Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah hutan mangrove terbesar di dunia. Tercatat tak kurang dari 3,5 juta hektare mangrove tersebar di berbagai wilayah pesisir di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satunya yaitu Lapangan Pengelolaan Mangrove Terpadu Kubu Raya yang berada di Pontianak, Kalimantan Barat. Mangrove yang tumbuh apik serta wilayah yang asri menjadi daya tarik utama kawasan ini. Melihat potensi tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman berencana menyulap lahan mangrove seluas 10 hektare ini menjadi kawasan ekowisata mangrove.
“Banyak yang bisa kita ambil manfaat dari mangrove salah satunya dengan mendayagunakan ekowisata mangrove,” ujar Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Alam, Energi non Konvensional Amalyos dalam keterangan resmi yang diterima kumparan belum lama ini.
Kawasan Mangrove Kubu Raya, Pontianak ini letaknya tidak jauh dari pusat kota. Jaraknya sekitar 11 kilometer dan dapat ditempuh selama 45 menit sampai 1 jam. Sedangkan untuk sampai di titik lahan mangrove, pengunjung harus menyeberang menggunakan perahu yang disewakan oleh warga sekitar.
Sejauh ini, mangrove Kubu Raya memang belum dikelola secara maksimal. Untuk masuk ke kawasan mangrove Kubu Raya, pengunjung belum dikenakan tiket masuk. Aktivitas yang ditawarkan pun masih sebatas jalan-jalan santai di jembatan yang dibangun di sekitar mangrove. Beberapa fasilitas umum seperti toilet dan warung makan juga belum tersedia di kawasan ini.
ADVERTISEMENT
Namun, Amalyos optimistis jika nantinya dikelola dengan baik maka daerah mangrove ini dapat menjadi tempat wisata yang bisa ditawarkan untuk wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Untuk itulah Amalyos menyatakan pemerintah akan mencanangkan pembangunan ekowisata Mangrove Kubu Raya.
“Dalam hal ini Pemerintah Daerah Kubu Raya dapat berkreasi dengan membuat paket-paket wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan asing ataupun lokal supaya dapat berkunjung ke sini,” ujarnya.
Diharapkan nantinya ekowisata mangrove akan memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah dan tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Staf Ahli Menteri bidang Sosio-Antropologi, Tukul Rameyo menambahkan, pemberdayaan lingkungan hutan mangrove ini erat kaitannya dengan program pemerintah yaitu menciptakan pembangunan berkelanjutan khususnya pada masyarakat pesisir.
“Ini harus digabungkan, jadi tidak hanya keindahan alam pada ekowisata saja. Ke depan bisa digabungkan dengan budaya, kita blend culture dengan nature menjadi sebuah kekuatan ekonomi kreatif,” ujar Rameyo.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, hutan mangrove dapat membantu sektor pariwisata, namun harus dikelola beriringan dengan kearifan lokal yang ada disekitarnya.