Konten dari Pengguna

Berpenghasilan Sendiri, Tetap Dituduh Boros Oleh Mertua

Mertua Oh Mertua
Curhatan, keluh kesah, dan kisah cinta tentang mertua. Banyak drama di antara kita.
11 April 2020 20:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi manajemen keuangan keluarga. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Cara mengatur uang, cara mengerem pengeluaran, seharusnya tak dicampuri mertua. Tapi tidak begitu dengan yang dialami Okta. Dia bahkan dicap boros oleh mertuanya meski belanja dengan gaji sendiri. Berikut ceritanya.
ADVERTISEMENT
Sejak awal menikah hingga kini anak kami berusia 6 tahun, aku selalu mengalokasikan sebagian gajiku untuk operasional rumah tangga.
Ya, aku tipe istri bekerja yang tidak egois. Aku tidak menganut “gaji istri ya milik istri, gaji suami baru milik bersama”. Sejak awal menikah, aku dan suami sepakat untuk berbagi beban finansial. Suka duka ditanggung bersama, begitu pula tagihan dan cicilan.
Tapi rasanya, itu saja tidak cukup bagi mertuaku. Sebab, aku sering sekali dicap boros olehnya.
Kami memang tidak tinggal serumah, tapi ibu mertua sering sekali menelepon. Mungkin karena butuh teman ngobrol, pikirku. Salah satu pertanyaan yang sering dia lontarkan adalah hari ini masak apa.
“Hari ini aku nggak masak Bu, soalnya mau beres-beres rumah seharian. Jadi delivery aja lewat ojek online,”
Ilustrasi delivery makanan. Foto: Shutterstock
“Kamu sering ya delivery makanan gitu? Emang nggak mahal?” tanyanya lagi dengan nada menyelidik.
ADVERTISEMENT
“Nggak selisih banyak kok Bu, palingan cuma nambah ongkos kirim,”
“Mending masak sendiri kali, lebih hemat dan sehat. Kalau delivery terus kan boros,”
Awalnya aku tak mau ambil pusing komentarnya. Toh ibu mertua tidak melihat langsung kenyataan bahwa aku lebih sering masak daripada delivery makanan.
Tapi tidak cuma sekali dia menuduhku boros. Kebiasaanku laundry baju pun dia komentari. Begitu pula saat dia tahu kami memasang wifi dan TV kabel di rumah.
“Loh si Okta itu nggak cuci baju di rumah? Di rumah kalian kan ada mesin cuci. Kok tetap nge-laundry?” tanyanya. Kebetulan saat itu suamiku bilang kalau mau berangkat ke laundry baju dekat rumah.
“Sesekali aja, Bu. Okta lagi banyak tugas kantor. Kalau nge-laundry kan enak nggak perlu setrika sendiri,”
ADVERTISEMENT
“Aduuh, boros banget ya. Disempetin kan sebenarnya masih bisa,” komentar ibu mertua.
Aku sebenarnya heran kenapa ibu mertua menuduhku boros untuk biaya operasional rumah tangga. Toh aku juga bekerja dan tidak menghamburkan uang untuk barang pribadi. Coba kalau aku beli tas mewah yang harganya jutaan rupiah, komentarnya pasti jauh lebih pedas.
Dok: Giphy
Mungkin dia takut aku menghamburkan uang hasil kerja keras anaknya. Kemungkinan lain, dia sebenarnya iri karena pada zamannya, belum banyak fasilitas yang membantu pekerjaan rumah tangga. Belum ada ojek online untuk delivery makanan, laundry baju sudah ada tapi masih mahal.
Sejak ibu mertua sering mengataiku boros, aku jadi malas mengangkat teleponnya. Setiap dia telepon, aku kasih ke suami. Lagi pula siapa yang suka dituduh boros padahal suka capek-capek kerja? (sam)
ADVERTISEMENT
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Okta? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]