Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Festival Qingming atau membersihkan makam jatuh pada hari ini, tepat pada Sabtu (4/4). Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, masyarakat China tak merayakannya dengan sukacita.
ADVERTISEMENT
Tahun ini terasa berbeda karena pandemi virus corona baru saja berakhir di negaranya. Alih-alih keluar rumah dan menyambangi pemakaman bersama keluarga besar, masyarakat di China mengadakan acara peringatan duka.
Dai Jinfeng, misalnya. Ia adalah salah satu warga Wuhan yang terpaksa tak ikut merayakan ritual tahunan Festival Qingming. Agen properti berusia 40 tahun ini mengatakan ia bahkan tak berani menghubungi ibunya karena tahu Festival Qingming sangat penting bagi orang-orang tua.
Ibunya yang telah berusia 67 tahun itu tinggal sendiri dan terus bertanya apakah ia akan datang untuk melakukan ritual tahunan membersihkan makam.
"Dia terus bertanya pada saya, apakah saya akan kembali," katanya terisak saat bercerita pada Reuters. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, ia biasanya berkendara ke pemakaman terdekat untuk menghormati leluhur mereka.
ADVERTISEMENT
Festival Qingming adalah salah satu hari penting bagi masyarakat keturunan Tionghoa. Di Indonesia, festival ini dikenal sebagai Cengbeng. Dalam acara ini, masyarakat keturunan Tionghoa akan berziarah ke makam keuarga dan leluhur bersama-sama.
Mereka akan mengganti bunga yang lama dengan yang baru. Membersihkan makam, menyalakan dupa, dan membakar uang arwah. Tak lupa pula membawa makanan serta sajian bagi leluhur.
Seperti yang diberitakan Antara, Festival Qingming 2020 dialihkan menjadi Hari Berkabung Nasional bagi tenaga medis dan pasien yang meninggal akibat virus corona. Dewan Negara China di Beijing pada Jumat (3/4) mengumumkan, dalam peringatan itu, akan dikibarkan bendera setengah tiang.
Pengibaran bendera setengah tiang dilakukan di seluruh wilayah daratan, kedutaan, dan konsulat jenderal China di berbagai negara. Masyarakat juga akan diajak mengheningkan cipta untuk mengenang ribuan 'martir' yang tewas melawan pandemi selama tiga menit pada pukul 10.00 waktu setempat atau sekitar 09.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Pada saat bersamaan, sirine udara akan dinyalakan menggunakan pesawat terbang tempur di udara, membunyikan klakson mobil, kereta api, dan kapal. Tak cuma itu saja, pihak berwenang di Beijing juga sudah melarang seluruh kegiatan pembersihan sampai 30 April mendatang.
Warga yang hendak melakukan ritual bisa menyewa orang-orang yang bertugas membersihkan kuburan untuk melakukannya. Beberapa warga bahkan menyewa staf pemakaman yang menghadirkan fasilitas live streaming.
Hal ini dilakukan agar mereka bisa melihat langsung ketika staf pemakaman membersihkan makam keluarga dan leluhur mereka. Beberapa warga lainnya membakar uang arwah, yang diyakini dapat mengirimkan uang atau kekayaan pada kerabat yang telah meninggal.
Prosesi pembakaran itu dilakukan di trotoar atau di sekitar komplek perumahan yang dibatasi barikade. Sementara itu, yang lainnya melarung bunga segar seperti bunga krisan yang dianggap sebagai bunga pemakaman tradisional. Bunga-bunga itu dilarung di tepi Sungai Yangtze yang mengalir melalui Wuhan.
Cara itu dianggap sebagai alternatif menghibur diri ketika mereka merayakan Festival Qingming. Kebijakan ini bisa dibilang adalah pembatasan yang paling ketat di Wuhan.
ADVERTISEMENT
Wuhan merupakan tituk nol penyebaran virus corona yang kini melanda dunia. Hingga Jumat (3/4), ada sekitar 50.008 positif terjangkit corona, 2.567 di antaranya meninggal dunia.
Peniadaan upacara pemakaman pada Festival Qingming dilakukan karena dianggap bisa membuka kesempatan bagi virus corona untuk menyebar. Meski begitu, memang tradisi ini akan sulit dipisahkan dari masyarakat Tiongkok.
"Walau ada epidemi, ini adalah tradisi Tiongkok, kita tidak bisa menyingkirkannya," kata salah seorang pria yang tak disebutkan namanya. Ia tengah membakar empat tumpukan uang arwah sembari berdiri di samping istrinya.
Salah satu dari tumpkan uang arwah yang ia bakar itu ia dedikasikan untuk mengenang dokter berusia 29 tahun bernama Xia Sisi. Xia Sisi meninggal pada Februari lalu setelah menangani pasien COVID-19 di Wuhan.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya pasangan suami istri ini tak memiliki hubungan kekerabatan dengan dokter tersebut. Namun, mereka memperingatinya karena memiliki marga yang sama.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!