10 September Jadi Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, Kenapa Penting Dirayakan?

21 September 2024 16:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hendak bunuh diri. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hendak bunuh diri. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ladies, tahukah kamu bahwa kejadian bunuh diri di Indonesia masih tinggi? Bunuh diri merupakan masalah kompleks yang sebenarnya bisa dicegah lewat penanganan yang tepat. Sebagai salah satu cara meningkatkan pemahaman soal isu ini, dunia pun diajak untuk merayakan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia.
ADVERTISEMENT
World Suicide Prevention Day atau Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia diperingati pada 10 September tiap tahunnya. Hari peringatan ini diresmikan pada 2003 lalu di Stockholm, Swedia, oleh Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri (IASP) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut estimasi WHO, setiap tahunnya, 720 ribu orang di dunia meninggal akibat bunuh diri. Hampir 77 persen dari kejadian bunuh diri itu terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, bunuh diri masih marak terjadi. Data oleh Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri mengungkap, selama 2024, ada 849 bunuh diri yang terjadi. Masalah ekonomi hingga sosial menjadi salah satu faktor terbesar penyebab bunuh diri di Indonesia, menurut Pusiknas Polri.
ADVERTISEMENT

Kenapa angka bunuh diri masih tinggi?

Ilustrasi memberi dukungan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Dikutip dari situs resmi WHO, bunuh diri dilakukan akibat faktor berlapis. Bunuh diri dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, biologis, psikologis, dan lingkungan yang terjadi dalam hidup korban.
Menurut WHO, negara-negara berpendapatan tinggi mencatat adanya kaitan antara bunuh diri dengan gangguan mental. Namun, banyak juga bunuh diri yang dilakukan secara impulsif saat seseorang sedang mengalami krisis dalam hidupnya.
Mereka merasa tak mampu menjalani tekanan yang datang, seperti masalah keuangan, masalah dalam hubungan sosial dan asmara, atau penyakit kronis, dan memilih mengakhiri hidup.
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Mereka yang mengalami kejadian-kejadian traumatis, seperti konflik, bencana, kekerasan, atau perasaan terisolasi juga berpotensi melakukan bunuh diri. Selain itu, angka bunuh diri juga tinggi dalam kelompok-kelompok rentan, seperti pengungsi dan imigran, LGBT, orang-orang suku asli, hingga tahanan penjara.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, stigma yang mengelilingi isu kesehatan mental dan bunuh diri masih kuat melekat. Dikutip dari American Psychiatric Association, banyak orang dengan gangguan mental tidak mendapatkan pertolongan yang layak akibat stigma dan diskriminasi. Banyak dari mereka yang enggan mencari pertolongan karena khawatir dianggap berbeda atau dihina akibat kondisi mereka.
WHO menyebut, banyak korban bunuh diri yang tidak mendapatkan pertolongan saat mengalami krisis dalam hidup mereka. Pemahaman soal bunuh diri masih kurang baik karena dianggap sebagai hal tabu. Padahal, menurut WHO, bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat yang membutuhkan respons tepat.

Kenapa Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia penting dirayakan

ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya bunuh diri adalah meningkatkan pemahaman soal bunuh diri. Di sinilah World Suicide Prevention Day bermain peran: untuk menyebarkan kesadaran soal isu ini dengan lebih luas.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, WHO mengusung tema Start the Conversation untuk Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Lewat tema tersebut, hari peringatan ini menyasar pentingnya mengurangi stigma soal bunuh diri. Selain itu, hari peringatan ini juga mengajak orang-orang untuk berani berbicara soal isu tersebut.
“Mengubah narasi soal bunuh diri adalah soal mentransformasi bagaimana kita memandang isu kompleks ini, dan mengubah budaya diam dan stigma menjadi budaya terbuka, saling memahami, dan saling mendukung,” kata WHO dalam keterangan resminya.
Ilustrasi depresi. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
WHO juga mengajak lebih banyak orang untuk berempati kepada sesama. Dikutip dari Mind, sebagai bentuk pertolongan terhadap orang-orang dengan tendensi bunuh diri, kamu bisa mulai dengan menjadi pendengar yang baik.
Ajak mereka untuk berbicara soal kondisi mereka, dengarkan tanpa menghakimi, dan bujuk mereka untuk mencari pertolongan, baik pertolongan mandiri (self-help) hingga bantuan profesional. Yakinkan bahwa mereka tidak sendirian dalam menjalani krisis dan tekanan dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Jika kamu memiliki kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, segera cari pertolongan. Hubungi orang terdekat yang bisa dipercaya. Dalam situasi darurat, kamu bisa menghubungi sejumlah hotline yang tersedia, yakni di nomor 112; nomor 119 ekstensi 8, dan organisasi BISA Helpline di Instagram @bisahelpline.