan membersihkan makam anggota keluarga atau mengunjungi tempat kremasi.

Famadihana (Madagaskar)

Famadihana dikenal pula sebagai tradisi membalik tulang Foto: Shutter Stock
Di Madagaskar, masyarakat setempat mengenal sebuah tradisi bernama Famadihana. Dalam Famadihana, sanak saudara dan keluarga akan mengganti kain yang digunakan untuk mengubur mayat keluarga tercinta mereka yang telah lebih dulu meninggal.
Perayaan yang dikenal pula sebagai tradisi membalik tulang itu biasanya diikuti dengan pesta besar dan iringan musik yang meriah. Famadihana diyakini dapat mempertahankan hubungan antara orang yang hidup dan mati, sekaligus untuk meminta berkah.
ADVERTISEMENT

Dia De Los Muertos (Meksiko)

Barisan peserta parade Festival Dia de los Muertos di Saltillo. Foto: REUTERS/Daniel Becerril
Perayaan Dia De Los Muertos atau Day of the Dead pernah ditampilkan dalam film animasi bertajuk 'Coco'. Dalam perayaan ini, masyarakat Meksiko akan mengadakan festival dan menghias ofrenda (altar) dengan berbagai sajian, serta foto-foto anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Altar itu digunakan untuk menghormati kerabat yang telah tiada, sekaligus memudahkan jiwa-jiwa orang mati untuk datang dan berkunjung. Orang Meksiko juga percaya bahwa arwah keluarga akan ikut makan dan berpesta, sehingga selama perayaan berlangsung, mereka akan memanjatkan doa pada almarhum.

Pitru Paksha (India)

Masyarakat India tengah berdoa dan melarung persembahan untuk mengenang anggota keluarga yang telah meninggal Foto: Shutter Stock
Pitru Paksha adalah sebuah tradisi Hindu untuk mengenang para leluhur. Mereka akan melarungkan persembahan berupa makanan di sungai, berdoa, lalu makan bersama.
ADVERTISEMENT
Berlangsung selama 15 hari selama bulan Ashwin, Pitru Paksha diyakini dapat membantu jiwa-jiwa yang meninggal untuk mencapai kedamaian.

Obon Matsuri (Jepang)

Tiga orang perempuan berpakaian yukata tengah menari di tengah terangnya lampion dalam Obon Matsuri Foto: Shutter Stock
Festival Obon atau Obon Matsuri merupakan sebuah tradisi menyambut kehadiran arwah leluhur yang kembali bersama keluarga di bumi. Masyarakat Jepang percaya bahwa ada satu waktu dalam setahun, arwah keluarga yang telah meninggal akan datang mengunjungi keluarga yang masih hidup.
Festival Obon diyakini masyarakat Jepang sebagai bentuk penghormatan terhadap orang mati, pembebasan roh, memberikan makanan dan melepaskan arwah dari penderitaan. Dalam Bon Odori, para penari akan menggunakan kostum dan menari sambil diiringi tabuhan gendang khas Jepang.

Ari Muyang (Pulau Carey, Malaysia)

Shaman tengah bersiap-siap memimpin tradisi Ari Muyang Foto: Shutter Stock
Untuk mengucapkan terima kasih pada leluhur, masyarakat Mah Meri di Pulau Carey, Malaysia, biasanya mengadakan sebuah tradisi bernama Ari Muyang. Dalam perayaan itu, penduduk setempat akan mengenakan kostum dan topeng yang indah sekaligus rumit.
ADVERTISEMENT
Mereka juga akan melakukan sembahyang, mengucap doa, dan meminta berkah pada nenek moyang dengan dipimpin oleh shaman.
Menarik sekali, ya. Di antara ketujuh ritual adat ini, ada yang sudah pernah kamu saksikan secara langsung?