Festival Kawin Batu, Kesenian Majalengka yang Bertujuan Merekatkan Perpecahan

17 April 2020 7:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Budaya Kawin Batu yang di Gunung Tilu, Majalengka. Foto: Instagram/@cadas_gantung
zoom-in-whitePerbesar
Festival Budaya Kawin Batu yang di Gunung Tilu, Majalengka. Foto: Instagram/@cadas_gantung
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap Sabtu maupun Minggu, biasanya menjadi hari yang sudah dijadwalkan untuk menghadiri acara pernikahan teman dan kerabat. Lalu, bagaimana jika pengantin dalam acara pernikahan itu adalah sepasang batu?
ADVERTISEMENT
Nah, setiap bulan Desember, belasan pasangan batu yang dijodohkan menikah di Gunung Tilu, Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. Acara pernikahan yang disebut dengan Festival Budaya Kawin Batu ini merupakan acara yang kesenian Majalengka yang bertujuan untuk merekatkan silahturahmi dan persatuan antar warga.
Festival Budaya Kawin Batu yang di Gunung Tilu, Majalengka. Foto: Instagram/@cadas_gantung
Dilansir Vice, acara pernikahan batu itu didedikasikan untuk konservasi lingkungan. Acara ini diselenggarakan secara swadaya oleh Padepokan Kirik Nguyuh yang bekerja sama dengan warga desa Girimukti. Hingga kini padepokan ini mendampingi anak muda Majalengka mengembangkan bakat di bidang apa pun sejak tahun 2012. Festival ini salah satu acara mereka bersama warga.
Festival yang diselenggarakan selama dua hari itu diadakan di puncak Gunung Tilu dengan ketinggian 1.076 mdpl di atas permukaan laut. Sebuah panggung berdiri beralaskan batu-batu disusun rapi, di sebelahnya sebuah meja kayu diapit jejeran bambu berbalut kain putih didapuk jadi pelaminan mempelai batu.
Festival Budaya Kawin Batu yang di Gunung Tilu, Majalengka. Foto: Instagram/@cadas_gantung
Selama acara perkawinan batu berlangsung, setiap peserta festival maju ke atas panggung dan menyerahkan sebongkah batu yang dibawa dari wilayah mereka untuk ditaruh di atas pelaminan. Iringan tari dari Sanggar Gulam menandai sahnya batu-batu tersebut menjadi sebuah keluarga batu baru.
ADVERTISEMENT
"Kita itu mengangkat ‘Bhineka Watu Tunggal Ika’, berbeda batu tapi tetap satu jua," kata Baron, pendiri Padepokan Kirik Nguyuh menjelaskan posisi batu sebagai simbol di acara mereka.
Festival Budaya Kawin Batu yang di Gunung Tilu, Majalengka. Foto: Instagram/@cadas_gantung
Baron mengatakan bahwa festival kawin batu merupakan ajakan agar warga kembali rukun meski masing-masing memiliki ideologi yang berbeda. Batu sendiri menggambarkan bahwa dibalik kerasnya batu, ia juga mengalami banyak hal sebelum memadat dan kokoh jadi batu.
Batu yang jadi pusat acara juga dirayakan sebagai atraksi hasil dari berbagai eksplorasi manusia terhadap alam. Sementara, setelah perkawinan, batu-batu yang dibawa oleh sejumlah komunitas itu dimanfaatkan untuk mendukung kreativitas di desa setempat.
Batu yang dikawinkan itu dipercaya masyarakat Majalengka dapat menggabungkan hubungan atau tali persaudaraan yang sempat terpecah. Sehingga, acara tersebut berhasil ‘mengawinkan’ apa yang tadinya terpecah-belah.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!