Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Role Model Anggun C Sasmi: Soal Makna Pencapaian, Usia 50 & Ambisi Selanjutnya
20 Agustus 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 10 menitADVERTISEMENT
Di mana ada Anggun, ke situlah pandangan mata tertuju. Itulah kalimat yang pantas untuk mendeskripsikan aura magnetis sang diva rock Indonesia. Meskipun sudah berkarier selama tiga dekade, suara kuat Anggun C Sasmi masih tetap membuat pendengarnya terkesima.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, jelang konser tunggalnya di Indonesia, Anggun bersedia meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang bersama kumparanWOMAN. Di sore hari itu, 22 Juli 2024, Anggun tiba di lokasi wawancara, yakni kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, usai melewati kesibukan di tempat lain.
Meskipun punya jadwal yang padat, Anggun tak berhenti tersenyum saat menyapa tim kumparanWOMAN yang sudah lebih dulu tiba di Kemenparekraf. Bahkan, sepanjang wawancara dan pemotretan, perempuan berusia 50 tahun ini kerap melontarkan lelucon dan celotehan yang mengundang gelak tawa.
Perbincangan pun mengalir di tengah suasana yang semakin hangat. Siapa sangka, sosok penyanyi yang telah mengglobal mampu membuat orang baru merasa sudah kenal lama? Ya selain terkenal dengan aura magnetisnya, Anggun juga dikenal sebagai sosok selebriti yang ramah kepada siapapun.
Akhir Juli 2024, Anggun menggelar konser tunggalnya di Jakarta yang bertajuk Enchanting Anggun. Sesuai dengan namanya, konser tersebut mampu enchanting alias membuat para Anggunesia—julukan penggemar Anggun—terpukau. Selama dua jam lebih, perempuan berdarah Jawa ini membawakan 20 lagu hits-nya dan mengajak para penonton tenggelam dalam suasana.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan konser tersebut bukanlah hasil jerih payah Anggun seorang. Dalam wawancara bersama kumparanWOMAN , Anggun mengatakan bahwa pagelaran musik ini merupakan kolaborasi antara dirinya, komponis ternama Andi Rianto, dan direktur visual Rangga Djoned.
“Ini pertama kali aku main bareng Andi Rianto dan orkestra, Magenta Orchestra. Walaupun sebenarnya sudah pernah dulu main, tapi untuk konser tunggal ini baru pertama kali. Lalu, direktur visualnya itu Rangga Djoned,” beber Anggun saat menceritakan behind the scene konser Enchanting Anggun.
Ini hanyalah satu dari ratusan penampilan spektakuler Anggun. Perempuan yang pindah kebangsaan Prancis sejak 1994 ini sudah berkeliling dunia memamerkan kemampuan vokalnya, dari Amerika Serikat sampai Azerbaijan. Ia pernah menjalani banyak tur untuk mempromosikan album-album internasionalnya, bahkan mewakili Prancis di kompetisi menyanyi ternama Eropa, Eurovision, pada 2012. Lagu dan album Anggun pernah menghiasi berbagai tangga lagu bergengsi, termasuk Billboard.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik kemegahan prestasi internasional sang diva, Anggun tetaplah perempuan biasa yang tak hanya supel dan menyenangkan, tetapi juga berpola pikir progresif. Di atas segalanya, ia juga seorang “Mama Gaul” bagi putri remajanya, Kirana Cipta Montana Sasmi, dan istri yang menikmati kehidupan rumah tangga harmonis bersama suaminya, Christian Kretschmar.
Dalam rubrik Role Model kali ini, kumparanWOMAN mengupas lebih dalam soal karier, pandangannya soal kehidupan sebagai seorang perempuan, role model, dan kedekatan Anggun dengan putri semata wayangnya. Perbincangan hangat dengan Anggun di sore hari itu pun dipenuhi dengan candaan yang mengundang gelak tawa hingga kata-kata bijak dari sang musisi.
Q: Hingga saat ini, Anggun sudah berkarier lebih dari tiga dekade, dari bintang rock dalam negeri sampai penyanyi level internasional. Bagaimana Anggun melihat pencapaian ini? Apa ambisi Anggun selanjutnya?
A: Kalau melihat pencapaian sampai saat ini, aku senang, aku bangga, dan aku bersyukur sekali. Aku merasa beruntung sekali meninggalkan Indonesia pada saat umurku masih 20 tahunan. Jadi, aku merasa pada saat itu kansnya lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Tapi, terus terang sekarang aku nggak mau hanya di musik saja. Kalau dulu aku hanya selalu di musik, sekarang aku lebih mulai fleksibel untuk mengambil ke arah lain, misalnya perfilman atau televisi. Aku mulai menjadi juri-juri untuk banyak acara dan itu satu salah satu “latihan” yang aku suka, karena itu tetap akan membuat aku relevan di mata orang. Aku enggak mau cuma di musik karena dari dulu, aku selalu bilang, publik itu pacarnya banyak.
Selalu akan ada penyanyi yang lebih muda, lebih cantik, dan kalau hanya sisi asetnya hanya di situ (menyanyi), ya susah. Jadi makanya aku selalu pikir, daripada membuat sesuatu yang trendi, aku mau membuat sesuatu yang long-lasting, lebih klasik, lebih tak lekang oleh waktu.
ADVERTISEMENT
Aku termasuk, sekali lagi, beruntung punya lagu-lagu yang evergreen yang disukai. Sampai sekarang, masih ada anak-anak umur 7 tahun sampai 77 tahun yang menyanyikan lagu-laguku. Itu mahal banget buat seorang artis.
Q: Anggun sekarang menginjak usia 50 tahun. Bagaimana Anggun memaknai usia ini sebagai seorang perempuan?
A: Ada orang yang melihat umur sebagai ancaman, ada yang melihatnya sebagai kayak batu loncatan. Di antara semua itu, waktu aku berumur 40 tahun, aku enggak merasa 40 tahun. Waktu umur 20, aku merasanya masih anak-anak. Jadi, sebenarnya apa yang dirasakan seseorang, atau tingkat kedewasaannya seseorang, itu enggak harus dilihat dari angka. Kadang kita lebih muda, tapi wise beyond years. Terkadang, ada orang yang umurnya sudah “cukup”, tapi sikapnya kekanak-kanakan.
Buat aku, yang penting, berapapun usianya, seorang perempuan selalu merasa powerful, selalu merasa bahagia, dan lebih merasa in sync dari yang diperlihatkan dan yang tidak dilihatkan. Karena menurutku, sebenarnya, itulah tingkat kebahagiaan; saat yang di luar itu matching sama yang di dalam.
ADVERTISEMENT
Sekarang, aku tiba-tiba sudah 50 tahun saja dan buat aku, aku senang sekali dengan jalan hidupku sampai hari ini. Aku punya anak yang kritis, lucu, dan baik. Aku punya suami yang setaraf dengan aku. Dan aku bertanggung jawab atas hidupku sendiri dan aku tahu apa yang aku suka, apa yang aku tidak suka, apa aku bisa eksplorasi lagi.
Q: Bicara soal anak, sekarang Kirana sudah berumur 16 tahun. Bisa diceritakan seperti apa hubungan ibu dan anak antara Anggun dan Kirana?
A: Ya, dia Scorpio, aku Taurus. Kalau berantem, ya, berantem, gitu. Tapi, berantemnya tetap respectful. Suamiku bilang, “Kamu agak keras, ya, sama dia.” Maksudnya, aku, kan, menjadi contoh perempuan pertama untuk dia. Semua yang akan aku omongin ke dia mungkin ada yang dia dengar, ada yang enggak akan dia dengar. Tapi, yang jelas, dia akan mengikuti contoh yang kita contohkan.
ADVERTISEMENT
Jadi buat aku, aku selalu transparan dari semenjak dia masih kecil. Dia selalu bilang, “Mama kok pergi-pergi terus?” Kujawab, “Ya, Mama, kan, punya pekerjaan.” Buat aku, penting sekali dia tahu bahwa sebelum aku jadi ibunya, aku punya karier, aku perempuan yang punya pekerjaan dan senang sekali dengan pekerjaannya.
Tapi, bukan berarti aku akan menganakduakan anakku. Kehadiran dia dalam hidupku adalah kado. Anakku selalu nomor satu, tapi anakku juga harus tahu. Makanya, dari dulu aku selalu bilang, “Mama harus pergi, tapi nanti balik lagi.” Jadi, setiap hari kita pasti telepon.
Sekarang sudah ada smartphone. Aku selalu tahu dia gerak-geriknya apa—bukan untuk menjadi polisi, tapi untuk tahu saja—dan dia juga dengan senang hati memberitahu.
ADVERTISEMENT
Aku senang, dia adalah remaja yang buat aku normal. Kadang sesekali berbeda dengan kemauannya kita; selalu nurut, tapi dia juga sedang mencoba ini dan itu, mencoba tahu apa yang dia mau, siapa dia sebenarnya.
Q: Apa hal-hal paling romantis yang dilakukan Anggun dan suami, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di momen spesial?
A: Suamiku sangat daily-basis. Dia benar-benar perhatian. Kalau dia sudah bangun, aku disiapkan sarapan. Jadi, dibuatkan cappucino. Dan untuk bikin cappucino itu, dia memakai tiga mesin tertentu; ada grinder buat biji kopi, lalu mesin untuk foaming susunya, dan dia punya mesin kopi yang besar. Itu hanya untuk bikin satu cappucino per hari.
Kita juga kerja bersama ya. Dia dulu touring musician, jadi, kadang dia pergi 2-3 bulan untuk bekerja. Sekarang, aku lebih senang dia jadi fotografer saja supaya kalau pergi enggak terlalu jauh, dan aku bisa ikut. Dia spesialis di fotografi hotel. Kadang aku suka ikut menjadi sebagai asistennya, tapi asistennya yang nyobain spa, hahaha.
ADVERTISEMENT
Jadi, ya, dia sangat perhatian, kayak hal-hal kecil. Tiba-tiba saat pulang, oh, bawa bunga, ciye.
Q: Siapa sosok role model bagi Anggun dalam berkarya?
A: Michelle Yeoh. Dia dari Asia, dan untuk bisa meraih pencapaiannya pasti sama sekali tidak mudah. Ada juga Susi Pudjiastuti. Ibu Susi juga termasuk perempuan yang fierce. Kita sama-sama nggak tamat SMA, tapi lihat dia di mana. Aku suka perempuan seperti Bu Susi yang bikin rules-nya sendiri.
Q: Bicara soal perempuan, apakah ada isu soal perempuan yang menjadi perhatian bagi Anggun selama ini?
A: Banyak isu yang menjadi perhatianku. Dulu, aku pernah menulis di satu platform literasi, namanya Kureta, tentang solidaritas feminin. Aku lihat, solidaritas feminin ini makin lama makin menipis.
Ini pengalaman pribadiku. Waktu aku hamil dengan anakku, banyak sekali perempuan yang tiba-tiba bertanya, “Oh, nanti mau menyusui apa enggak? Nanti lahirnya bagaimana? Dokternya siapa?” Ditanya juga, “Kira-kira kapan lahirnya?” Lalu kujawab, “Oh, nanti tanggal 8 November.” Lho, kok sudah tahu? Ya, sudah tahu karena akan caesar. Tiba-tiba, yang mengkritik itu banyak sekali, seperti, “Kok, caesar, ya? Kenapa? Mbak merasa enggak mampu atau apa?”
Lalu kupikir, “Memangnya kenapa?” dan mereka menjawab, “Mba, kan, harus tahu dong, ibu dulu enggak pakai caesar, bahkan mungkin enggak pakai epidural atau enggak pakai ini itu.” Jadi, kesannya aku merasa dipojokkan karena melahirkan anaknya semudah itu—padahal caesar enggak mudah—dan kesannya aku bukan ibu yang benar. Enggak begitu.
ADVERTISEMENT
Padahal, bukan berarti karena satu perempuan pernah merasa susah melahirkan, tiba-tiba semua perempuan harus merasakan kesusahan itu. Buat aku itu tuh satu stigma yang harus kita patahkan.
Memang, saat Mamaku dulu melahirkan aku, katanya sengsara banget, gitu. Sementara itu, Kirana kadang suka bertanya, “Waktu dulu Mama melahirkan aku, sakit enggak sih?” Dia sering lihat di film-film, ibu-ibu teriak saat melahirkan, kayaknya itu traumatis banget. Aku bilang ke Kirana, “Enggak. Kamu lahir tujuh menit. Aku mendengarkan musik. Kita semua bahagia banget di ruang bersalin.”
Kalau misalnya aku melewati hal-hal yang mungkin buatku traumatis, apakah itu fisik atau mental, aku enggak mau anakku melewati hal yang sama. Aku enggak mau perempuan-perempuan lain melewati sesuatu yang sama hanya karena aku dulu pernah tidak beruntung dalam satu hal.
ADVERTISEMENT
Jadi, sepertinya, solidaritas feminin harus dimulai dari kemauannya masing-masing untuk memberi sesuatu yang baik, untuk mendukung para perempuan, apa pun pilihan mereka.
Apakah mereka mau melahirkan secara caesar, apakah mereka mau pakai hijab, atau mereka enggak mau pakai hijab, kita harus bisa mendukung masing-masing. Karena kalau perempuan saja enggak didukung sesama perempuan, siapa lagi yang mau dukung kita?
Q: Bagi kami, Anggun adalah sosok role model, dengan segala kegigihan Anggun mencapai aspirasi karier. Apa inspirasi yang ingin Anggun berikan kepada para perempuan?
A: Yang aku ingin sampaikan adalah kita harus mencoba gigih dalam membuat sesuatu. Banyak orang bilang, “Kita hanya bisa sampai umur sekian, dan setelah mencapai 40 tahun, ya, pikirkan buat settle down.” Sebenarnya, enggak begitu. Yang punya timeline masing-masing itu, kan, diri kita sendiri.
Saat Michelle Yeoh menang Oscar tahun lalu, umurnya dia berapa? 70 tahunan. Pidato dia saat itu benar sekali: Don't let anyone tell you you’re past your prime. Itu sangat menginspirasi. Karena memang itulah yang harus kita selalu ucapkan ke perempuan.
ADVERTISEMENT
Kalau kita yakin dan bersungguh-sungguh jalankan, pasti dijalankan. Buat aku, sebenarnya, kesempatan itu akan selalu datang. Aku sudah mengalami ini. Aku kira, “Oh, pengalaman itu hanya datang sekali.” Enggak, bohong itu bohong.
Pengalaman datang berkali-kali, tapi kita yang harus pintar-pintar melihat. Kita juga harus bisa menciptakan kesempatan itu untuk datang. Caranya mungkin dengan memultiplikasi lahan dan minat kita. Jadi, setiap hal itu bisa kita cari. Intinya, semuanya dari kita.