Alasan Kita Perlu Merasa Bahagia Sebelum Menjalin Hubungan Cinta

30 November 2019 13:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Terkadang, kita mungkin pernah merasa kesepian dan berharap menjadi lebih bahagia setelah menemukan orang yang spesial dalam kehidupan kita. Hal ini kemudian menjadikan sebagian orang berfantasi bahwa memiliki hubungan cinta akan membantu kita menyelesaikan semua masalah dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Padahal, tidak demikian. Ada kalanya hubungan cinta justru akan membawa masalah baru, yang hanya dapat diselesaikan bila kita sudah lebih stabil secara emosi dan bisa mencintai diri sendiri. Selain itu, ada juga hubungan yang tak bisa berjalan dengan baik bila kita belum merasa bahagia dan justru memberatkan pasangan dengan masalah-masalah dari masa lalu.
Oleh karena itu, sebelum menjalin hubungan dengan orang lain, ada baiknya kita mencoba menyelesaikan masalah dan belajar untuk merasa bahagia dengan diri sendiri. Selengkapnya, berikut beberapa alasan yang bisa kita pertimbangkan sebelum memulai hubungan baru:
1. Lebih siap menghadapi hubungan cinta
Ilustrasi perempuan bahagia. Foto: Shutterstock
Terkadang, kita mungkin terjebak dalam bayangan bahwa hubungan cinta akan selalu dipenuhi dengan rasa bahagia. Padahal, tidak begitu. Dalam hubungan manapun, pasti ada cobaan dan pertengkaran yang harus dilewati. Bisa jadi, kita juga akan memiliki perbedaan keinginan dan harapan dengan orang yang dicintai.
ADVERTISEMENT
Maka, sebelum masuk ke dalam suatu hubungan dan berusaha menyelaraskan langkah dengan pasangan, kita perlu menyelesaikan masalah dalam diri dan merasa bahagia terlebih dahulu. Menurut Dr. Eva Selhub, seorang dokter sekaligus life coach asal Amerika, saat seseorang merasa lebih bahagia, mereka bisa menjalani hubungan cinta dengan lebih baik. Mereka juga akan berusaha menyelesaikan masalah yang muncul dalam diri, tanpa menunggu hingga orang lain menyelesaikan masalah tersebut.
"Dengan demikian, Anda bisa menjadi diri yang seutuhnya dalam suatu hubungan, sekaligus memberi ruang kepada pasangan untuk menjadi diri mereka seutuhnya juga," tulis dr. Eva dalam Huffpost.
2. Menghindari terjebak dalam hubungan yang salah
Ilustrasi perempuan menulis buku harian. Foto: Shutter Stock
Bila kita terjun ke dalam suatu hubungan dengan ekspektasi akan merasa lebih bahagia karena keberadaan pasangan, kita bisa terjebak dalam hubungan cinta yang bermasalah. Misalnya, dengan terjebak dalam hubungan codependent atau berat sebelah, lantaran kita mengharapkan bisa mendapat cinta dari pasangan bila terus berusaha memberikan cinta kepada mereka. Padahal, kita belum tentu akan mendapatkan cinta dalam hubungan itu.
ADVERTISEMENT
"Dalam sebuah hubungan codependent, salah satu pihak akan mengemban beban untuk memberikan perhatian dan seringkali kehilangan diri sendiri pada prosesnya," ungkap Dr. Shawn Burn mengutip Time.
Selain itu, kita juga bisa terjebak dalam harapan yang tidak realistis terhadap pasangan. Awalnya, kita mungkin berharap akan bisa menjadi lebih bahagia bila telah memiliki orang yang spesial dalam kehidupan. Padahal, belum tentu orang itu benar-benar seperti apa yang kita bayangkan, maupun bisa membuat kita merasa bahagia.
3. Tidak membebani pasangan dengan luka dari masa lalu
Ilustrasi perempuan bahagia. Foto: Shutterstock
Kita mungkin memerlukan waktu yang lama sampai bisa berdamai dengan diri sendiri. Akan tetapi, hal ini tak boleh membuat kita berlaku tak adil atau justru menyakiti pasangan. Apalagi, bila kita justru membebani mereka dengan masalah yang belum diselesaikan dengan pasangan atau orang lain di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Maka, sebelum melanjutkan ke hubungan yang baru, setidaknya kita perlu menyadari dengan jelas mengenai hal-hal yang tak berjalan lancar di masa lalu. Bila kita belum bisa sepenuhnya melupakan rasa sakit dari kejadian tersebut, setidaknya kita bisa menyadari apa hal yang salah dan menjalin hubungan cinta yang lebih sehat.
"Beban yang boleh dibawa ke dalam hubungan adalah masalah-masalah yang sudah Anda sadari, bisa dibicarakan dan didiskusikan dengan pasangan (bila Anda merasa sudah percaya dengan mereka), dan bisa Anda pertanggung jawabkan," tutur Dr. Fran Walfish, seorang psikoterapis di bidang remaja, keluarga, dan hubungan, seperti dikutip Bustle.