Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ibu Mertua Menolak Kehadiran Cucu Kedua
9 Juni 2020 11:32 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menikah dengan anak tunggal jadi tantangan sendiri bagi menantu. Biasanya ekspektasi mertua jadi tinggi, atau bahkan mertua nggak rela kehilangan perhatian anaknya. Itulah yang harus dihadapi Risa. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Ibu mertuaku terkenal ramah dan kalem, bahkan di antara keluarga dan tetangga. Orangnya murah senyum, kalau bicara sangat santun, nggak pernah pakai nada tinggi. Hal itu berlaku ke aku, menantu semata wayangnya.
Karena alasan itu, aku bersedia saat diminta tinggal bersama di rumah mertua. Toh aku dan suami belum punya rumah sendiri. Apa ruginya, toh ibu mertuaku baik kayak malaikat. Begitu pikirku.
Semuanya lancar sesuai harapan. Jarang ada konflik besar di antara kami. Ibu mertua masih inisiatif menyiapkan hampir semua kebutuhan suamiku. Maklum suamiku anak tunggal, terbiasa dimanja oleh ibunya. Aku sih nggak keberatan.
ADVERTISEMENT
Tapi reaksi ibu mertua benar-benar beda ketika aku mengumumkan kehamilan kedua. Ya, aku hamil lagi ketika anak pertamaku umur 15 bulan.
“Mama kira kamu sudah pakai KB,” kata ibu mertua dengan ekspresi kaget.
“Belum sempat, Ma. Alhamdulilah dikasih amanah lagi,” ujarku senang sambil mengelus perut.
“Semoga suamimu nggak kecapekan deh ngurus dua anak,” kata ibu mertua datar sambil melenggang pergi dari ruangan.
Aku terdiam sebentar. Berusaha mencerna kata-kata ibu mertua. Bukannya wajar kalau kecapekan saat ngurus bayi, apalagi bayi baru lahir? Pasti berhari-hari begadang. Tapi kenapa seakan-akan cuma suamiku yang capek?
Aku berniat mengabaikan aja perkataan ibu mertua. Tapi sikapnya kelihatan banget kalau dia kurang welcome dengan kehamilanku yang kedua.
ADVERTISEMENT
Dulu saat aku hamil muda, ibu mertua rajin membuatkan jus alpukat. Katanya bagus buat perkembangan janin. Kadang jus mangga, jambu biji, ada saja kreasinya buat mendukung kesehatan janinku.
Tapi saat aku hamil kedua, ibu mertua benar-benar cuek. Dia bahkan nggak pernah membahas kandunganku lagi. Kami juga jadi jarang ngobrol.
Tentu aku penasaran alasannya. Tapi ya sudah. Toh aku nggak merasa bikin salah.
Suatu minggu pagi, suamiku bangun lebih pagi dan mengajak anakku jalan-jalan sekitar rumah. Aku nggak ikut karena masih lemas karena morning sickness.
Ketika aku keluar kamar, aku nggak sengaja dengar obrolan suamiku dan ibunya di ruang tamu.
“Habis ini temani Mama ke mall yuk? Mama mau cari jilbab buat kondangan,” tanya ibu ke suamiku.
ADVERTISEMENT
“Jam berapa Ma? Kalau siang nanti nggak bisa. Udah ada janji sama si Risa mau nemenin dia check up ke obgyn,”
“Kamu nggak pernah ada waktu buat Mama sejak punya anak. Sekarang mau nambah lagi,”
“Maaf deh, Ma. Minggu depan deh aku janji. Seharian buat Mama,” kata suamiku merayu ibunya.
Tanggapan suamiku memang enteng banget. Tapi aku yakin maksud ibunya sebenarnya dalam.
Ternyata itu alasan ibu mertua dingin ke aku sejak aku hamil anak kedua. Dia takut anak tunggalnya makin cuek karena sibuk mengurus keluarga kecilnya. Makin nggak ada waktu buat bermanja-manjaan dengan ibunya.
Ckck, aku nggak mengira ibu mertua ternyata masih kekanak-kekanakan. Masih saja mengganggap anaknya miliknya sendiri, padahal anaknya sudah menikah.
ADVERTISEMENT
Aku masih berusaha cuek. Biar saja ibu mertua sadar sendiri. Toh ibu mertua juga masih menahan sikapnya, meski cemburu dengan perhatian suamiku. Lihat saja nanti, semoga nggak menjadi-jadi. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Risa? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]