Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Alasan-Alasan yang Mendorong Perempuan Indonesia Memilih Childfree
29 November 2024 17:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Lieztya Beliana Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk tidak memiliki anak atau yang lebih dikenal dengan istilah childfree menjadi semakin popular di Indonesia, khususnya dikalangan perempuan, yang didasari oleh alasan yang beragam. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 tercatat sebanyak 71 ribu perempuan Indonesia pada kelompok usia 15-49 tahun mengungkapkan keinginan mereka untuk tidak memiliki anak. Pada dasarnya pilihan perempuan untuk childfree dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks, mulai dari faktor ekonomi sampai alasan pribadi. Berikut adalah alasan utama yang mendorong perempuan Indonesia untuk memutuskan tidak memiliki anak.
ADVERTISEMENT
1. Tekanan Ekonomi
Biaya besar yang diperlukan untuk membesarkan anak menjadi salah satu alasan paling umum yang mendorong perempuan untuk memilih childfree. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 1 rumah tangga di Jakarta saja membutuhkan uang sekitar Rp14.000.000,00 sampai Rp15.000.000,00 selama sebulan pada tahun 2022 untuk mendapatkan hidup yang layak. Sementara itu, Upah Minimum Regional (UMR) di Jakarta pada tahun 2022 hanyalah sebesar Rp4.650.000,00. Jadi, meskipun dalam sebuah rumah tangga suami dan istri sama-sama bekerja, jumlah pemasukan mungkin akan tetap kurang jika dibandingkan dengan pengeluarannya. Maka dari itu, hal ini patut menjadi pertimbangan signifikan dalam memutuskan untuk memiliki anak atau tidak, terutama bagi mereka yang tinggal di perkotaan dengan biaya hidup tinggi.
ADVERTISEMENT
2. Ketidaksiapan Mental
Pilihan untuk memiliki anak bukanlah suatu hal yang mudah. Seorang perempuan membutuhkan kesiapan fisik dan mental untuk menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kehamilan, persalinan, hingga pengasuhan anak. Namun, tidak semua perempuan merasa siap secara mental menghadapi seluruh proses tersebut. Menurut penelitian Hidayat (2013), tingkat kecemasan ibu hamil saat menghadapi persalinan menunjukkan bahwa 69,6% responden mengalami kecemasan sedang. Sementara itu, hanya 8,7% yang tidak merasa cemas atau memiliki tingkat kecemasan ringan.
Data ini mencerminkan tekanan psikologis yang signifikan pada sebagian besar perempuan selama proses persalinan. Ketika perempuan menjadi seorang ibu akan ada banyak kekhawatiran dan ketakutan yang dapat mengganggu pikiran atau bahkan sampai menyebabkan tidak stabilnya kondisi mental mereka. Ketidaksiapan mental untuk menjadi seorang ibu pada akhirnya berpotensi mempengaruhi pola asuh terhadap anak-anak mereka di kemudian hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka alasan ini juga kerap menjadi pertimbangan penting bagi perempuan yang memilih untuk childfree.
ADVERTISEMENT
3. Pilihan Hidup dan Pengembangan Diri
Perempuan sering kali tidak diberi kebebasan untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri. Di Indonesia, masyarakat kita bahkan masih sering menuntut perempuan untuk mengutamakan peran mereka sebagai seorang ibu. Beberapa perempuan bahkan mungkin diminta untuk mengorbankan impian dan karier mereka demi memenuhi ekspektasi dari keluarga ataupun masyarakat. Dengan demikian, pilihan untuk tidak memiliki anak dapat membuka peluang bagi perempuan untuk mengembangkan potensi mereka secara penuh. Perempuan bisa lebih leluasa untuk membangun karier profesional, mengejar pendidikan, atau mengekspresikan dirinya.
Meski demikian, penting untuk digaris bawahi bahwa perempuan yang memilih menjadi seorang ibu juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan karier dan potensi diri mereka. Oleh karena itu, keputusan ini sepenuhnya bergantung pada pilihan perempuan itu sendiri. Hal yang paling penting adalah memberikan kebebasan kepada perempuan untuk menentukan jalan hidup yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan kondisi mereka tanpa tekanan dari siapapun. Pilihan hidup perempuan, termasuk menjadi ibu atau tidak, harus dihormati sebagai bagian dari hak mereka untuk menentukan apa yang terbaik untuk tubuh dan hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Sumber Rujukan:
Hidayat, S. (2013). Kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan, 3(2).
Nallanie, F., & Nathan, F. (2024). Childfree di Indonesia, fenomena atau viral sesaat? Journal Syntax Idea, 6(6).