Ini Penjelasan Dinas Kesehatan Manado Tentang Stunting

Konten Media Partner
22 Maret 2019 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Stunting
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stunting
ADVERTISEMENT
KATA Stunting menjadi populer pasca debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) RI. Waktu itu, Sandiaga Uno, Cawapres nomor urut 02, mengatakan pencegahan dan penurunan angka stunting dengan program menyiapkan susu dan kacang hijau kepada anak-anak di sistem pendidikan TK dan SD.
ADVERTISEMENT
Penjelasan Sandiaga itu kemudian dianggap tidak relevan, karena untuk mengatasi Stunting, justru sejak anak-anak masih dalam kandungan hingga usia 2 tahun atau usia yang belum sekolah.
Lalu sebenarnya apa itu Stunting? dr Ivan Marthen, Kepala Bidang Kesehatan MasyarakatDinas Kesehatan Kota Manado yang ditemui manadobacirita partner resmi kumparan, Jumat (22/3) mengatakan jika Stunting itu sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi.
"Stunting itu pendek. Sejak masih berupa janin, asupan gizi harus bagus 1000 hari pertama, atau kata lain sejak di kandungan hingga usia 2 tahun itu, asupan gizi harus bagus," kata Marthen.
Lanjut menurutnya, lewat dua tahun, asupan gizinya sudah tidak masuk hitungan, karena golden periode pertumbuhan adalah 1000 hari.
ADVERTISEMENT
"Jika asupan gizinya tidak bagus, pertumbuhannya akan lambat, sehingga menyebabkan anak itu pendek dibandingkan anak pada umumnya," kata Marthen.
Kasus Stunting sendiri di Indonesia tahun 2018 sebesar 37 persen, yang artinya 2 dari 5 anak di Indonesia dikategorikan stunting atau pendek.
"Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan targetkan turun jadi 28 persen. Berarti dari 5 anak tinggal 1," tutur Marthen.
Menurut Marthen, saat ini program Dinas kesehatan melakukan intervensi kehidupan 1000 hari, dimana pemerintah memberikan makanan tambahan untuk ibu hamil yang kurus, ibu hamil malas makan, kemudian diberikan tablet tambah darah.
"Karena salah satu pertumbuhan janin yang tidak baik adalah anemia," ujarnya kembali.
Sementara, remaja perempuan di tingkatan usia SMP dan SMA, diintervensi dengan tablet tambah darah. Pada waktu mereka beranjak dewasa dan menikah, saat hamil langsung diintervensi dengan pemberian 90 tablet tambah darah selama tiga bulan.
ADVERTISEMENT
"Saat melahirkan diberilah program ASI eksklusif dan asupan gizi yang bagus sampai bayi berusia dua tahun," ujarnya kembali.
isa anshar jusuf/ridwan