Konten dari Pengguna

Tim Pengabdian Masyarakat UI Tingkatkan Kepedulian terhadap Rusa Bawean

Mahardhika Hendra Bramasta Surya
Mahasiswa S1 program studi Teknik Industri Universitas Indonesia
4 Desember 2021 20:02 WIB
clock
Diperbarui 12 Desember 2021 21:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mahardhika Hendra Bramasta Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tim Pengabdian Masyarakat UI bersama Sudirman dan Nur Syamsi pada Selasa (9/11) sore WIB. (foto: dokumentasi tim pengabdian masyarakat UI)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Pengabdian Masyarakat UI bersama Sudirman dan Nur Syamsi pada Selasa (9/11) sore WIB. (foto: dokumentasi tim pengabdian masyarakat UI)
ADVERTISEMENT
GRESIK - (9/11/2021) Tim Pengabdian Masyarakat Pramuka SEKAR Kalpavriksha Universitas Indonesia (Pramuka UI) melakukan kunjungan ke penangkaran rusa bawean di Desa Pudakit Barat, Sangkapura, Gresik, Jawa Timur. Kunjungan ini bukan tanpa tujuan, melainkan dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap rusa bawean melalui pemberian informasi kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tim Pengabdian Masyarakat Pramuka UI didampingi oleh Nur Syamsi selaku Kepala Resor Wilayah 11 Pulau Bawean dan Sudirman selaku pemilik penangkaran rusa bawean melakukan observasi di lokasi penangkaran. Rusa yang menjadi maskot Asian Games 2018 ini hanya berjumlah sekitar 405 ekor di alam bebas dan sekitar 50 ekor di kawasan penangkaran. Meskipun terkenal sebagai “Atung”, ternyata saat ini spesiesnya terancam punah.
Foto Rusa Bawean (Axis Kuhlii) yang sadar akan keberadaan tim. (foto: dokumentasi tim pengabdian masyarakat UI)
Populasi rusa bawean di alam bebas sifatnya fluktuatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu alam terkait keberadaan sumber makanan dan manusia terkait perburuan babi liar yang berimplikasi pada rusa bawean. Diharapkan tanah enclave yang ada di dalam kawasan dapat dijadikan padang savana agar rusa bawean tidak lagi masuk ke kawasan pemukiman warga. Dua faktor tersebut dapat diminimalisir sebaik mungkin melalui kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan terkait.
ADVERTISEMENT
Menurut Sudirman, penangkaran ini dibentuk pada 20 Desember 1999. “Berawal dari ditemukannya rusa hamil yang masuk ke jurang karena dikejar anjing liar, dan masyarakat ingin memotongnya. Saya kasihan melihatnya. Saya tawarkan kepada masyarakat untuk diganti dengan daging sapi, lalu rusanya saya ambil. Saya rawat rusa itu di rumah.” ungkap Sudirman (64). Kejadian serupa sempat terulang beberapa kali, dan akhirnya terbentuklah penangkaran yang ada hingga saat ini.
Sudirman menilai rusa bawean harus tetap ada sebagai warisan kepada anak cucu nantinya. Hal tersebut yang menjadi motivasi Sudirman untuk menyelamatkan endemik bawean agar tidak punah. Rusa bawean bukan hanya milik bawean, tetapi milik Indonesia.
Tim Pengabdian Masyarakat Pramuka UI berharap kepada pemerintah, pemangku kepentingan terkait, dan seluruh masyarakat untuk melanjutkan perjuangan Sudirman dalam menjaga kelestarian rusa bawean. Cerita inspiratif Sudirman diharapkan dapat memunculkan sosok seperti Beliau di masa depan. Meskipun hanya aksi yang kecil, tapi diharapkan dapat dirasakan kebermanfaatannya oleh generasi mendatang.
Pemberian cinderamata oleh Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UI (kiri) kepada Sudirman (kanan). (foto: dokumentasi tim pengabdian masyarakat UI)