Menyambut Leluhur yang Telah Meninggal Lewat Festival Obon di Jepang

24 Juli 2018 14:05 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Obon Festival di Jepang. (Foto: Flickr/Brendan M Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Obon Festival di Jepang. (Foto: Flickr/Brendan M Smith)
ADVERTISEMENT
Setiap orang punya cara atau tradisi sendiri untuk mengenang orang-orang tersayang yang telah meninggal dunia, salah satunya adalah Festival Obon atau Obon Matsuri yang dilakukan oleh penduduk Jepang.
ADVERTISEMENT
Festival Obon atau Obon Matsuri merupakan sebuah tradisi menyambut kehadiran arwah leluhur yang kembali bersama keluarga di bumi. Masyarakat Jepang percaya bahwa ada satu waktu dalam setahun, di mana arwah keluarga yang telah meninggal akan datang mengunjungi keluarga yang masih hidup.
Pemusik di Obon Festival.
 (Foto: Flickr/Rekishi no Tabi)
zoom-in-whitePerbesar
Pemusik di Obon Festival. (Foto: Flickr/Rekishi no Tabi)
Peringatan terhadap Obon Matsuri umumnya dilakukan pada bulan Juli atau Agustus. Namun, tanggal perayaannya berbeda-beda tergantung daerahnya.
Obon Matsuri diperkirakan muncul di kehidupan masyarakat Jepang pada periode Asuka. Kemudian festival ini mulai populer pada abad ke-12, seiring dengan pertumbuhan jumlah pengikut agama Buddha.
Bon Odori dalam Festival Obon. (Foto: Flickr/Mervyn Lai)
zoom-in-whitePerbesar
Bon Odori dalam Festival Obon. (Foto: Flickr/Mervyn Lai)
Konon, Festival Obon atau Obon Matsuri berasal dari sebuah cerita dalam kitab suci Buddha. Dalam kitab tersebut diceritakan seorang murid menemukan ibunya tinggal di Realm of Hungry Ghosts. Tempat itu berisi arwah yang menderita kelaparan dan kehausan. Kemudian ia mendengar instruksi dari Sang Buddha untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi orang tuanya yang telah meninggal.
ADVERTISEMENT
Ia juga ditugasi untuk memberikan persembahan pada para bhiksu, setiap tanggal 15 di bulan ketujuh sebagai ungkapan syukur dan rasa hormat. Kabarnya, persembahan inilah yang nantinya akan membebaskan mereka dari siksaan kekal ketika meninggalkan dunia.
Obon Festival di Jepang. (Foto: Flickr/Brendan M Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Obon Festival di Jepang. (Foto: Flickr/Brendan M Smith)
Cerita tersebut yang menjadi alasan bagi keluarga di Jepang untuk kembali ke rumah kelahiran mereka pada tanggal 13-15 di bulan Juli atau Agustus.
Festival Obon diyakini masyarakat Jepang sebagai bentuk penghormatan terhadap orang mati, pembebasan roh, memberikan makanan dan melepaskan arwah dari penderitaan. Sepanjang tiga hari berturut-turut Festival Obon dilakukan dengan berbagai perayaan dan acara.
Anak-anak berpakaian kimono pada festival Obon. (Foto: Flickr/peace ken)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak berpakaian kimono pada festival Obon. (Foto: Flickr/peace ken)
Ritual ini dimulai dengan Mukaebi, penyalaan cahaya berupa api, lentera dan lampu untuk memandu roh kembali ke rumah. Kemudian dilanjutkan dengan Ohakamairi, yaitu membersihkan dan mendekorasi makam leluhur, berdoa di kuil, dan menyiapkan makahan khusus bagi para arwah.
ADVERTISEMENT
Penduduk Jepang meramaikan perayaan Obon dengan menampilkan Bon Odori. Bon Odori merupakan tarian rakyat setempat yang menjadi salah satu ciri khas dari festival ini. Karena tarian ini sederhana, semua orang dapat berpartisipasi tanpa harus memiliki keterampilan menari khusus.
Tarian komunitas Bon Odori. (Foto: Flickr/Mervyn Lai)
zoom-in-whitePerbesar
Tarian komunitas Bon Odori. (Foto: Flickr/Mervyn Lai)
Dalam Bon Odori para penari akan menggunakan kostum dan dirias seperti tokoh dalam cerita rakyat populer. Mereka kemudian akan membentuk lingkaran di sekitar panggung dan menari sambil diiringi tabuhan gendang khas Jepang.
Di malam terakhir Festival Obon, penduduk setempat akan merayakannya dengan Okuribi. Yaitu ritual membuat api unggun dan menerbangkan lampion sebagai ucapan selamat tinggal pada para arwah yang telah 'berkunjung'.
Bagaimana menurutmu?