Kata Mertua: Sayang Ijazah Kalau Nggak Kerja

Mertua Oh Mertua
Curhatan, keluh kesah, dan kisah cinta tentang mertua. Banyak drama di antara kita.
Konten dari Pengguna
29 Juni 2020 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
menantu dan ibu mertua. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
menantu dan ibu mertua. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Apa yang sekilas terdengar menyakitkan, ternyata sebenarnya bermaksud memuliakan. Itulah pelajaran yang dipetik Novella dari ibu mertua. Mertuanya itu terang-terangan mendorongnya agar nggak cuma jadi ibu rumah tangga. Begini kisahnya.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan terakhir, aku merasa hidupku berjalan sangat cepat.
Dua bulan setelah wisuda, aku langsung menikah. Aku pengen santai tapi orang tuaku menuntut terus. Alasannya, karena cewek-cewek seumuranku di kampung halaman, sudah banyak yang punya anak. Oke deh, aku menurut. Untungnya pacarku saat itu sudah dapat kerja.
Setelah menikah, aku masih lanjut sebar lamaran kerja. Baru dua kali interview dan belum lanjut ke tahap berikutnya, eh aku positif hamil. Atas berbagai pertimbangan, suami menyuruhku berhenti cari kerja sementara.
Namanya juga ibu muda. Rasanya berat banget keluar rumah tanpa anak. Meninggalkan bayi di rumah satu jam buat belanja bulanan aja hatiku nggak tenang. Apalagi kalau ditinggal seharian.
Akhirnya sampai bayiku umur 6 bulan, aku nggak lanjut cari kerja. Aku asyik sendiri mengurus si kecil di rumah sambil berkreasi resep makanan sehat di dapur. Aku sudah puas dengan keseharianku sekarang.
ADVERTISEMENT
Sampai suatu saat, ibu mertua mengajakku ngobrol berdua ketika kami berkunjung.
“Kamu nggak jadi cari kerja, Nduk?” tanyanya.
“Kayaknya nggak dulu deh Ma, kasian si kecil kalau ditinggal seharian. Kan masih minum ASI,” jawabku.
Aku agak merasa bersalah menggunakan anakku sebagai alasan. Padahal sebenarnya aku sudah nyaman aja sehari-sehari di rumah.
“Sayang lho ijazahmu kalau nggak dipakai kerja. Kan kamu lulusan universitas favorit,” lanjut ibu.
Dok: Giphy
Aku diam agak lama. Bingung mau jawab apa.
“Iya Bu, nunggu anakku agak gedean dikit,” jawabku. Satu-satunya jawaban yang terlintas dan aman.
Pulang dari rumah mertua, mood-ku jadi down seharian. Perasaanku jadi campur aduk. Antara sedih, bingung, dan gengsi jadi satu. Apa benar ijazah jadi percuma kalau memilih jadi ibu rumah tangga?
ADVERTISEMENT
Ternyata obrolan itu nggak cuma jadi angin lalu. Sebab, saat kami berkunjung lagi, ibu mertua bahas hal yang sama.
“Nduk, sayang lho ijazahmu kalau kamu cuma jadi ibu rumah tangga,” tuturnya.
“Jadi ibu rumah tangga kan juga mulia, Bu. Ibu kan juga ibu rumah tangga,” jawabku agak ketus. Aku sudah emosi duluan karena merasa direndahkan.
“Iya Nduk, benar. Tapi Ibu bilang gini dari pengalaman sendiri. Dulu Ibu setelah menikah juga langsung punya anak kayak kamu. Nggak pernah ngerasain jadi wanita karir sampe tua gini. Sekarang Ibu iri lihat teman-teman Ibu yang sudah sukses, mandiri, punya penghasilan sendiri. Ibu nggak pengen kamu menyesal kayak Ibu, Nduk. Mumpung kamu masih muda…,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pada detik itu juga aku menyesal sempat suudzon dengan ibu mertuaku. Dia bukannya merendahkan aku, tapi justru sayang sama aku sehingga nggak pengen aku menyesal. Aku jadi terharu sekaligus ikut sedih atas penyesalan ibu mertua.
Dok: Giphy
“Maaf ya, Bu. Aku baru paham maksudnya Ibu,” kataku pelan.
“Iya nggak apa, Nduk. Mungkin cara penyampaian ibu yang salah,” tambahnya.
“Bu, aku sebenarnya sudah punya rencana. Karena aku nggak tega ninggal anak, aku pengennya kerja di rumah. Aku mau wirausaha bikin makanan sehat lalu dijual online. Aku bikinnya pakai ilmuku waktu kuliah kok Bu, jadi ijazahku tetap kepake,” jelasku.
Aku memang lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat, peminatan ilmu gizi.
Dari pelajaran yang aku dapat selama kuliah, aku bisa bikin makanan sehat tapi tetap enak, at least menurut penilaian suami dan teman-teman yang sudah aku beri tester. Misalnya banana bread bebas gluten, sandwich untuk vegetarian, energy bar bebas gula, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Aku udah sempat promosi di Instagram pribadi. Alhamdulillah banyak yang minat. Aku makin optimistis menjadikannya ladang bisnis.
“Alhamdulillah kalau kamu sudah punya rencana, Nduk. Ibu dukung 100 persen. Zaman sekarang emang bisa kerja di mana aja karena ada teknologi. Kalau lagi kerepotan, anakmu titipin sini aja. Nggak usah sungkan,” tambah ibu mertuaku.
Kini aku jadi double terharu. Perhatian ibu mertuaku ternyata sejauh itu. Pemikirannya juga open-minded, meski seumur hidup dia fokus jadi ibu rumah tangga. Aku bangga punya ibu mertua seperti dia. (sam)
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Novella? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT