Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rawat Kuku Biar Cantik, Mertua Malah Syirik
25 April 2020 13:36 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jadi menantu dari mertua rempong memang serba salah. Penampilan buluk dikomentari, dandan cantik tetap aja dinyinyirin. Itulah yang dialami Cahya. Mertuanya syirik hanya karena dia pakai kuteks. Simak kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Sejak dulu, aku memang paling suka merawat kuku. Kadang manicure padicure sendiri, kadang ke salon kalau lagi butuh self-reward. Tiap lihat kuku sudah rapi dan cantik karena kilau nail-polish, suasana hati langsung bagus.
Aku nggak menyangka kalau kebiasaanku merawat kuku akan jadi masalah. Ya, satu-satunya orang yang mempermasalahkan kukuku adalah ibu mertua.
Aku ingat ketika masih pacaran dulu, pertama kali ketemu, ibu mertua langsung notice kuku cantikku.
“Kamu kok pakai kuteks? Bukannya agama kamu Islam?” tanyanya. Jelas aku kaget langsung ditodong pertanyaan begitu. Kasar juga nih orang, pikirku.
“Eh..i..iya bu, tapi lagi nggak shalat. Lagi haid,”
“Oh. Jangan lupa dihapus ya kalau udah shalat,” katanya.
Bukan cuma sekali ibu mertua syirik dengan hobiku merawat kuku . Setelah aku dan suami menikah pun, dia selalu berkomentar setiap aku pakai kuteks. Kayaknya dia nggak rela punya menantu yang cantik dan terawat seperti aku.
ADVERTISEMENT
“Aduh kukunya bagus banget. Pasti nggak pernah cuci piring,” sindirnya suatu hari.
“Kalau kukunya terlalu bagus gitu, apa nggak repot? Mau masak, mau ngepel rumah, takut kuteksnya rusak,” komentarnya pada lain hari.
“Pasti perawatan kuku kamu mahal ya?” Tanyanya dengan nada menyindir.
Huuft. Siapa yang nggak kesal punya ibu mertua yang hobi nyinyir kayak gini?
Menurutku, sebenarnya ibu mertua cuma iri. Mungkin sepanjang hidupnya, dia nggak punya cukup waktu untuk merawat diri, termasuk untuk manicure. Dia membesarkan lima anak dan mengurus rumah sendiri, tanpa bantuan ART.
Sedangkan aku, masih muda, mandiri, berpenghasilan sendiri, dan punya waktu untuk merawat diri. Di rumah sudah ada ART sehingga aku ngga perlu setiap hari cuci piring sendiri. Masuk akal juga sebenarnya. Kukuku cantik begini karena aku jarang ke dapur.
Tapi gimana pun, nggak seharusnya ibu mertua melampiaskannya ke aku. Toh bukan salahku kalau dia nggak puas dengan hidupnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Saking ogahnya dikomentari ibu mertua, aku sampai rela menghapus kuteks sebelum berkunjung ke rumahnya. Padahal baru beberapa hari lalu manicure. Kan sayang!
Aku punya feeling orang seperti ibu mertua nggak akan mempan kalau dinyinyirin balik. Yang ada, hubunganku dengannya akan semakin keruh. Satu-satunya cara menghentikan hobi nyinyirnya adalah mengajarinya bersenang-senang.
Ya, aku berencana mengajak ibu mertua ke salon buat manicure bareng. Anggap saja sebagai bonding time. Biar dia tahu rasanya punya kuku yang rapi, cantik berkilau, bebas kutikula. Semoga saja dia mau. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Cahya? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT