Ageisme, Diskriminasi karena Faktor 'U' di Indonesia

Lia Dominica
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
6 November 2021 13:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Dominica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Ron Lach from Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Ron Lach from Pexels
ADVERTISEMENT
Ageisme memang sedikit asing didengar oleh beberapa orang, tetapi cukup sering ditemukan saat bersosialisasi dengan orang lain. Apa itu ageisme? Ageisme adalah sebuah prasangka dan rasisme yang timbul hanya karena usia seseorang atau kelompok. Kasus ageisme di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi terutama pada orang tua. Indonesia memiliki beberapa perundang-undangan yang melarang diskriminasi, salah satunya adalah Pasal 1 (nomor 3) UU No 39 yang berbunyi "Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan langsung maupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia terhadap agama, golongan, status sosial, status ekonomi, bahasa, jenis kelamin, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, budaya dan aspek kehidupan lainnya".
Photo by RODNAE Productions from Pexels

Ageisme Terjadi dalam Kehidupan Sehari-Hari?!

ADVERTISEMENT
Yup, bagi kamu yang masih suka melihat seseorang hanya dari segi umur sebagai tolak ukur maka bisa dikatakan kamu sedang menjadi pelaku ageisme. Loh kok bisa? Apa aja contohnya? Contoh kecilnya saja, ada salah seorang teman kamu sudah memiliki penghasilan dan membiayai dirinya sendiri, namun kamu berkata "Masih umur 16 tahun udah punya banyak uang ya, keren," sekilas kalimat itu memang sangat lumrah diucapkan bahkan bisa menjadi sebuah motivasi teman-teman lainnya untuk mencapai suatu hal.
Tapi apakah kamu merasa janggal terhadap anak berumur 16 tahun sudah bisa menghasilkan banyak uang? apakah anak umur 16 tahun harus sama seperti bayangan orang lain yang masih bergantung pada keuangan orangtuanya? tentu tidak. Tolak ukur umur orang yang bisa menghasilkan uang dalam masyarakat adalah para orang dewasa atau produktif yang berusia sekitar 20 tahun hingga 6o tahun, begitu pula sebaliknya jika orang dewasa belum menemukan pekerjaan pada usia matang.
ADVERTISEMENT
Dewasa ini ada seorang aktris yang membintangi salah satu film meninggal dunia dikarenakan serangan jantung di usia muda. Tidak sedikit media menyayangkan usia yang masih muda meninggal dikarenakan penyakit jantung. Sebenarnya hal tersebut bisa dikatakan wajar karena semua orang bisa memiliki penyakit jantung dan bisa dicegah dengan pola hidup yang sehat. Apakah tutup usia saat muda adalah keanehan? Apakah yang boleh tutup usia hanya orang yang sudah berumur? Tidak.
Photo by Ron Lach from Pexels
Saat melamar pekerjaan pun terdapat maksimal usia untuk bekerja. Jadi kalau ada orang lanjut usia membuka usaha dan sukses, maka akan dipandang sebagai sebuah hal yang tidak wajar. Adanya stereotip masyarakat bahwa orang yang berusia lanjut hanya memiliki fisik lemah, kolot, dan sering dikatakan sudah habis masanya, kini saatnya yang muda yang berkarya. Tidak hanya pemberian nilai kepada orang lain, ageisme juga bisa terjadi pada diri sendiri misalnya kamu mau mulai kuliah S1 pada usia 25 tahun tapi terhalang oleh penilaianmu "Kayanya udah ketuaan deh buat mulai kuliah S1". Pada kenyataannya sebenarnya sah-sah saja jika memang niatan baik tersebut bisa dijalankan.
ADVERTISEMENT
Di media massa atau media sosial seperti televisi, artikel, dan Tiktok juga kerap terjadi ageisme loh ternyata! Ada media yang mengundang bintang tamu seorang kakek berumur, program ini diliput karena dipandang adanya keanehan dan menyedihkan di mana kakek tersebut yang sebelumnya seorang doktor bekerja sebagai pemulung yang sensasional atau sedang viral. Sempat viral juga di dunia hiburan yang menjadikan umur sebagai sebuah candaan pada komedian yang sudah memasuki lanjut usia yang mengarah pada kematian. Pada kasus pertama, kakek tersebut mungkin merasa dihargai dan tidak menyadari adanya kesenjangan ageisme di sana. Berbeda dengan kasus kedua, kejadian ini segera disadari oleh korban rasisme dan menghentikan proses syuting dikarenakan merasa tersinggung oleh ucapan pelaku.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Cara Melawan Ageisme?

Photo by Alex Green from Pexels
Seperti yang dicantumkan pada UU no 39 di atas, jangan biarkan diri kamu atau orang terdekatmu mengalami diskriminasi usia. Berikut cara melawan ageisme:
1. Speak up
Berani mengutarakan rasa ketidaknyamanan jika ada yang dirasa mendekati diskriminasi usia seperti banyaknya pekerjaan kantor yang harus dikerjakan oleh anak baru dan pengurangan pekerjaan pada anggota yang sudah terlihat tua.
2. Up to Date atau aktif
Selalu mengikuti trend atau berita terkini dalam semua aspek dan jangan malu untuk bergaul dengan rentan usia yang berbeda. Dengan bergaul pada usia beragam juga bisa memberikan pelajaran hidup yang lebih bermakna bagi satu sama lain. Jangan ragu juga untuk membuat akun media sosial supaya masih bisa mengikuti perkembangan zaman
ADVERTISEMENT
3. Berpikiran terbuka
Tidak berpikir secara monoton atau hanya mengikuti struktur dalam pola pikir masyarakat. Menerapkan pemikiran dalam berbagai sisi dengan memikirkan kondisi orang lain dan sebagainya.
4. Mandiri
Bersikap mandiri dalam melakukan suatu hal, seperti belanja atau hanya sekadar berjalan-jalan. Menyiapkan keperluan secara mandiri.
Ageisme ini bisa dialami oleh kalangan remaja hingga lanjut usia. pada usia dewasa kita pun sudah melakukan konstruksi masyarakat supaya bisa membimbing anak-anak dan harus merawat orang tua sebagai balas budi. Ageisme bisa berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang, bahkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik seseorang. Selain itu ageisme juga dapat mengakibatkan stres kardiovaskuler, turunnya produktivitas, dan tingkat kepercayaan diri untuk melakukan suatu hal. Apakah di antara kalian pernah ada yang menjadi pelaku ageisme? Stop ya, dan mulai sekarang mari bersama melawan ageisme!
ADVERTISEMENT