Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dilarang Tidur Setelah Sahur Oleh Mertua
15 Mei 2020 11:02 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kembali tidur sehabis sahur memang nikmatnya luar biasa. Tapi kalau Anda seorang menantu yang tinggal dengan mertua , jangan harap bisa menikmati kemewahan itu. Itulah yang dialami ibu satu anak, Risma. Simak ceritanya.
ADVERTISEMENT
—
Ramadhan ini cukup banyak cobaan bagiku.
Pertama, kami harus berdiam di rumah saja karena pandemi corona . Buka bersama, tarawih di masjid, ngabuburit di luar rumah jadi nggak bisa kami lakukan. Kedua, suamiku minta menghabiskan bulan Ramadhan di rumah orangtuanya.
Ya, dia memang masih menikmati masa work from home. Nggak ada alasan baginya buat stay di rumah kami yang dekat dari kantornya. Toh, kerja di rumah orang tuanya sama saja.
Aku sebagai ibu rumah tangga juga nggak punya alasan untuk menolak. Tiga hari sebelum puasaan, aku, suami, dan anakku sudah stay di rumah mertua.
Berani datang ke sana berarti aku harus siap mengabdikan lebih dari 12 jam untuk membantu ibu mertua. Melakukan apapun agar dia senang.
ADVERTISEMENT
Selama di sana, umur kayaknya habis di dapur. Aku menggantikannya masak untuk makan sahur dan buka puasa. Minimal harus ada 3 menu di meja makan, menurut instruksi ibu mertua. Belum termasuk takjil dan minuman manis yang wajib ada.
Selain urusan di dapur, aku juga masih harus mengurus si kecil. Masih berumur 4 tahun, anakku lagi aktif-aktifnya. Sore minta main ini-itu, padahal aku sudah lemas karena perut keroncongan.
Karena sudah bekerja keras seharian, aku merasa cukup pantas tidur lagi setelah sahur. Jujur deh, tidur sejam-dua jam setelah sahur itu nikmat banget. Aku ingin tidur sebentar sampai jam 6 atau 7, sebelum anakku bangun.
Tapi ternyata ibu mertua nggak rela. Setelah melihatku selalu masuk kamar setelah tiga kali sahur, dia menegurku.
ADVERTISEMENT
“Nggak bagus tidur lagi habis sahur, Nduk,”
“Bentar aja kok, Bu. Kayaknya aku kecapekan,” jawabku ragu.
“Habis sahur, sholat Subuh, lebih baik dipake buat baca Al-Quran, ngaji, dengerin ceramah di TV,” lanjut ibu mertua.
“Iya, Bu,”
Esoknya, aku benar-benar mencoba nggak tidur setelah sahur . Aku coba baca Al-Quran, tapi nggak sampai satu ain, mataku sudah berat. Serius ini susah.
Aku lihat suamiku dan ayah mertua juga pada tidur setelah sahur. Kok aku aja yang dilarang?
“Yang, kamu nggak pernah dimarahin ibu kalau tidur lagi habis sahur?” tanyaku kepada suami.
“Nggak pernah tuh. Dari dulu dibiarin aja kalau aku tidur,” jawabnya santai.
Huuft. Nggak bener deh ini. Anaknya sendiri dibiarkan tidur tapi anak orang lain disuruh ngaji habis sahur. Aku beranikan diri protes langsung ke ibu mertua .
ADVERTISEMENT
“Suami kamu kan harus kerja setiap hari. Kalau nggak tidur lagi, ngantuk dong pas kerja. Kalau kamu kan nggak kerja,” jawabnya.
Aku jadi tiga kali lipat lebih kesal mendengar jawabannya. Masak, ngurus anak, cuci baju, bersih-bersih rumah emangnya bukan kerja? Justru pekerjaanku lebih capek daripada suami. Gimana kalau aku ngantuk pas ngurus anak ?
Karena sudah terlanjur kesal, aku memilih nggak menggubris larangan ibu mertua. Aku tetap tidur sehabis sahur. Kalau ditanya, aku sudah menyiapkan jawaban.
“Aku ngaji di dalam kamar, Bu. Biar anaknya ibu juga mau ikut ngaji. Biar pernah,”
Rasanya memuaskan kalau aku beneran berani bilang begitu di hadapan ibu mertua. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Risma? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT