Arti Tato Sakral Suku Maori yang dimiliki Menlu Selandia Baru: Identitas Leluhur

7 November 2020 17:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nanaia Mahuta. Foto: AAP / Ben McKay / via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Nanaia Mahuta. Foto: AAP / Ben McKay / via REUTERS
ADVERTISEMENT
Keputusan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern tengah menjadi sorotan publik, setelah menunjuk perempuan keturunan suku Maori bernama Nanaia Mahuta sebagai Menteri Luar Negeri yang baru. Mahuta diangkat menjadi Menlu Selandia Baru, pada Senin (2/11).
ADVERTISEMENT
Sebelum menjabat sebagai Menlu Selandia Baru, Mahuta merupakan anggota parlemen Selandia Baru. Nanania Mahuta pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada 1996. Kabarnya, sebelum menduduki kursi parlemen, Mahuta pernah memegang sejumlah jabatan penting, termasuk di pemerintahan daerah dan pembangunan Maori.
Empat tahun lalu, tepatnya pada 2016, Mahuta pernah tercatat sebagai anggota parlemen perempuan pertama di Selandia Baru yang memakai moko kauae, atau tato tradisional di dagunya. Bagi perempuan suku Maori, moko kauae dianggap sebagai manifestasi fisik dari jati diri yang sebenarnya, demikian ditulis Vice.
Pakaian tradisional Suku Maori dari New Zealand. Foto: Getty Images
Selain itu, moko juga dianggap sakral dan berisi informasi tentang leluhur, sejarah, dan status sosial pemakainya. Menurut catatan sejarawan asal Selandia Baru, Michael King, dalam bukunya berjudul 'Moko', moko adalah ritual peralihan yang menandai perjalanan gadis dan masa dewasa. Bahkan disebutkan pengaplikasian moko juga tak boleh sembarangan, sebab ada aturan sakral saat diterapkan pada seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
Seni tato Maori pertama kali dikenal dunia ketika penjelajah asal Inggris, Captain James Cook, mendarat di Selandia Baru pada 1769. Tato Maori kemudian semakin dikenal di Eropa ketika pada 1814, pemimpin suku Maori bernama Hongi dibawa ke Inggris untuk membantu penerjemahan Injil ke bahasa lokal. Sejak saat itu, kebudayaan suku Maori dikenal oleh dunia dan seni tato Maori juga turut menjadi bagian dari identitas suku itu.
Suku Maori menganggap kepala adalah bagian tubuh yang paling suci, sehingga jenis tato Maori yang paling populer adalah tato wajah, yang terdiri dari bentuk melengkung dan pola seperti spiral. Seringkali tato ini menutupi seluruh wajah dan merupakan simbol pangkat militer, status sosial, kekuasaan, dan prestise. Bagi suku Maori, tato adalah sebuah ritual kedewasaan, yang berarti itu sangat dihormati dan disakralkan. Tato biasanya dimulai pada masa remaja.
ilustrasi suku Maori menggunakan tato wajah Foto: shutter stock
Moko kauae atau yang dikenal sebagai moko merupakan ekspresi warisan nenek moyang (whakapapa) dan identitas budaya seseorang. Desainnya yang rumit mengaitkan sang pemakai dengan silsilah keluarganya. Untuk Mahuta, ia mengaitkan dengan mendiang atu Māori, Te Arikinui Te Atairangikaahu dan raja Māori saat ini, Kingi Tuheitia. Sedangkan, tanda di sisi kiri dan kanan wajah mengacu pada garis keturunan ayah dan ibu seseorang.
ADVERTISEMENT
Dilansir CNN, menurut mitologi Maori, moko dianggap sebagai identitas diri selayaknya sidik jari atau paspor. Praktik tato --dikenal sebagai moko-- diyakini mengambil namanya dari Rūaumoko, dewa gempa bumi dan gunung berapi Māori. Berdasarkan kisah asal-usul Maori, tato moko bermula dari tokoh mitologi, Mataoro, yang jatuh cinta dan menikahi Niwareka, putri seorang penguasa bumi.
Mataoro kemudian ikut dengan istrinya untuk tinggal di bumi. Di sana, ayah Niwareka mengajarinya seni moko dan menyetujui kembalinya mereka ke dunia "nirvana". Tato Moko ini sebagai tanda untuk pengingat agar terhindar dari tindakan kejahatan di masa yang akan datang.
ilustrasi suku Maori Foto: Shutter stock
Hingga saat ini, pembuatan tato moko Suku Maori harus disertai dengan upacara adat dan ritual. Orang yang ditato juga dikarantina dalam area khusus. Mereka cuma bisa makan dengan wadah khusus.
ADVERTISEMENT
Selain itu, orang yang ditato moko diminta untuk tidak buru-buru melakukan kontak seksual begitu tato mengering. Sejatinya, upacara dan larangan itu dilakukan untuk membuat orang yang sedang ditato terhindar dari infeksi. Secara tradisional, pria memiliki tanda di wajah, bokong, dan paha mereka, sedangkan perempuan Suku Maori biasanya membawanya di bibir dan dagu.
Meskipun tato telah dipraktikkan di masyarakat Polinesia selama berabad-abad, kelompok Maori mengembangkan teknik dan alat khusus mereka sendiri. Sekarang ini, moko sedang mengalami kebangkitan kembali, baik dalam bentuk tradisional maupun modern. Desain tato Māori digunakan untuk alasan estetika, tanpa arti tradisionalnya, ini disebut sebagai kirituhi atau seni kulit.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).