Pramugari Ini Pakai Cincin Tunangan Palsu Agar Terhindar dari Pelecehan

16 Agustus 2021 18:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pramugari Swedia Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pramugari Swedia Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kasus kekerasan dan pelecehan pramugari oleh penumpang pesawat marak terjadi dalam penerbangan. Tak sedikit pramugari yang menerima tindakan tak pantas selama ia bertugas.
ADVERTISEMENT
Untuk mengantisipasi insiden tersebut, seorang pramugari bernama Taylor, melalui akun media sosial TikTok-nya terpaksa mengenakan cincin tunangan palsu, demi mencegah pelecehan seksual di dalam kabin. Dilansir Indy 100, wanita berusia 22 tahun itu menyebut cincin tersebut sebagai ''Cincin Pertunangan Amazon'.
"Memamerkan cincin pertunangan Amazon palsu saya di tempat kerja untuk menjauhkan pria-pria nakal," sebutnya.
Ilustrasi Pramugari Eva Airways. Foto: Facebook/@Evaairways
Selain mengindari pelecehan seksual, pramugari itu mengatakan bahwa ia ingin bekerja secara profesional dengan tidak mencampuri urusan percintaan dan pekerjaan. Sehingga, ia memutuskan memakai cincin palsu agar dianggap telah memiliki kekasih.
Video Taylor kemudian mendapat respons dari warganet. Ternyata, tindakan serupa banyak dilakukan oleh warganet yang ingin mencegah tindakan pelecehan seksual di tempat kerja.
“Saya sudah melakukan ini selama bertahun-tahun,'' kata pengguna TikTok.
ADVERTISEMENT
“Saya di bidang kesehatan. Saya melakukan hal yang sama haha,” tulis pengguna lainnya.
Sementara itu, menurut sebuah penelitian, sebagian besar wanita yang mengalami pelecehan seksual sangat ragu jika tindakan pelecehan bakal diganjar sanksi tegas, sehingga cenderung apatis.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh YouGov, 97 persen wanita mengkonfirmasi bahwa mereka telah dilecehkan secara seksual, 80 persen mengatakan mereka pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik.
Hanya 4 persen dari studi perempuan telah melaporkan pelecehan tersebut kepada aparat berwenang, dengan 45 persen mengakui bahwa mereka tidak percaya pelaporan itu akan ditindaklanjuti apalagi sampai menangkap pelakunya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).