Cok Ace Anggap Pemberitaan Fodor's No List 2020 soal Bali Berlebihan

21 November 2019 11:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ayunan di Bali Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ayunan di Bali Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Arta Ardana menilai artikel yang dikeluarkan media wisata Amerika Serikat, Fodor, mengenai Bali tak layak dikunjungi tahun 2020 sangat berlebihan. Dia menilai Bali masih menjadi destinasi andalan di kancah internasional.
ADVERTISEMENT
“Menurut saya, saya positif saja berpikir mungkin ada baiknya juga kritik kita. Tapi apa yang diekspose di dunia internasional bahwa Bali tak henti-hentinya mendapatkan penghargaan dan Pemprov Bali terus berusaha terus meningkatkan destinasi, jadi apa yang diungkap majalah di Amerika itu berlebihan menurut saya,” kata pria yang akrab disapa Cok Ace ini kepada kumparan, Rabu (20/11).
Wisatawan mancanegara bermain selancar di Pantai Kuta, Badung, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Dia mengatakan, pemberitaan berlebihan itu merupakan persaingan pariwisata Bali sudah semakin kuat. Persaingan sudah berada pada posisi negara antar negara. Bali, kata dia, akan menyelesaikan sejumlah perkara yang disoroti Fodor.
“Langkah pemprov, kita verifikasi, sekarang ada pergub pengendalian sampah plastik, kemudian segera menyelesaikan pembuangan sampah, ini yang akan kita jelaskan apa yang kita lakukan di Bali,” kata dia.
Turis melakukan bersih diri di Pura Tirta Empul Tampaksiring, Gianyar, Bali, Rabu (16/10/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa menduga artikel itu adalah kampanye hitam yang dilakukan oleh pesaing Bali. Tujuannya, agar kunjungan wisatawan beralih ke negaranya, alias AS.
ADVERTISEMENT
"Dugaan saya itu semacam black campaign, iya dari pesaing-pesaing. Ini kompetitor minjam tangan untuk mengalihkan tamunya ke negaranya," kata Astawa.
Sejumlah wisatawan mengamati Patung Garuda Wisnu Kencana di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Badung, Bali, Kamis (7/11). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Menurut Astawa, Bali telah berupaya memperkuat sektor pariwisata. Diantaranya, sedang menggodok aturan standardisasi pelayanan dari wisatawan turun di bandara, ke destinasi tujuan, hingga kembali lagi ke negaranya.
Keseriusan pemerintah soal sampah dibuktikan dengan adanya Pergub 97 tahun 2018 tentang pembatasan timbulan sampah plastik.
Soal overtourism, jumlah wisatawan yang datang di Bali juga masih di bawah daya tampung. Tahun 2019 ini jumlah wisatawan asing yang datang ke Bali diprediksi mencapai 6,5 juta orang. Padahal Bali bisa menampung 8 juta hingga 10 juta orang wisatawan.
Monumen Bom Bali di Jalan Legian Kuta yang selalu padat pengunjung Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Soal kelangkaan air bersih, Putu Astawa membantah. Menurutnya, Bali masih memiliki banyak sekali sumber-sumber atau mata air bersih yang akan dikelola ke depannya.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, Fodor membeberkan ada beberapa pertimbangan yang membuat Bali tak layak dikunjungi.
Yakni, masalah sampah yang diproduksi sekitar 3.800 ton yang 60 persen diantaranya tidak dikelola dengan baik, overtourism, pungutan pajak 10 dolar AS bila masuk Bali atau setara dengan Rp 141 ribu. Lalu ada pula masalah kekeringan air, dan masalah aturan etika wisatawan di tempat-tempat objek wisat serta tempat yang disucikan.