Taklukkan Fobia demi Ziplining Tertinggi, Terpanjang di Selandia Baru

3 Desember 2019 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ziplining di Selandia Baru Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ziplining di Selandia Baru Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Selandia Baru sudah lama dikenal sebagai salah satu destinasi wisata dengan pemandangan yang menawan, apik, dan masih sangat alami. Keindahan alamnya juga didukung dengan beragam aktivitas outdoor seru yang enggan untuk dilewatkan.
ADVERTISEMENT
Mulai dari skywalking, bungee jumping, ziplining hingga sky diving. Aktivitas-aktivitas yang memacu adrenalin itu tentu saja menjadi candu bagi para pecintanya, tapi tidak bagi mereka yang punya fobia ketinggian.
Salah seorang peserta tengah mempersiapkan diri untuk meluncur. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bagi pemilik fobia ketinggian, jangankan mencoba wisata ekstrem. Menatap lantai lift yang transparan di mal, mengintip lantai bawah mal dari tepi balkon toko, atau sekadar berjalan melewati jembatan penyeberangan saja bisa jadi menyulitkan.
Jantung jadi berdegup lebih cepat, telapak tangan berkeringat, dan kaki jadi lemas tak bertenaga. Cuaca panas mendadak terasa dingin, wajah pun bisa berubah menjadi pucat.
Christchurch Adventure Park Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Inilah yang biasanya kumparan rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya tawaran untuk ziplining di Selandia Baru datang, dan keindahan Negeri Kiwi ini berhasil membuat kumparan berubah pikiran, menghadapi fobia, dan menikmati keistimewaannya dari ketinggian.
ADVERTISEMENT
Atas undangan Tourism New Zealand, kumparan menyambangi Selandia Baru. Setelah menghabiskan waktu sekitar 12 jam di penerbangan, kumparan berhasil menapakkan kaki di Negeri Kiwi.
Christchurch Adventure Park Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bersama dengan awak media lainnya, kumparan diajak menyambangi Christchurch Adventure Park. Christchurch Adventure Park hanya berlokasi sekitar setengah jam saja dari Kota Christchurch. Tak terlalu jauh dari pusat kota.
Rencananya, kumparan dan awak media akan melakukan ziplining. Ziplining adalah salah satu wisata ekstrem di mana kamu akan bergerak dari satu titik menuju titik lainnya di atas ketinggian tertentu, melewati lembah, hanya dengan berbekal tali dan pengaman.
Christchurch Adventure Park menyediakan pengalaman ziplining dengan rute terpanjang pertama dan kedua di Selandia Baru. Salah satu rute zipline mereka juga merupakan yang tertinggi di Negeri Kiwi. Keren sekali, kan.
Brian menjelaskan cara kerja ziplining. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Zipline hampir mirip dengan flying fox. Bedanya, jarak yang ditempuh lebih jauh dan talinya pun ditempatkan di titik yang lebih tinggi. Hasilnya, kamu seperti dibawa terbang dengan kecepatan tertentu, menikmati lanskap alam, hutan, dan alam dari atas ketinggian.
ADVERTISEMENT
Awalnya kumparan menolak, karena mengingat bagaimana parahnya fobia ketinggian yang dimiliki. Bahkan sebelum memulai menaikinya saja, ketika nama zipline disebutkan, tubuh langsung terasa bergetar dan kaki langsung terasa lemas.
Rencana perjalanan bahkan telah diubah. Tadinya kumparan hanya akan melihat para pengguna lainnya melakukan ziplining dan berkeliling saja.
Christchurch Adventure Park Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Christchurch Adventure Park Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sementara para pengguna lainnya tengah diukur tinggi badan dan berat badannya, perasaan hati kian terasa tak enak.
Ada keinginan mendalam untuk mencoba, tapi ada ketakutan tersendiri untuk melakukannya. Di balik ketakutan tersebut, tersembunyi pula rasa enggan merepotkan orang lain, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Brian, pemandu tur ziplining di Christchurch Adventure Park menjelaskan cara kerja trolley. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Untungnya, ketika tengah mempertimbangkan perubahan keputusan, Tourism New Zealand, pihak penyelenggara, dan awak media lainnya sangat suportif. Mereka meyakinkan bahwa tali dan pengaman yang digunakan akan benar-benar aman, sehingga tak perlu takut.
ADVERTISEMENT
Mereka juga mengatakan bahwa zipline akan jadi pengalaman yang tak terlupakan, karena kamu bisa melihat gunung, hutan pinus yang hijau, serta laut yang menawan dalam sekali pandang.
Brian membantu salah seorang peserta menggunakan pakaian pengamannya. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di tengah ketakutan yang kian menjadi, rasa penasaran yang terlalu tinggi, dan waktu yang semakin sempit, akhirnya kumparan memutuskan untuk ikut serta dalam ziplining. Seakan berada dalam kondisi setengah sadar, kumparan mengikuti instruksi yang diberikan.
Tinggi dan berat badan diukur kemudian dicatat. Baju pengaman lengkap dan helm dipasang dengan sempurna sesuai dengan instruksi pemandu.
Chairlift menuju pos zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Setelah instruksi diberikan secara penuh, kumparan pun berjalan menuju area chairlift sesuai perintah dari pemandu. Chairlift adalah kursi bergerak seperti cable car.
Bentuknya mirip kursi taman, hanya saja diberikan pengaman. Sesuai namanya, kursi ini akan membawa penumpangnya naik ke titik yang lebih tinggi, yaitu pos pertama zipline.
Trolley yang digunakan untuk ziplining. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Kami berjalan sekitar delapan menit sambil membawa trolley. Trolley merupakan pengerek berwarna merah yang akan membawa kami bergerak di atas tali zipline.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang tidak boleh kamu lakukan saat hendak mencoba langsung zipline. Seperti tidak memegang ponsel saat ziplining, tidak membawa barang apa pun di tangan, termasuk handphone.
Handphone atau kamera hanya diperbolehkan untuk dibawa apabila gadget yang kamu miliki dilengkapi dengan strap atau kantong khusus yang bisa menempel pada tubuh. Atau ritsleting pada bagian kantong jaket, sehingga barang milikmu tidak akan terjatuh. Itu pun mesti sesuai dengan persetujuan pemandu.
Lanskap Selandia Baru dilihat dari zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Jika kamu tak memilikinya, maka lebih baik kamu meninggalkan seluruh barang berhargamu di counter guest service. Hal ini dilakukan demi alasan keselamatan, baik keselamatan dirimu maupun barang-barang kesayanganmu tersebut.
Chairlift kemudian membawa kumparan dan awak media lainnya ke pos pertama. Di pos pertama inilah kami akan melalui lintasan zipline sepanjang 490 meter.
Trekking menuju pos zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sepanjang perjalanan, kumparan tak berani bergerak. Tubuh terasa membeku. Chairlift bergerak semakin lama semakin tinggi. Melewati lembah kecokelatan dan juga pepohonan pinus yang sempat terbakar dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Setiap kali mengintip ke bawah, kepala terasa mendadak pusing. Ketika memasuki lintasan dengan ketinggian berbeda, chairlift akan terasa seperti menabrak sesuatu. Suara tabrakannya lumayan keras, guncangannya juga begitu terasa, belum lagi angin dingin Selandia Baru yang menerpa tubuh dengan kencang. Wah, rasa takutnya jadi semakin menjadi.
Tapi syukurlah, akhirnya setelah kurang lebih 10 menit perjalanan, kumparan tiba di pos pertama. Di pos tersebut, pemandu kami, yakni Brian dan Olie sudah mempersiapkan trolley untuk ziplining. Tidak ada lagi kata mundur, coba sekarang atau tidak sama sekali.
Wajah sumringah Hana, salah seorang peserta yang mengikuti zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
kumparan mengambil urutan kedua, bergerak bersama dengan awak media dari Negeri Jiran. Begitu pengaman direkatkan dengan kencang dan rem dilepas, kumparan melaju dengan sangat cepat. Whoosh! Rasanya seperti naik roller coaster. Sangat cepat dan menegangkan.
ADVERTISEMENT
Meski masih tak berani menatap ke bawah dan takut untuk bergerak, perasaan kagum akan keindahan Selandia Baru terasa semakin menjadi.
Seakan tengah terbang, kumparan bisa merasakan segarnya udara di Selandia Baru sambil memandangi perpaduan keindahan Southern Island. Benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan.
Lanskap laut dan perbukitan di Southern Island dilihat dari zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Rute awal memang tidak terlalu panjang. Menurut salah seorang pemandu, hal ini dilakukan untuk memberikan waktu penyesuaian pada tubuh sehingga, kamu tak kaget nantinya ketika mesti melintasi rute terbaik sekaligus yang menjadi andalan mereka.
“Semuanya benar-benar aman. Kamu tidak perlu khawatir. Dari atas, kamu bisa menyaksikan laut selatan yang indah. Pemandangannya keren banget!,” katanya memberi semangat.Ada empat rute zipline di Christchurch Adventure Park. Rute pertama memiliki lintasan sepanjang 490 meter, kemudian yang kedua memiliki panjang 430 meter.
ADVERTISEMENT
Zipline ketiga adalah zipline tertinggi sekaligus terpanjang kedua di Selandia Baru. Dan yang terakhir adalah zipline terpanjang sekaligus yang tercepat dengan panjang lintasan 1,1 kilometer.
ADVERTISEMENT
Zipline pertama terasa sangat sulit karena kumparan mesti belajar menyesuaikan diri dengan fobia ketinggian. Sementara untuk yang kedua terasa lebih nyaman dan rileks karena lebih pendek dan juga tidak memiliki rintangan yang berarti. Tapi tidak dengan zipline ketiga dan keempat.
Karena zipline ketiga merupakan yang tertinggi, rasa takut akan ketinggian yang tadinya sempat berkurang, datang kembali. Letaknya yang lebih tinggi dari pos-pos sebelumnya membuat suhu udara jadi lebih dingin dan berangin.
Setelah para pemandu mempersiapkan tali pengaman dengan baik, kumparan akhirnya siap untuk meluncur. Mengalahkan rasa takut, menikmati Selandia Baru seutuhnya dari ketinggian.
ADVERTISEMENT
Hitungan dimulai, 3, 2, 1, tali rem dilepaskan. Perlahan tapi pasti, kecepatan zipline terasa makin meningkat. Mata terasa sakit karena diterpa angin dingin. Walau begitu, kumparan tetap memaksakan diri untuk membuka mata. Menyaksikan indahnya Selandia Baru lewat mata kepala dan bidikan kamera.
Ziplining di lintasan ketiga membutuhkan waktu sekitar dua menit untuk kecepatan lambat, dan sekitar satu menit bagi yang senang dengan kecepatan tinggi.
kumparan sendiri, walau punya masalah dengan ketinggian, lebih suka bergerak lambat ketimbang berpacu dengan waktu. Karena bisa menikmati lanskap alam Selandia Baru dengan lebih utuh, tanpa terburu-buru.
Lanskap Selandia Baru dilihat dari zipline. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tak butuh waktu lama, lintasan zipline ketiga berakhir dengan baik. kumparan kemudian melanjutkan keseruan dengan ziplining di lintasan keempat yang diyakini sebagai lintasan tercepat, karena lokasi titik finalnya yang lebih rendah dibandingkan titik start.
ADVERTISEMENT
Brian, sang pemandu, mengikatkan tali rem dengan carabiner di baju pengaman. Ia lanjut menghitung seluruh titik keamanan pada pakaian. Brian lalu menghitung mundur dan melepaskan tali rem, dan kumparan meluncur dengan cepat.
Ketakutan akan ketinggian berganti dengan kegembiraan yang tidak terkira. Lanskap alam yang alami terasa memanjakan mata. Terpaan angin mulai berkurang dan cuaca mulai terasa hangat. Zipline keempat benar-benar membuat kumparan lupa diri.
Rasanya sangat berbeda. Ini tak seperti zipline sebelumnya. Lintasannya yang panjang membuat perjalanan terasa lebih lama. Dan karena rute itu merupakan yang terakhir, pemandangannya pun lebih beragam. Tak lagi sekadar hutan pinus dan lembah semata, tetapi juga jalanan, kafe, serta guest service Christchurch Adventure Park. Benar-benar seperti melayang di udara.
ADVERTISEMENT
Saking senangnya, sampai-sampai rasanya tidak ingin selesai saat itu juga. Namun, setiap perjalanan pasti punya akhir, begitu pula zipline. Begitu trolley terdengar menabrak rem dengan keras, kumparan sadar bahwa inilah waktunya.
kumparan selesai melakukan ziplining. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Perjalanan menantang fobia ketinggian berakhir. Selandia Baru berhasil membuat kumparan menyerahkan diri dan rasa takut demi keindahan alam yang ditawarkan lewat ziplining.
Adrenalin yang memuncak saat melawan ketakutan ketika melakukan wisata ekstrem memberikan kesan yang benar-benar tak terlupakan. Walau ini bukan berarti kumparan sudah ‘sembuh’ dari fobia ketinggian, setidaknya, kumparan telah mampu menaklukkan ketakutan tersebut walau hanya sejenak.
Kalau kumparan saja bisa, kenapa kamu enggak?