Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Beatrice dan Perjuangan Melahirkan di Bui
11 Januari 2017 12:21 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
Siang itu cerah. Riany dan Beatrice sedang menggendong anak mereka. Ibu-ibu muda itu bukan ibu biasa, tapi perempuan yang sedang memperjuangkan hidup buah hatinya di penjara.
ADVERTISEMENT
Kisah Riany dan bayinya sudah cukup membuat iba. (Simak: Riany, Mengasuh Anak di Balik Jeruji )
Ada lagi cerita dari Beatrice, peremuan 20 tahun yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Anak Wanita Tangerang, Jalan Daan Mogot, Tangerang, Banten.
Desember 2016, kumparan menyambangi mereka untuk mengetahui bagaimana kehidupan ibu dan anak dalam penjara.
Victoria, Kepala Subseksi Registrasi dan Bimbingan Kemasyarakatan, menyambut dengan hangat dan memperkenalkan Beatrice serta anaknya kepada kami.
“Tunggu sebentar ya, biar Beatrice ganti baju dulu,” kata Victoria.
Beatrice saat itu mengenakan seragam narapidana berwarna kuning.
Kesan pertama ketika melihat Beatrice: ia masih begitu muda. Dan pada umurnya yang amat belia, ia sudah memiliki satu orang anak berumur 1 tahun 5 bulan.
ADVERTISEMENT
Sekilas terbayang saat ia hamil muda pada umur 18 tahun. Hidup saat itu pasti terasa begitu runyam bagi dia.
Umur Beatrice tak lebih dari 18 tahun saat ia ditangkap polisi. Umur kehamilannya ketika itu baru dua minggu.
Terlibat kasus, berkonflik, dan dinanti penjara. Seperti benang kusut. Seperti itulah kehidupan Beatrice muda.
Pikiran Beatrice berkecamuk. Bagaimana caranya membesarkan anak di dalam penjara? Keraguan menghampiri.
“Mungkin enggak sih ngegedein anak di sini? Kayak di Pondok Bambu itu kan ada ribuan orang, empet-empetan. Sempat ragu, sempat nangis, sempat depresi,” kata Beatrice, mengenang perjuangan awal mengandung anak semata wayangnya.
“Membesarkan anak di penjara itu sulit. Fasilitas tidak cukup. Susah,” imbuh Beatrice.
Sebelum anaknya lahir, proses merawat kandungan selama di penjara pun dirasa Beatrice berat. Ia pernah terjatuh dari kursi yang ia pijak ketika harus menaruh barang di rak yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Saat terjatuh itu, usia kandungan Beatrice tiga bulan. Dia panik, menangis, dan pasrah.
“Saya mikirnya udah keguguran. Janin saya udah enggak ada. Kalaupun ada, mungkin ada sesuatu yang kurang (saat lahir),” kata Beatrice.
Namun, Tuhan melindungi. Sang jabang bayi lahir tak kurang apapun setelah melalui persalinan yang berat.
Saat melahirkan putrinya, Beatrice begitu ketakutan dan kebingungan. Dia harus menjalani operasi caesar, dan biaya jadi kendala utama.
"Uang dari mana," pikir Beatrice ketika itu. Ia hanya punya uang tunai Rp 1 juta.
Sudah mendekati hari persalinan, Beatrice dirujuk ke salah satu rumah sakit dekat lapas. Tapi RS itu tak mau menerima Beatrice yang hanya bermodalkan BPJS.
Ia lalu dirujuk ke rumah sakit lain, dan akhirnya bisa melahirkan, bahkan secara normal.
ADVERTISEMENT
Ini sungguh keajaiban Tuhan. Beatrice senang bukan main karena bisa menekan dana yang harus dikeluarkan untuk proses persalinan.
Saat menggendong bayinya untuk pertama kali, Beatrice rasa campur aduk memenuhi hatinya. Ia tak menyangka bisa melalui semuanya.
“Lega rasanya. Mau nangis juga enggak bisa, tapi ya akhirnya selesai juga. Bayi saya lahir,” ujar Beatrice.
Putri Beatrice disayangi penghuni lapas. Tingkah polahnya kerap mengundang gelak tawa. Ia tak rewel dan lincah. Tak jarang cubitan mendarat di pipinya.
Pada umurnya yang kini menginjak 1 tahun 3 bulan, putri Beatrice sudah mampu bercakap-cakap dengan lancar.
Beatrice sungguh merasa terberkati.
Kini, meski beban tak enyah dari pundaknya, Beatrice bersyukur dikelilingi warga binaan yang mendukung dan menolongnya setiap waktu.
ADVERTISEMENT
Bantuan dalam bentuk susu hingga makanan untuk anaknya, selalu diterima oleh Beatrice. Kemurahan dan ketulusan hati sesama warga binaan inilah yang menguatkan Beatrice menjalani masa hukumannya. (Simak INSIDE: Denyut Penjara Perempuan Tangerang )
Beatrice kini sudah bebas setelah menjalani masa hukuman selama 2 tahun 2 bulan penjara. Dia membawa putrinya menapaki dunia luar lapas.
Beatrice dan anaknya sudah bisa merasakan nikmatnya es krim di tengah cuaca Jakarta yang panas, tanpa harus terus-menerus bermalam di balik jeruji besi.
Semoga kalian lebih bahagia. Jangan bosan berjuang, Beatrice!