Yang Melejit Bersama Majalah Hai: Lupus Hingga Kotak

1 Juni 2017 9:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kumpulan sampul majalah Hai. (Foto: hai.grid.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Kumpulan sampul majalah Hai. (Foto: hai.grid.co.id)
Kian hari kian muda. Inilah yang diinginkan Hai --yang mengeluarkan edisi cetak reguler penghabisannya hari ini, 1 Juni.
ADVERTISEMENT
Usia boleh bertambah, tapi jiwa tetap muda. Maka pada usianya yang ke-40 kini, Hai memilih untuk bertransformasi sepenuhnya menuju format digital, merengkuh perubahan zaman.
Sampul edisi pertama Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sampul edisi pertama Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
1977 menjadi tahun kelahiran Hai. Sudah empat generasi ia menjadi sahabat remaja pria Indonesia. Hai bagai sahabat setia yang tak putus berbagi beragam cerita emas dari generasi ke generasi.
Tahun 1977 itu, Hai jadi satu-satunya majalah remaja yang rutin membahas dan memberi informasi tentang urusan lelaki, mulai musik hingga percintaan --yang berbalut nuansa maskulin atau macho.
Serial komik di majalah Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Serial komik di majalah Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
Konten komik jadi andalan Hai edisi awal. Pada era 1960-1970-an, Indonesia dijangkiti beragam genre komik. Jagat media hiburan Indonesia saat itu ramai oleh komik silat, roman, fiksi historis, sci-fi, hingga fantasi.
ADVERTISEMENT
Komik jadi penanda budaya pop, dan jadi bahan bacaan remaja dan anak-anak yang tinggal di ibu kota. Hai melihat hal ini, dan menggunakan komik untuk bercerita tentang urusan lelaki, juga kepahlaawanan.
“Tahun 1970-an, pemain (media) sedikit. Dulu kan informasi terbatas, dan yang terkenal komik. Jadi waktu itu memang masanya komik,” kata Pemimpin Redaksi Hai, Bayu Dwi Wardana, di kantornya, Jakarta Barat, Rabu (24/5).
Majalah Hai edisi pertama menampilkan gambar komik pahlawan yang menjadi ikon Hai. Dengan komik, Hai berharap anak muda laki-laki tertarik membaca konten mereka.
Strategi tersebut berhasil. Kian hari, Hai kian digemari remaja pria.
Sampul Majalah Hai 2017. (Foto: sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sampul Majalah Hai 2017. (Foto: sattwika/kumparan)
Memasuki tahun 1980-an, era komik mulai tergantikan dengan musik. Pada periode itu, tren musik seperti anak band hingga genre punk mulai naik daun. Ini masa ketika perkembangan musik bergerak dinamis sekaligus sporadis.
ADVERTISEMENT
Musik era 1980-an dikenal memiliki kualitas baik. Berbagai genre baru seperti R&B, glam rock, sampai new wave banyak memengaruhi para penikmat musik, termasuk pencipta musik.
Perubahan tren 1980-an ini membuat Hai menyesuaikan diri dengan ketertarikan remaja muda --sebagai pangsa pasarnya-- yang larut dalam pesta musik.
Hai lantas mulai menggalakkan berbagai konten yang berhubungan dengan musik, mulai perkembangan musik dalam negeri, hingga musik luar negeri yang sedang hits.
Selain musik, informasi perkembangan film bioskop ataupun film seri juga disuguhkan. Apapun yang tengah marak di kalangan anak-anak muda.
Pada era tersebut, Hai juga memperkenalkan serial cerita Lupus, mahakarya garapan Hilman Hariwijaya. Lupus lantas melejit jadi hits.
Hai tak lagi cuma mengikuti tren, tapi juga menciptakan tren. Demam Lupus melanda remaja-remaja Indonesia kala itu. Hai yang berkontribusi membesarkan Lupus, melesat seiring pamor Lupus.
Rubrik di majalah Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rubrik di majalah Hai. (Foto: Sattwika/kumparan)
Masuk era 1990-an, Majalah Hai makin tumbuh dan ikut membesarkan sejumlah penulis sehingga kontennya main beragam dan padat. Nama-nama seperti Gola Gong dan Bubin Lantang makin dikenal setelah cerita pendek atau cerita serial mereka muncul di Hai.
ADVERTISEMENT
“90-an itu era cerpen, cerbung, Lupus. Saat itu Hai terus terdepan dalam laporan musik, film, sekolah, sampai masalahnya laki-laki,” kata Bayu.
Setelah abad berganti, masuk tahun 2000-an, Hai mulai mencari cara untuk menyajikan konten-konten mereka dengan cara berbeda agar pembaca tak bosan.
Hai juga mulai menghelat berbagai event untuk mencari bakat-bakat Indonesia di bidang musik. Contohnya, The Dream Band yang digelar untuk menyemarakkan jagat musik anak muda Indonesia.
Lewat ajang pencarian bakat tersebut, Kotak tumbuh bersama Hai. Demikian pula Hai bertahan dan berkembang, dengan tak sekadar memberi informasi bagi pembaca, tapi juga melibatkan mereka dalam acara dan komunitas untuk berbagi cerita dan memberi masukan.
Kini dunia berada dalam era digital. Teknologi mengubah banyak aspek, salah satunya media. Informasi dapat diakses dalam waktu singkat tanpa harus repot membawa buku berat ke manapun. Media cetak tak lagi satu-satunya bentuk yang diandalkan.
ADVERTISEMENT
Hai menyadari perubahan besar ini, dan sejak tahun 2003-2004 mengembangkan situs Hai Online (www.hai-online.com) dan layanan informasi via telepon seluler Hai Mobile (wap.hai-mob.com) untuk berpacu dengan tren digital.
Hingga 2017 ini, dunia digital meraja, berdampak pada diversifikasi produk sampai cara komunikasi kepada pembaca yang harus bergerak lebih cepat dan instan.
Tren hampir pasti akan terus berubah --dalam hitungan hari, bahkan jam.
Dan Hai bertekad bergerak di arena bermain baru sesuai jargon yang ia pegang: explore!