Marshanda Mengidap Tumor Payudara, Apa Bedanya dengan Kanker Payudara?

3 Juni 2022 10:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Artis Tanah Air, Marshanda. Foto: Dok. Marshanda
zoom-in-whitePerbesar
Artis Tanah Air, Marshanda. Foto: Dok. Marshanda
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru-baru ini, selebriti Indonesia, Marshanda mengabarkan bahwa dirinya mengidap tumor payudara. Kabar ini disampaikan lewat kanal YouTube pribadinya, MARSHED, pada Senin (30/5). Ia pun meyakinkan bahwa dirinya tetap berusaha untuk melakukan perawatan dan berjuang untuk bisa sembuh.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari kondisi yang terjadi pada Marshanda, Ladies mungkin bertanya-tanya, apa itu tumor payudara? Lantas, apa perbedaan antara tumor payudara dan kanker payudara?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi Onkologi di RSU Bunda Jakarta, dr. Hayatun Nufus, SpPD-KHOM, FINASIM, memberikan penjelasan soal perbedaan kedua kondisi tersebut kepada kumparanWOMAN.

Memahami tumor payudara yang diderita Marshanda

Hayatun mengatakan bahwa tumor merupakan istilah umum di bidang medis untuk menandai adanya satu benjolan. Di samping itu, benjolan yang disebut sebagai tumor juga bisa dibahasakan sebagai massa atau lump.
Ilustrasi kanker payudara. Foto: Shutterstock
“Nah, kalau tumor, dia belum dapat dikatakan apakah dia jinak atau ganas, karena dia [tumor] bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). Kalau [tumor] ganas, disebutnya kanker,” ucap Hayatun ketika diwawancarai pada Kamis (2/6).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, tumor payudara yang bersifat jinak dapat berupa benjolan yang kistik atau lembek dan mengandung cairan, tetapi juga bisa bersifat solid atau padat.
Sementara itu, benjolan kanker payudara umumnya keras. Namun, Hayatun mengungkapkan bahwa benjolan kistik dengan campuran komponen yang padat juga dapat bersifat ganas.

Apakah tumor jinak di payudara berpotensi menjadi ganas?

Setelah memahami penjelasan di atas, Ladies mungkin penasaran tentang potensi keganasan pada tumor jinak di payudara. Terkait hal ini, Hayatun menjelaskan bahwa ada jenis tumor yang berpotensi untuk berubah menjadi ganas.
“Kalau misalnya tumor yang jinak ini, ada jenis yang berpotensi untuk berubah menjadi ganas. Misalnya, salah satunya adalah kalau dia pernah ada riwayat penyakit payudara sebelumnya, seperti Ductal Carcinoma In Situ, itu masuknya golongan ganas, ya, yang sifatnya masih sangat awal,” jelas Hayatun.
Ilustrasi kanker payudara Foto: Shutter Stock
Dikutip dari Mayo Clinic, Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) merupakan sel-sel abnormal yang muncul di saluran susu pada payudara. DCIS diketahui berisiko rendah untuk berubah menjadi ganas (invasif), tetapi terkadang, DCIS memiliki potensi berubah menjadi invasif.
ADVERTISEMENT
Namun, tumor atau benjolan jinak yang terdeteksi di payudara tidak selalu berpotensi menjadi ganas, Ladies. Hayatun mengungkapkan, ada benjolan-benjolan yang sifatnya jinak ini mengarah ke infeksi, sehingga pengobatannya pun dengan pemberian obat-obatan seperti antibiotik atau antinyeri. Oleh karena itu, benjolan yang sifatnya jinak seperti ini tidak memerlukan tindakan operatif (operasi).

Mengenal lebih jauh kanker payudara

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tumor payudara yang bersifat ganas (maligna) disebut sebagai kanker. Secara umum, Hayatun menjelaskan bahwa kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya.
Ilustrasi perempuan memeriksa kanker payudara. Foto: Shutter Stock
Hayatun mengungkapkan, kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker terbanyak di Indonesia. Pada data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, untuk jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
ADVERTISEMENT

Kapankah harus ke dokter?

Hayatun pun menyarankan kepada para perempuan untuk langsung memeriksakan diri ke dokter begitu merasakan adanya benjolan atau tumor di payudara. Sebab, tumor tersebut harus segera diketahui sifatnya jinak atau ganas.
“Nanti, dokter melakukan serangkaian pemeriksaan, mulai dari wawancara medis maupun pemeriksaan fisik, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang. Nah, pemeriksaan-pemeriksaan ini, anamnesis dan pemeriksaan fisik atau wawancara medis, itu sekitar 70 persen kita bisa menduga apakah ini jinak atau ganas,” paparnya.
Ilustrasi periksa kanker payudara Foto: Shutterstock
Semakin cepat dilakukan deteksi oleh dokter, semakin baik juga penanganannya. Jika ternyata tumor tersebut dicurigai bersifat ganas, dokter akan melakukan tindakan seperti core biopsy. Setelah itu, dokter akan menentukan terapi selanjutnya.
“Kalau ternyata ini tumornya ganas, semakin cepat kita deteksi, semakin awal deteksinya, dalam arti stadiumnya pada saat ditemukan tumor itu stadiumnya masih awal, prognosisnya makin baik. Sebaliknya, kalau stadiumnya makin besar, apalagi yang sudah menyebar atau stadium lanjut, itu prognosisnya makin buruk,” tutup dia.
ADVERTISEMENT
Karena deteksi awal merupakan kunci untuk kesuksesan perawatan tumor dan/atau kanker payudara, maka lakukanlah deteksi mandiri sedini mungkin, Ladies. Ini bisa dilakukan dengan memeriksa payudara sendiri, atau SADARI.