Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Maori yang berasal dari Selandia Baru , ikan paus bukanlah sekadar hewan biasa. Mitosnya, hewan mamalia bertubuh besar ini menjadi tunggangan Paikea, anak dari kepala suku dari Pulau Mangaia ketika ia hampir tenggelam.
ADVERTISEMENT
Berkat paus, Paikea dapat sampai di Pulau Selatan (South Island) dan memulai hidup baru yang makmur di Whangara. Salah seorang putra Paikea, Tahupotiki, melakukan perjalanan mengeksplorasi Pulau Selatan.
Tahupotiki dan keturunannya kini dikenal sebagai orang-orang Ngati Kuri di Kaikoura. Selain karena legendanya, Kaikoura dikenal sebagai destinasi terbaik untuk mengamati paus (whale watching) karena lokasinya yang langsung berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Oleh karena itu, tak heran, jika Kaikoura seakan menjadi magnet bagi wisatawan yang antusias dengan keindahan alam. Terutama kamu yang lebih senang melihat hewan langsung di habitatnya, bukan di kebun binatang maupun sirkus.
Hasilnya, sejak whale watching ditemukan pada 1987, Kaikoura selalu kebanjiran pengunjung. Kota kecil di tepi pantai di pantai timur Pulau Selatan, Selandia Baru , itu bahkan berhasil membawa 100 ribu wisatawan setiap tahunnya ke Samudera Pasifik hanya untuk melihat paus dan keindahan lautnya.
Tidak sabar dengan beragam kisah seru yang dihadirkan Kaikoura, kumparan pun akhirnya membuktikannya. Atas undangan Tourism New Zealand, kumparan bersama dengan awak media lainnya menyambangi Kaikoura.
ADVERTISEMENT
Kami melakukan perjalanan menggunakan mobil selama kurang lebih dua jam dari Bleinheim. Hanya butuh waktu sekitar kurang lebih 15 menit saja dari penginapan kami, untuk dapat tiba di Whale Watch.
Whale Watch adalah operator cruise yang akan membawa kami melintasi Samudera Pasifik demi bertemu paus.
Sebelum berlayar, seluruh penumpang harus mengikuti briefing. Di dalam sesi briefing, kamu akan diberi tahu hal yang harus dan tidak boleh dilakukan selama berlayar.
Membuang sampah ke laut dan merokok misalnya, dua hal tersebut merupakan aktivitas yang sangat dilarang. Kamu juga akan diberi informasi berupa panduan keselamatan, seperti yang biasa kamu dapatkan sebelum terbang dengan pesawat.
Mulai dari lokasi jaket pelampung, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara menggunakannya. Setelah melakukan briefing, kumparan beserta para penumpang lainnya mesti menaiki bus untuk diantar menuju pelabuhan. Bus ini pula yang nantinya akan menjemput seluruh penumpang usai berlayar.
Kapal sudah stand by menunggu penumpang. Mesinnya pun telah dinyalakan. Kini saatnya kumparan memulai petualangan seru untuk berjumpa dengan Tohora atau yang lebih populer dikenal sebagai ikan paus.
ADVERTISEMENT
Sebelum memulai perjalanan, kumparan menenggak dua buah pil untuk mencegah mabuk perjalanan. Sebab menurut pihak operator, guncangan ombak dan gelombang pada hari tersebut lumayan tinggi. Sehingga bagi penumpang yang tak biasa berada di kapal, disarankan untuk mengonsumsi obat anti mabuk.
Di dalam kapal, sudah ada Hadlee yang menyambut para penumpang dengan ramah. Hadlee memandu seluruh perjalanan, mulai dari awal hingga akhir. Ia juga menceritakan mitologi Maori tentang ikan paus dan alasan mengapa paus dianggap sebagai hewan yang penting.
Ada dua jenis paus yang bisa kamu temukan di Samudera Pasifik saat berlayar dari Kaikoura, yaitu paus humpback dan juga paus sperma.
Sepanjang perjalanan menuju whale watching spot, kamu akan dimanjakan dengan pemandangan yang sungguh apik. Kaikoura dikenal sebagai tempat pertemuan lautan biru milik Samudera Pasifik, pegunungan hijau nan indah, serta puncak bersalju Pegunungan Alpen yang menawan.
Setelah berlayar sekitar 15-20 menit, awak kabin pun menghentikan kapal cruise yang kami gunakan. Salah seorang di antara mereka kemudian menyalakan sonar untuk memancing ikan paus untuk datang menjumpai kami.
ADVERTISEMENT
Pemancing sonar tersebut terlihat seperti sebuah tongkat yang terbuat dari besi. Salah satu ujungnya dimasukkan ke dalam air laut. Sementara ujung lainnya dipegang oleh awak kabin sambil ia mendengarkan suara yang dikeluarkan menggunakan headset.
Tak lama kemudian, ikan paus pun muncul. Walau tak terlihat dengan jelas bentuknya dari permukaan air, ikan paus tersebut terlihat sangat tenang berenang di sekitar kapal.
Sembari menikmati waktunya, ia bernapas dan menyemburkan air dari lubang semburnya yang berada di atas kepala. Agar ikan paus tidak merasa terganggu, kapal pun mesti berhenti di jarak tertentu.
Seluruh pengunjung kemudian diajak untuk keluar kabin kapal dan merapatkan punggung ke dinding kapal. Dengan cara ini, kemungkinan para pengunjung terjatuh dari kapal saat melihat paus akan berkurang.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak bisa melihat ikan paus secara utuh, rasanya sangat seru sekali. Jarang-jarang bisa bertemu langsung dengan hewan mamalia berukuran besar tersebut. Apalagi selama ini, kumparan hanya pernah melihat gambarnya saja. Baik melalui film, berita, kartun, maupun foto-foto para penyelam saja.
Sempat terbersit perasaan bahwa hal ini tidak nyata adanya. Terutama karena kapal yang kami gunakan tak boleh mendekat. Sehingga dari atas kapal, kumparan hanya bisa melihat bayangan gelap berukuran besar berenang di laut sambil menyemburkan air saja.
Tapi, rasa ragu itu tak berlangsung lama. Hadlee kemudian memberikan aba-aba bagi seluruh penumpang untuk bersiap. Kami diminta mempersiapkan gadget untuk mengabadikan gerakan terakhir paus yang ikonik.
Hadlee menghitung mundur, "3.., 2.., 1.., sekarang!" katanya. Kami pun berusaha sebisa mungkin menekan shutter secepat mungkin agar bisa mendapatkan foto ekor paus tersebut. Hasilnya, bisa kamu lihat sendiri di cover artikel ini. Keren sekali, kan!
ADVERTISEMENT
Perjalanan mengeksplorasi Samudera Pasifik di Kaikoura rupanya tak berhenti hanya di whale watching saja. Kami tidak langsung dipulangkan ke daratan. Sebaliknya, kumparan dan para penumpang lainnya diajak berlayar lebih jauh untuk menjumpai lumba-lumba. Wah, rasanya jadi semakin semangat.
Sejuknya angin dingin menambah kenikmatan pelayaran kumparan kali ini. Terlebih ditambah lagi dengan pemandangan yang memanjakan mata. Selama kurang lebih 15 menit, Whale Watch mengajak penumpangnya untuk menikmati lanskap Selandia Baru yang masih asri dan asli.
Hingga akhirnya suara Hadlee kembali terdengar. Ia mengajak seluruh penumpang untuk kembali keluar dari kabin kapal dan melihat lumba-lumba yang asyik berenang bersama kawanannya.
Lumba-lumba berenang dengan gerakan yang seragam. Mereka bergerak dengan indah dan gemulai. Tidak ada rasa takut pada kapal yang berada di sekelilingnya. Menikmati gerakan lumba-lumba tersebut terasa sangat menyenangkan, jauh lebih seru ketimbang melihat mereka berenang dan melompat di sirkus biasa.
ADVERTISEMENT
Laut adalah rumah mereka. Ketika berenang di laut lepas, lumba-lumba itu terlihat sangat senang dan bebas. Menurut penuturan Hadlee, ada beberapa lumba-lumba yang masih berusia kanak-kanak, sehingga mereka masih belajar berenang dan sering melompat.
Beberapa kali kumparan terkejut mendapati lumba-lumba bergerak dari bawah kapal. Mereka lalu melompat dengan lucunya, dan berhasil membuat seluruh penumpang kapal berteriak karena gemas.
Salah seekor anak lumba-lumba bahkan terlihat asyik melompat sambil berputar-putar selama berkali-kali. Sepertinya dia sangat senang melihat burung camar terbang di atas permukaan air. Saking menggemaskannya, sampai bikin tak ingin pulang.
Meski begitu, tetap saja, kumparan bersama dengan penumpang lainnya mesti mengakhiri perjalanan dan berbalik pulang. Kami mesti meninggalkan lumba-lumba lucu itu dan membiarkan mereka beraktivitas selayaknya makhluk hidup lainnya.
ADVERTISEMENT
Para penumpang diajak untuk masuk kembali ke dalam kapal, dan kapal pun mulai berlayar pulang. Untuk menutup perjalanan, Whale Watch mengajak para penumpang untuk mengunjungi hewan terakhir, yaitu anjing laut.
Kapal merapat ke dekat batu karang di tengah laut. Di sela-selanya, kumparan mendapati anjing laut tengah berjemur menikmati sinar mentari. Seperti bantal bulu yang sedang dijemur ibu di rumah, anjing laut-anjing laut itu terlihat santai, sama sekali tak merasa terganggu.
Sesekali, mereka mencelupkan ekornya ke dalam air. Mungkin untuk menurunkan suhu tubuh. kumparan bahkan mendapati anak anjing laut tertidur di dekat sang induk. Benar-benar bikin gemas.
Puas melihat kelucuan anjing-anjing laut tersebut, kapal pun berputar, membawa kami kembali ke daratan.
Sesampainya di daratan, Hadlee telah berada di tepi pelabuhan. Kapal telah ditambatkan, para penumpang beranjak dari tempat duduknya, menunggu antrean untuk ke luar.
ADVERTISEMENT
Untuk memberikan kesan terakhir yang mendalam bagi para penumpangnya, Hadlee memamerkan gigi paus yang berhasil ia dapatkan. Para penumpang juga diberikan kesempatan untuk memegang dan merasakan sendiri gigi paus yang ia simpan tersebut.
Bus yang kami tumpangi sebelum memulai perjalanan pun telah kembali datang. Bus itu jadi penanda bahwa perjalanan whale watching kumparan di Kaikoura benar-benar telah berakhir. Ini juga menjadi penanda bahwa perjalanan mengeksplorasi Selandia Baru belum berhenti. Kamu siap?