news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Jelajah Sehari Desa Wisata Mulyaharja: Bajak Sawah Sampai Trekking di Alam

28 Agustus 2022 12:02 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
ADVERTISEMENT
Desa wisata bisa jadi pilihan tepat bagi mereka yang ingin menikmati liburan paket lengkap. Ingin menikmati indahnya alam? Bisa atau menikmati atraksi wisata Instagramable hingga wisata edukasi, semuanya tersaji di desa wisata.
ADVERTISEMENT
Pengalaman itu pula yang kumparan rasakan saat menjelajahi Agro Eduwisata Organik Mulyaharja atau Desa Wisata Mulyaharja yang terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Jawa Barat. Lewat undangan dari tiket.com, kumparan berkesempatan untuk menjelajahi salah satu desa wisata dalam daftar 300 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 belum lama ini.
Pemandangan megahnya Gunung Salak di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Tak perlu waktu lama, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam setengah dari Jakarta, kumparan pun tiba di Desa Wisata Mulyaharja.
Indah, menjadi hal yang pertama kali terbesit di benak kumparan kala menjejaki Desa Wisata Mulyaharja. Bagaimana tidak? Setibanya di sini, kamu akan disambut sebuah area persawahan yang luas, lengkap dengan pemandangan Gunung Salak berdiri megah dari kejauhan.
Mengutip laman Jadesta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), wisata unggulan Mulyaharja memang terletak pada bentangan sawah yang berlatar megahnya Gunung Salak dengan padi organik sebagai ikonnya. Daya tarik ini bernama Visit Mulyaharja.
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto (ketiga dari kanan), Chief People Officer tiket.com, Dudi Arisandi (kedua dari kiri) saat mengunjungi Agro Eduwisata Organik Mulyaharja, Kamis (25/8). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Selain potensi alamnya, di Desa Wisata Mulyaharja terdapat pula kekayaan budaya, sejarah, dan edukasi.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga disampaikan langsung oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya, yang hadir secara langsung, sekaligus membuka sesi pelatihan Jagoan Pariwisata, program kolaborasi antara tiket.com dan Kemenparekraf di Desa Wisata Mulyaharja.
“Desa Wisata Mulyaharja bagaikan surga yang tersisa dengan keindahan alam yang masih asri di Kota Bogor. Desa ini memiliki warga desa yang sangat semangat, serta kooperatif. Maka dari itu, perkembangan desa ini harus dibarengi dengan hadirnya kolaborasi," ujar Bima Arya, saat ditemui kumparan beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya itu, orang nomor satu di Kota Hujan tersebut menilai potensi alam di Bogor Selatan, khususnya Mulyaharja, mirip seperti Ubud, Bali.
"Beberapa tahun yang lalu ketika saya pertama kali ke tempat ini, betul-betul jatuh cinta. Langsung saya bilang, surganya yang tersisa, indah dan tidak banyak. Langsung feeling saya kalau ini digarap, [bisa] jadi tren," tuturnya
ADVERTISEMENT
Bicara potensi Desa Wisata Mulyaharja, Bima Arya mengatakan bahwa semuanya bisa ditemukan, mulai dari kuliner, atraksi wisata, hingga keindahan alamnya.
Lantas apa saja pengalaman yang ditawarkan di Desa Wisata Mulyaharja? Yuk, simak ulasan berikut.

Pesona Desa Wisata Mulyaharja

Pemandangan di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Berbeda dengan desa wisata lainnya, Mulyaharja menawarkan wisata paket lengkap untuk wisatawan. Kamu tak hanya bisa menikmati indahnya hamparan persawahan, tetapi aktivitas menarik yang bisa dilakukan bareng teman ataupun keluarga.
Ingin menikmati pesona lain Desa Wisata Mulyaharja? Kamu bisa seru-seruan seperti yang kumparan lakukan, yaitu trekking menembus hutan dan area perkebunan. Terdengar seram? Tunggu dulu, kamu tak akan dilepas sendiri begitu saja, tetapi juga didampingi oleh pemandu.
Salah satu pemandu bernama Ongki yang menemani perjalanan trekking kumparan di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Kang Ongki, sapaan akrabnya langsung mengarahkan kami untuk mengambil topi caping dan juga trekking pole. Kedua alat ini ditujukan untuk memudahkan perjalanan trekking kami.
ADVERTISEMENT
Sambil memberikan briefing, kumparan dan rekan media lainnya diajak untuk melakukan pemanasan, seraya melemaskan otot-otot agar tidak tegang.
"Ada beberapa rute (trekking) yang bisa dipilih. Mulai dari 1 kilometer (km) hingga 5 km," ujar Kang Ongki.
Kami pun serentak memilih rute tersingkat, yaitu 1 km, mengingat jadwal yang padat dan harus mengikuti kegiatan yang lain.
Peralatan sudah di tangan, otot-otot yang tegang juga sudah sedikit rileks. Trekking-pun dimulai.

Trekking Menembus Hutan hingga Perkebunan Warga

Sejumlah pengunjung berfoto ditengah hamparan sawah saat wisata kampung tematik Ciharashas, Kelurahan Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/1/2021). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
Meski rute yang kami ambil terbilang pendek, nyatanya medannya cukup menantang. Kamu akan diajak melintasi trek yang menurun ataupun naik, dengan kondisi jalan yang masih tanah berbalut rumput ilalang.
"Kalau rute trekking 5 km, trek-nya sudah terbuka. Sedangkan rute yang 1 km ini jarang dilewati, jadinya masih banyak rumput liar," kata kang Ongki saat itu.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, rasa penasaran kumparan dan peserta lainnya tetap bersemangat untuk trekking menembus hutan.
Teriknya matahari saat itu sedikit tertutupi dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Sepanjang perjalanan, kumparan disuguhi hutan yang masih asri dan juga beberapa pemandangan lain, seperti sungai hingga perkebunan warga.
Kang Ongki mengatakan bahwa trekking menjadi salah satu kegiatan yang paling banyak dicari wisatawan, terutama mereka yang gemar berolahraga.
"Karena lumayan, kan, ada tempat yang enggak jauh dari Jakarta dan menawarkan pemandangan yang indah, serta udara yang segar," katanya.
Memang benar, meski sedikit pengap, rasa lelah kumparan seakan sirna kala menghirup udara sekitar. Bahkan, tak terasa kami pun akhirnya sudah tiba kembali lagi ke Desa Wisata Mulyaharja.
ADVERTISEMENT
Lantas, berapa biaya untuk sekali trekking? Pengunjung bisa memilih paket trekking dengan harga yang bervariasi. Di antaranya mulai dari Rp 80 ribu, Rp 120 ribu, hingga Rp 150 ribu per orangnya, dengan minimal satu grup 10 orang. Adapun, harga tersebut sudah termasuk biaya pemandu dan akomodasi atau makanan.

Belajar Bertani: Bajak Sawah hingga Tanam Padi

Wisatawan yang diajak terjun langsung membajak sawah dan menanam padi di Desa Wisata Mulyaharja, Kamis (25/8). Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Trekking bukanlah satu-satunya kegiatan yang bisa kamu lakukan di Desa Wisata Mulyaharja. Manajer Operasional Desa Wisata Mulyaharja, Kifin Ramadhan, mengatakan bahwa wisatawan juga bisa menikmati wisata tematik lainnya yang menjadi bagian dari desa wisata ini.
"Jadi daya tarik sendiri, ya, di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja sebenarnya lebih menonjolkan yang namanya wisata alam, yaitu wisata edukasi pertanian. Itu yang kita tekankan pertama kali sejak awal 2017 (berdiri)," ujar pria yang akrab disapa Kifin tersebut.
ADVERTISEMENT
kumparan juga sempat mengikuti kegiatan membajak sawah hingga menanam padi di sawah. Tak perlu waktu lama, kumparan pun langsung terjun ke sawah dan diberikan pemahaman bagaimana caranya membajak sawah yang menjadi rangkaian sebelum menanam padi.
Pak Mahat dan Pak Basar, salah satu petani di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Pak Mahat, seorang petani yang mendampingi kegiatan kami bertani mengatakan, bahwa membajak sawah lebih mudah dilakukan dengan mesin ketimbang dengan kerbau.
"Kalau kerbau itu agak lama soalnya kita juga harus pandai-pandai mengarahkan untuk membajak sawah," katanya saat itu.
Adapun, saat ditanya berapa waktu yang diperlukan untuk membajak sawah, ia pun mengatakan hal tersebut bergantung dengan luasnya lahan dan juga kondisi tanah saat dibajak.
"Untuk proses membajaknya tergantung apakah tanahnya gembur atau tidak," ungkap Pak Mahat.
ADVERTISEMENT
Setelah berhasil membajak sawah, kumparan kemudian diajak menanam bibit padi yang memang sudah disiapkan. Tak mudah, kami diingatkan bahwa padi yang ditanam harus disesuaikan jaraknya, tidak boleh terlalu dekat dan juga tidak boleh terlalu jauh.
Untuk memudahkan menanam bibit, biasanya para petani akan menggunakan sebuah alat yang bernama caplakan. Alat tersebut berfungsi untuk memberikan perkiraan padi yang hendak ditanam.
Setelah membajak sawah dan bercocok tanam, kegiatan kumparan diakhiri dengan berburu spot foto yang ada di sekitar desa wisata. Oh iya, Kang Ifin juga mengatakan bahwa selain trekking dan edukasi pertanian, terdapat kegiatan lain yang bisa dilakukan wisatawan.
"Untuk belajar pertanian itu sangat penting yang ditonjolkan. Sebagai pelengkapnya kita ada wisata menangkap ikan, kuliner, coffe shop bahkan wisata-wisata dan festival-festival di Mulyaharja," tutur Kifin.
ADVERTISEMENT

Bisa Menginap di Homestay Rumah-rumah Warga

Area persawahan yang menjadi daya tarik Agro Eduwisata Organik Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Tak hanya itu, wisatawan juga bisa menginap di desa wisata untuk merasakan langsung, seperti apa hidup di tengah-tengah masyarakat.
"Kita juga ada paket menginap 3 hari 2 malam, ada yang paket cuma setengah hari saja, ada yang 2 hari 1 malam, tergantung dari permintaan (tamu)," kata Kifin.
ADVERTISEMENT
"Jadi, wisatawan yang ingin visit ke Mulyaharja bukan menginap di hotel, tetapi di homestay. Di mana di homestay tersebut mereka akan tidur bersama pemilik rumah, nginep di homestay," lanjutnya.
Kifin selamku Manajer Operasional Desa Wisata Mulyaharja. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Saat pagi hari, pengunjung akan diajak untuk bertani ataupun memasak dengan kayu bakar.
"Saat menginap, kalau rumahnya masih pakai alat tradisional seperti hau itu juga diajarkan. Hau merupakan sebuah kompor, tapi menggunakan bahan bakar kayu bakar. Biasanya nasi yang dihasilkan kayu bakar itu lebih enak," kata Kifin.
ADVERTISEMENT
Saat ini, setidaknya ada 35 rumah warga yang telah disulap sebagai homestay di Desa Wisata Mulyaharja. Adapun, untuk harganya bervariasi, tergantung fasilitas atau homestay yang dipilih.
Papan informasi di Agro Eduwisata Organik Mulyaharja Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
"Homestaynya ada sekitar 35 rumah dan bisa menampung 200 orang. Mulai dari Rp 30 ribu belum termasuk makan. Kalau mau makan, ada include tambahan lagi. Untuk keseluruhannya sekitar Rp 200 ribu per orang," ungkap Kifin.
Selain menginap di homestay, wisatawan juga bisa merasakan langsung kuliner Mulyaharja yang khas, seperti nasi liwet dengan jengkol atau pete, soto mie khas Mulyaharja, nasi tutug oncom khas Mulyaharja, hingga rebusan-rebusan.
Salah satu atraksi wisata keluarga memberi makan hewan. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Nah, buat kamu yang ingin berburu oleh-oleh atau suvenir, juga bisa membelinya di sini.
"Kalau suvenir ada yang berbentuk gantungan dan makanan-makanan khas Mulyaharja, kue gambang, kue pia, dan keremes. Mungkin oleh-olehnya beras organik. Beras organik kita itu terbaik, jadi setiap panen langsung habis. Karena pada tahu kualitas padi kita sudah dipastikan organik," papar Kifin.
ADVERTISEMENT
Pengin merasakan pengalaman seperti yang dirasakan kumparan? Kamu bisa datang langsung ke Desa Wisata Mulyaharja. Hanya saja, Kifin mengatakan bagi mereka yang ingin merasakan wisata tematik di sana, wisatawan diminta melakukan reservasi terlebih dahulu.
"Kalau untuk paket tematik untuk reservasi, trekking yang edukasi reservasi minimal H-3, karena kita siapkan terlebih dahulu man power-nya," ujar Kifin.
"Untuk para wisatawan yang mau berkunjung bisa kunjungi Instagram kita di Visit Mulyaharja. Kalau pengunjung yang tak mau antre, bisa pesan di tiket online di OTA, harganya murah cuma Rp 10 ribu," pungkasnya.