Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa plastik merupakan salah satu produk yang memiliki banyak kegunaan. Bayangkan saja, benda itu bisa menjadi wadah bagi benda padat maupun cair. Pemakaiannya juga praktis, setelah digunakan, kamu bisa membuangnya kembali ke tempat sampah.
ADVERTISEMENT
Saking praktisnya, banyak orang yang senang dengan benda yang satu ini. Selayaknya dua sisi mata uang, tentu saja ada hal negatif yang menyertai plastik. Seiring banyaknya orang yang menggunakannya, plastik tengah menjadi perhatian. Pasalnya, sampah sisa penggunaan plastik tidak bisa diuraikan dan menjadi masalah baru bagi bumi dan manusia.
Salah satu korban dari sampah plastik adalah Bali. Ya, Pulau Bali yang indah mesti menerima nasib dikotori plastik yang digunakan oleh penduduk lokal maupun wisatawan yang datang berkunjung. Pemerintah Bali bahkan kini telah mengambil langkah serius mengatasi sampah.
Mulai dari membuat Peraturan Gubernur yang mengatur tentang batas timbunan sampah hingga melarang penggunaan kantong plastik di minimarket. Meski begitu, setiap musim tertentu, Plt Kadispar Bali, I Putu Astawa mengatakan bahwa tetap saja ada sampah yang datang dan mengotori Bali.
ADVERTISEMENT
"Memang itu kejadiannya musiman. Setiap tahun kejadiannya seperti itu karena kiriman. Cuma itu, kan, (yang di Pantai Kuta) sudah diantisipasi oleh pihak Kabupaten Badung, ya, dan langsung dibersihkan dalam waktu satu hari, ya, sudah clear,'" katanya ketika dihubungi kumparan, Kamis (21/11).
Menanggapi hal itu, travel blogger kenamaan Trinity mengatakan bahwa memang ia sering kali mendapat alasan sampah kiriman tiap kali menemukan banyak sampah di Bali. Padahal sebenarnya, apabila seluruh masyarakat Indonesia hidup bersih dan tak membuang sampah sembarangan, hal itu tidak akan terjadi.
"Semuanya jadi saling tuduh-tuduhan tanpa ada yang melakukan aksi gitu. Kalau misalnya itu kiriman, memang, kan, katanya itu kiriman, ya. Tapi, kan, kiriman itu juga enggak akan terjadi kalau memang seluruh Indonesia itu bersih," ujar penulis buku The Naked Traveler itu pada kumparan lewat sambungan telepon, Kamis (21/11).
ADVERTISEMENT
Senada dengan Trinity, Febrian juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya persoalan sampah sebenarnya tak hanya ada di Bali, tetapi juga di tempat lainnya. Tetapi karena Bali terkenal lebih dari pada destinasi itu sendiri, persoalan ini menjadi perhatian dunia, terutama wisatawan yang peduli dengan lingkungan.
"Sebenarnya sih kalau mau ditanya yang aku kunjungi dan banyak sampah plastiknya bukan cuma Bali aja, ya. Jadi ada banyak tempat. Di Indonesia ada, di luar negeri juga ada, cuma (aku tahu) memang lebih banyak di Indonesia, ya. Karena lebih banyak ngetrip di Indonesia," kata Febrian saat dihubungi lewat sambungan telepon oleh kumparan, Jumat (22/11).
Oleh karena itu, baik Febrian maupun Trinity ingin agar traveler pun turut serta menjaga lingkungan sembari jalan-jalan. Jangan sampai karena kamu berpikir hanya akan singgah sebentar saja di tempat itu, kamu jadi seenaknya tidak memperhatikan keasrian lingkungan.
ADVERTISEMENT
Traveling ramah lingkungan juga diakui Trinity dan Febrian mudah untuk dilakukan. Setidaknya ada tiga hal yang bisa kamu mulai dari dirimu sendiri tanpa perlu merasa terbebani. Berikut ulasannya.
1. Bawa Reusable Bag
Sebagai traveler, Trinity menyarankan agar kamu senantiasa membawa reusable bag. Reusable bag bukan hanya bisa kamu bawa ke Bali, tapi juga ke destinasi lainnya saat jalan-jalan. Dengan membawa reusable bag, kamu tentunya akan mengurangi penggunaan kantong plastik.
"Bawa reusable bag, yang bisa dilipat kecil untuk belanja, gitu. Jadi kita enggak usah pakai kantong plastik," saran wanita berambut pendek ini.
2. Bawa Botol Minum Sendiri
Selain membawa reusable bag atau tas yang bisa digunakan berulang kali, saran lain yang dianjurkan Trinity dan Febrian adalah membawa botol minum sendiri. Dengan membawa wadah air minum, kamu pastinya jadi mengurangi pembelian air minum botol dalam kemasan.
ADVERTISEMENT
“Apalagi yang modelnya gelas-gelas, gitu, lebih susah lagi. Yang gelas itu kan soalnya enggak bisa digunakan kembali, kan, enggak bisa di-recycle karena terlalu tipis, dan sebagainya,” kata Trinity.
Trinity bahkan bercerita pada kumparan bahwa demi mengurangi penggunaan botol plastik, ia dan teman-temannya bahkan pernah kemping sambil membawa galon. Mereka juga membawa botol minum sendiri untuk digunakan sepanjang kemping.
Selain membawa botol minum pribadi, fasilitas dari pemerintah juga menjadi salah satu hal yang tidak boleh kamu anggap sepele. Karenanya Febrian berharap agar nantinya pemerintah bisa menyiapkan lebih banyak water station di berbagai destinasi wisata sehingga nantinya traveler tak kesulitan dalam mengisi botol minum mereka.
3. Tidak Memakai Sedotan Plastik
ADVERTISEMENT
Sedotan plastik memang terlihat sederhana, tapi dampaknya tidak sesederhana itu. Beberapa tahun lalu bahkan sempat beredar video penyu yang tidak bisa bernapas dengan baik karena ada sedotan plastik yang menyangkut di hidungnya.
Ketika para penyelamat mencoba mengeluarkan sedotan itu, penyu tersebut terlihat kesakitan. Saat sedotan ditarik, hidung penyu pun mengeluarkan darah.
Ketimbang menggunakan sedotan plastik, kamu bisa memilih menggunakan sedotan berbahan stainless, kaca, atau bambu sebagai penggantinya. Sebisa mungkin, tolaklah sedotan sebelum ditawarkan, sehingga sedotan plastik itu tidak sampai di tanganmu.
Bagaimana, sudah tahu kan cara traveling yang ramah lingkungan? Kalau bukan dimulai dari kamu sendiri, siapa lagi?