Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang pernah tinggal di Jakarta atau saat ini masih berdomisili di ibu kota negara, nama Karet Kuningan pastinya tak lagi asing di telingamu. Ya, kawasan yang berada di Jakarta Selatan ini dikenal sebagai salah satu kawasan elit yang super sibuk.
ADVERTISEMENT
Mulai dari rumah penduduk, hotel, apartemen, perkantoran, kedutaan, hingga mal, bisa kamu temukan. Biasanya, sebelum ada pandemi virus corona, kawasan sekitaran Karet Kuningan pasti selalu macet, apalagi kalau weekend.
Ada banyak kantor-kantor bergengsi yang juga mempekerjakan ekspatriat berada di kawasan ini. Makanya enggak heran, kalau jalan-jalan ke Karet Kuningan, Jakarta Selatan, kamu akan banyak melihat penduduk asing wara-wiri atau sekadar lari sore.
Kawasan Kuningan laksana perempuan yang sedang berbenah diri. Pembangunan dilakukan di mana-mana. Beragam proyek nampak saling sahut-menyahut. Bangunan kecil jadi tinggi, yang biasa jadi megah.
Namun, di balik kerennya kawasan Karet Kuningan, rupanya ada sejarah panjang di belakangnya. Sejarah ini pula yang mengantarkan nama Karet dan Kuningan jadi penamaan kawasannya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diceritakan Farid, pemandu wisata Jakarta Good Guide, kawasan Kuningan dibangun pada 1970. Ada banyak versi alasan penamaan nama Karet di kawasan ini, namun yang terkenal adalah perkebunan karet .
"Yang paling terkenal karena dulu katanya perkebunan karet. Perkebunan karetnya luas, sampai daerah Sudirman dan Menteng Pulo, sampai Jalan Rasuna Said dikenal sebagai perkebunan karet," katanya bercerita, Selasa (14/4).
Sementara itu, Kuningan sendiri dulunya dikenal sebagai kawasan perkampungan yang berlokasi di luar Kota Batavia (Kota Tua). Pada tahun 1527, Fatahillah dari Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa.
Ia tak sendirian. Fatahillah berkoalisi dengan kerajaan lain, salah satunya adalah Kerajaan Kuningan dari Jawa Barat. Pasukan dari Kuningan tersebut dipimpin oleh Adipati Kuningan itu sendiri, Suranggajaya. Penyerangan berhasil dengan baik.
ADVERTISEMENT
Maka sebagai reward, Fatahillah memberikan salah satu kawasan bagi pasukan Kuningan. Dengan diberikannya kawasan baru tersebut, akhirnya tak semua pasukan Kuningan kembali ke tanah mereka, ada akhirnya yang memilih untuk menetap. Sejak saat itulah, daerah itu dikenal sebagai kawasan Kuningan.
"Dulu kawasan Kuningan besar sekali, tapi karena pembangunan kita tahunya cuma sekitar Rasuna Said," lanjut Farid lagi.
Menariknya lagi, jauh sebelum dihuni gedung-gedung pencakar langit, Kuningan dulunya merupakan kawasan yang berisi peternakan sapi.
Hal ini dituliskan dalam buku “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” yang ditulis oleh Zaenuddin HM. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa Kuningan terkenal sebagai tempat peternakan sapi penghasil susu segar.
Sapi-sapi itu sengaja dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Eropa yang bermukim di Nieuw-Gondangdia. Nieuw-Gondangdia adalah kawasan elit Hindia Belanda atau yang sekarang dikenal sebagai Menteng.
Jalan Rasuna Said yang sekarang dikenal macet itu, dulunya dipakai oleh kereta kuda untuk mengantarkan susu hasil dari peternakan.
ADVERTISEMENT
Makanan kudanya diambil dari Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Pasar Rumput juga dulunya merupakan pasar tempat jual beli rumput antara masyarakat Betawi dengan masyarakat Eropa yang memiliki delman atau gerobak kuda.
Wah, enggak nyangka, ya. Kamu sendiri, punya cerita apa tentang asal-usul kotamu?
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!