Kenali 5 Mitos Latihan Kardio yang Tidak Efektif untuk Menurunkan Berat Badan

21 September 2021 21:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kenali 5 Mitos Latihan Kardio yang Tidak Efektif untuk Menurunkan Berat Badan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kenali 5 Mitos Latihan Kardio yang Tidak Efektif untuk Menurunkan Berat Badan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kalian yang mulai menerapkan pola hidup sehat pasti tidak asing dengan latihan kardio atau kardiovaskular. Ya, kardio merupakan jenis latihan aerobik yang membutuhkan oksigen dalam jumlah tinggi karena detak jantung meningkat.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kebutuhan oksigen dalam olahraga ini membantu tubuh membakar kalori dan menurunkan berat badan. Karena itu, kardio merupakan jenis olahraga yang sering dikaitkan dengan penurunan berat badan.
Olahraga ini juga berperan menjaga kesehatan jantung, paru-paru, dan sistem peredaran darah. Beberapa contoh kardio yang paling umum adalah berjalan, bersepeda, dan berenang.
Sayangnya, ada banyak mitos terkait latihan kardio untuk menurunkan berat badan. Berikut beberapa mitosnya yang sebaiknya tidak lagi dipercaya.
Ilustrasi perempuan olahraga di rumah. Foto: Shutter Stock

1. Hanya fokus pada kardio

Saat fokus melakukan kardio selama berjam-jam, kalian mungkin berharap dapat menurunkan berat badan dengan lebih cepat. Kita berpikiran bahwa kalori yang masuk sama dengan kalori yang dibakar saat latihan kardio.
Faktanya, pemikiran ini keliru. “Anda mungkin menurunkan berat badan lebih cepat hanya dengan melakukan kardio, tapi sayangnya itu adalah jenis berat yang salah,” kata pelatih pribadi yang berasal dari Kansas, Amerika Serikat, Greg Justice.
ADVERTISEMENT
Kardio hanya akan membakar lemak dan otot. Untuk mendapatkan perubahan yang bertahan lama, kalian harus menambahkan latihan beban ke dalam rutinitas olahraga. ”Latihan beban membangun massa otot tanpa lemak, yang meningkatkan metabolisme dan membakar lebih banyak lemak, bahkan saat Anda sudah selesai berolahraga," kata Justice.

2. Melakukan kardio dalam waktu di bawah satu jam, hasilnya tidak akan sepadan

Pada kenyataannya, latihan kardio setengah jam sehari, baik itu berlari, latihan treadmill, turun naik tangga, lompat tali, atau bersepeda, sangat bermanfaat bagi tubuh.
Melis Edwards, M.S., pelatih lari dan triathlon, sekaligus penulis buku Deep End of the Pool Workouts mengatakan, “Daripada tidak melakukan latihan sama sekali, lebih baik disarankan melakukan lima sesi kardio dalam seminggu. Dalam satu hari kita bisa melakukan latihan kardio selama sepuluh menit.”
ADVERTISEMENT
Jangan terlalu khawatir tentang berapa lama rentang waktu yang dihabiskan untuk berlatih kardio. Fokuslah pada upaya yang kalian lakukan secara rutin dan manfaat yang didapat.
com-Ilustrasi sedang melakukan senam aerobik di rumah dengan bantuan video. Foto: Shutterstock

3. Melakukan kardio dengan perut kosong membakar lemak tubuh secara maksimal

Olahraga saat perut kosong memang membakar lebih banyak kalori. Namun, latihan tanpa bahan bakar tubuh tidak dapat berlangsung lama. Jika tidak makan, kalian mungkin tidak tuntas dalam berolahraga karena kelelahan. Selain itu, berpuasa dalam waktu lama di pagi hari dapat memperlambat metabolisme. Jadi makanlah sesuatu, seperti pisang atau kacang, 30 menit sebelum berolahraga.

4. Kardio lebih efektif dilakukan pagi hari

Tidak ada waktu yang benar atau salah untuk berolahraga. Yang terpenting adalah konsistensi. Jika konsisten latihan, berolahraga di pagi atau sore hari akan memberikan manfaat yang sama.
Ilustrasi pemanasan. Foto: Shutterstock

5. Jika hanya berlari atau bersepeda, seseorang dapat melewatkan pemanasan

Sebelum melakukan kardio seperti berlari atau bersepeda, kalian lebih baik melakukan pemanasan. Bila melewatkan pemanasan, kalian tidak mendapatkan banyak manfaat untuk pembentukan otot dari berolahraga.
ADVERTISEMENT
Kamu juga menggabungkan dengan latihan kekuatan melalui beberapa gerakan, seperti squat, deadlift, dan lunge. Tidak hanya itu, latihan kekuatan akan membuat kalian menjadi pelari dan pengendara sepeda yang lebih baik.
Penulis: Adonia Bernike Anaya