Sari Chairunnisa, kumparanWOMAN, (HR),

Spesial Hari Ibu: Wawancara Sari Chairunnisa & Nurhayati Subakat

24 Desember 2019 11:04 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr. Sari Chairunnisa, SpKK dan Nurhayati Subakat untuk program kumparanWOMAN, 'My Mom, My Inspiration'. Stylist: Anantama Putra, Busana: Ghea Fashion Studio. Foto: SweetEscape
zoom-in-whitePerbesar
dr. Sari Chairunnisa, SpKK dan Nurhayati Subakat untuk program kumparanWOMAN, 'My Mom, My Inspiration'. Stylist: Anantama Putra, Busana: Ghea Fashion Studio. Foto: SweetEscape
ADVERTISEMENT
Sebagian dari Anda tentu mengenal Nurhayati Subakat sebagai pebisnis perempuan pendiri PT Paragon Technology and Innovation (PTI), perusahaan yang menaungi brand kecantikan lokal ternama, seperti Wardah, Make Over, dan Emina.
ADVERTISEMENT
Nurhayati Subakat sukses membawa Paragon menjadi perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia yang terus melakukan inovasi untuk mengembangkan berbagai produk kecantikan baru.
Memiliki tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan, Nurhayati pun mengajak ketiga anaknya untuk bergabung di PTI sebagai generasi penerus. Salah satunya adalah anak perempuannya, dr. Sari Chairunnisa, SpKK
Dengan latar belakang pendidikan kedokteran kulit, Sari awalnya berperan sebagai dermatologi di PTI dan kemudian kini menjabat sebagai vice president untuk divisi research dan development untuk seluruh produk kecantikan di PTI. Meski begitu, proses tersebut membutuhkan waktu yang panjang sebab awalnya Sari sama sekali tidak ingin terjun ke dunia bisnis seperti Ibu dan kakaknya.
dr. Sari Chairunnisa, SpKK dan Nurhayati Subakat untuk program kumparanWOMAN, 'My Mom, My Inspiration'. Stylist: Anantama Putra, Busana: Ghea Fashion Studio. Foto: SweetEscape
Namun berkat teladan dari sang Ibu, Sari akhirnya memutuskan untuk bergabung dalam bisnis keluarga yang sudah dibangun Ibunya dari nol.
ADVERTISEMENT
“Karena Ibu tidak pernah memaksa, saya jadi berpikir dan merefleksikan sendiri apakah tawaran untuk bergabung ini harus saya terima atau tidak. Ya, akhirnya saya mau juga,” ungkap Sari Chairunnisa kepada kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Dalam rangka merayakan Hari Ibu, kumparanWOMAN berbincang bersama pasangan ibu-anak ini untuk program khusus 'My Mom, My Inspiration'. Kami berbincang mengenai berbagai hal; mulai dari bagaimana cara Nurhayati Subakat membujuk Sari Chairunnisa untuk terjun ke bisnis Paragon, hingga cerita soal Nurhayati Subakat yang tak hanya menjadi sosok Ibu, tetapi juga mentor karier dan keluarga, serta menjadi rekan kerja bagi Sari Chairunnisa.
Saat ini Sari dan Ibu bekerja di satu tempat yang sama. Bagaimana rasanya Ibu bekerja dengan anak sendiri?
ADVERTISEMENT
Nurhayati Subakat (NS): Kalau saya sama anak-anak ya sama saja. Jadi kalau lagi bekerja saya anggap mereka itu seperti karyawan juga. Malah saya kalau sama anak-anak itu lebih berani menegur. Kalau sama karyawan yang lain, ya saya harus hati-hati. Kalau anak kan saya sudah tahu karakternya seperti apa. Kalau saya tegur pasti kesel dulu, mereka juga suka bilang, ‘Ibu gimana sih sama orang lain kok kayaknya baik banget, sama saya kok suka ditegur’. Tapi ya memang begitu orangnya.
Kalau Sari sendiri bagaimana rasanya bekerja dengan Ibu?
Sari Chairunnisa (SC): Dibanding kakak yang lain, saya adalah yang paling terakhir bergabung di perusahaan, jadi deg-degan bekerja bareng Ibu.
Dulu Paragon awal-awal yang mengurus keuangan Ibu, formula juga Ibu, jadi dia masih suka datang di meeting R&D per dua mingguan. Kadang ada beberapa histori yang saya dan tim belum hafal, jadi kalau lagi meeting terus ada masalah terkait, Ibu akan mengoreksi.
ADVERTISEMENT
Jadi saya kepikiran, orang-orang akan merasa Ibu menegur dengan ‘topi’ sebagai Ibu, bukan atasan. Saya sering merasa tidak enak. Tapi sebenarnya bukan karena Ibu tidak membedakan antara karyawan dan anak, tapi karena Ibu memang tahu masalahnya jadi dia koreksi langsung.
dr. Sari Chairunnisa, SpKK dan Nurhayati Subakat untuk program kumparanWOMAN, 'My Mom, My Inspiration'. Stylist: Anantama Putra, Busana: Ghea Fashion Studio. Foto: SweetEscape
Bagaimana Ibu membujuk Sari ikut terjun ke dunia bisnis?
NS: Sebetulnya dari dia lulus SMA saya sudah bilang, ‘Sari kamu mendingan ambil farmasi seperti saya’. Tapi dia tidak suka pelajaran farmasi, dia maunya kedokteran. Ya sudah, saya biarkan dia ambil kedokteran. Begitu lulus kedokteran, saya bilang lagi supaya dia ambil spesialis kulit agar kita nanti bisa kerja bareng.
Tadinya dia menolak, dia bilang tidak suka soal kulit dan tidak mau ambil jurusan itu. Tapi seiring berjalannya waktu, setelah mencari jurusan lain, kemudian konsultasi dengan suaminya, akhirnya atas keputusan mereka berdua, Sari ambil spesialis kulit.
ADVERTISEMENT
Lalu begitu lulus spesialis kulit, kakaknya yang bilang pada Sari supaya dia ikut terjun ke bisnis Paragon. Tadinya Sari juga menolak, katanya sudah sekolah spesialis lama, masa harus mengurus bisnis juga. Tapi akhirnya sekarang mau, malah sangat menyenangi. Jadi Sari memang begitu, awalnya menolak dulu nanti lama-lama mau.
Lalu bagaimana proses Sari pada saat itu hingga akhirnya menerima tawaran Ibu?
SC: Ibu dan Bapak (sebenarnya) tidak pernah kasih arahan, instruksi, atau paksaan kepada saya. Pertama mereka hanya akan menawarkan, lalu saya tolak dan mereka membiarkan saja. Kalau sudah begitu, saya akan merasa seperti digantungin. Itu yang kemudian membuat saya mencerna sendiri soal tawaran tersebut.
Ya mungkin karena Ibu sudah mengasuh saya dari kecil, jadi sudah tahu caranya, kalau dikasih begini nanti saya akan seperti ini. Mungkin karena Ibu sudah sering saya tolak berulang kali, jadi sudah tahu polanya.
ADVERTISEMENT
Tapi ya itu, karena Ibu tidak pernah memaksa, saya bilang enggak juga tidak diterusin lagi bujukannya, saya jadi berpikir dan merefleksikan sendiri apakah tawaran ini harus diterima atau tidak.
Kemudian adakah nasihat khusus soal karier yang diberikan Ibu kepada Sari?
SC: Ya itu, Ibu itu tidak banyak nasihat atau wejangan. Tapi dia mengingatkan bahwa Paragon itu bukan berarti jadi tambang emas buat saya, anak-anak, dan generasi-generasi berikutnya. Ini harus lebih besar karena akan memberi manfaat lebih banyak.
Jadi menurut saya, petuah itu yang membuat kami menjalani bisnis ini seperti ibadah. Kita tidak pernah berpikiran harus double the business in three years, tripple in five years. Ibu pasti suka mengingatkan esensi atau konteksnya lagi kenapa kita melakukan ini.
ADVERTISEMENT
Ibu Nurhayati dikenal sebagai pebisnis perempuan yang sukses, bagaimana sosok Ibu menginspirasi Sari dalam berbagai hal?
SC: Kalau dalam berkeluarga saya merasa walaupun Ibu sibuk tapi selalu punya waktu buat anaknya, dan kalau sedang bersama anaknya, dia akan fokus, tidak terdistraksi dengan yang lain. Itu yang selalu menginspirasi saya dalam mengasuh anak.
Dalam bekerja, seiring dengan bertambahnya usia, Ibu melihat segala aktivitasnya sebagai ibadah, semuanya itu untuk mencari berkah dan ridho Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai kehidupan apa yang ditanamkan Ibu pada anak-anak, terutama pada Sari?
NS: Jadi saya tidak pernah membedakan anak laki-laki dan perempuan. Pertama yang ditanamkan adalah soal ketuhanan, itu yang penting. Waktu Sari masuk SMP di Al-Azhar, karena sudah puber, saya minta sama Sari agar memakai hijab dan pakaian Muslim. Awal-awalnya dia menolak, dia merasa sok alim karena teman-temannya belum ada yang memakai hijab waktu itu. Lalu kakaknya juga menasehati, karena sudah baligh ya harus menutup aurat dan alhamdulillah dia menurut akhirnya.
ADVERTISEMENT
Apa yang bikin Sari akhirnya mau mengenakan hijab?
SC: Waktu diminta memakai hijab, saya sempat ragu karena teman tidak ada yang memakai hijab dan di tahun 1999 masih jarang orang pakai hijab. Saya bahkan ingat, walaupun SMP saya itu SMP Islam tapi dari kelas satu sampai kelas tiga itu cuma ada empat orang yang pakai hijab.
Tapi karena Ibu adalah tipe orang yang walk the talk dan tidak banyak memberikan nasihat, saya kemudian jadi melihat beliau dan kemudian belajar sendiri bahwa memakai hijab itu memang diperintahkan di Al-Quran, jadi saya pikir kenapa enggak.
dr. Sari Chairunnisa, SpKK dan Nurhayati Subakat untuk program kumparanWOMAN, 'My Mom, My Inspiration'. Stylist: Anantama Putra, Busana: Studio 133 Biyan from JD.ID. Foto: SweetEscape
Apa nasihat Ibu yang paling diingat dari dulu sampai sekarang?
Kalau nasihat, Ibu itu selalu mengingatkan bahwa kita akan merasa senang saat beraktivitas kalau membuat orang lain juga senang. Jadi konsep altruisme itu sudah diajarkan sejak kecil dan Ibu selalu menunjukkan bahwa membuat orang senang itu tidak harus dengan membuat perusahaan, atau membuka lapangan kerja. Tapi bisa dimulai dari hal-hal kecil. Kita harus peduli dengan orang lain, harus aware, jangan jadi orang yang ignorance, itu yang menurut saya selalu tertanamkan.
ADVERTISEMENT
Saat ini banyak orang mengenal Bu Nurhayati sebagai pendiri kosmetik Wardah dan menjadi salah satu womenpreneur menginspirasi di Indonesia. Tapi Sari mungkin bisa cerita sedikit, Ibu itu seperti apa kalau sedang di rumah?
SC: Ibu kalau di rumah ya seperti Ibu-ibu biasa, membahas besok mau masak apa. Tapi yang saya kagumi dari Ibu, kalau bangun itu bahkan lebih pagi daripada asisten rumah tangga. Lalu kalau melihat Mbak di rumah sedang sibuk, sampai sekarang ya Ibu masih mencuci piring sendiri. Kalau ada yang pecah atau apa, ya dia menyapu dan mengepel sendiri. Yang selalu saya lihat dari Ibu itu adalah kepeduliannya. Kalau Mbak sedang mengantuk atau capek, Ibu akan bilang agar kita merapikan meja makan sendiri.
ADVERTISEMENT
Jadi kalau di rumah ya berperan sebagai ibu, tidak sebagai CEO atau presiden komisaris lagi.
Sebagai ibu dan anak merasa ada kemiripan sifat enggak?
NS: Kami memiliki sifat yang berbeda.
SC: Justru saya merasa, saya dan Ibu itu seperti gas dan rem. Jadi kalau Ibu bilang tim harus begini, tapi saya sendiri merasa sepertinya belum saatnya karena tim belum siap, saya akan bilang meski Ibu berusaha untuk push. Jadi kami memang dua kepribadian yang berbeda.
NS: Kalau saya memang jiwa entrepreneur-nya lebih tinggi daripada Sari. Jadi kalau meeting di R&D dan agak ‘ngegas’ anak-anak, nanti Sari pasti menginjak kaki saya, dia bilang anak-anak bisa jadi stres kalau di-push terus. Kalau sudah begitu, ya sudah saya akan mengikuti saran Sari. Jadi biasanya kalau meeting, Sari yang ngerem saya.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengusaha brand kosmetik, seperti apa gaya riasan favorit Ibu Nur dan Sari?
NS: Kami suka makeup yang soft. Jadi kalau ada komentar ya pasti ujung-ujungnya R&D. Jadi ini lipstiknya enak, siapa yang buat? Ujung-ujungnya tetap bicara soal pekerjaan dan kualitas produk.
Jadi kalau digambarkan dalam beberapa kata, seperti hubungan antara Sari dan Ibu?
SC: Saya sendiri melihat Ibu itu bisa menjadi ibu, Ibu adalah mentor dan rekan kerja juga.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten