Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mertua Ikut Campur Anak Belajar Puasa, Malah Jadi Drama
16 Mei 2020 11:57 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pasti Anda senang kalau si kecil mau belajar puasa sehari penuh. Sahur dan buka bersama rasanya jadi lebih seru. Tapi bagaimana kalau ibu mertua nggak setuju? Itulah yang dialami Khusnul, ibu satu anak asal Bogor. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Ramadhan ini, Kindi anakku sudah genap berusia 7 tahun. Setelah dua Ramadhan sebelumnya belajar puasa setengah hari, rasanya tahun ini waktu yang tepat untuk melatih anak puasa sehari penuh. Lebih cepat lebih baik menurutku.
Tanpa perlu banyak rayuan, Kindi pun mau. Alhamdulilah dikaruniai anak penurut dan salihah.
Kindi malah semangat sekali saat dibangunkan sahur. Walaupun kadang sahur dengan mata merem, dia tetap berusaha makan banyak. Ingin kuat puasa seharian, katanya.
Dua hari pertama puasa berjalan lancar, walaupun dari siang sampai sore dia terlihat lemas. Hari ketiga, Kindi baru mengeluh perutnya keroncongan. Saat itu sudah jam 1 siang.
“Wajar dong kalau lapar. Namanya juga lagi puasa, Nak. Bentar lagi laparnya nggak kerasa kok,” jelasku.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba ibu mertuaku ikut menimpali.
“Kindi kalau nggak kuat, puasa setengah hari aja ya? Kamu kan masih latihan. Kalau nggak kuat, nggak usah dipaksain,” kata ibu mertua.
Kindi jadi terlihat bingung. Aku mendorongnya tetap lanjut puasa sampai maghrib, neneknya malah memberi alasan buat puasa setengah hari.
“Boleh Ma, aku puasa setengah hari?” Tanya Kindi.
“Coba ditahan dulu ya, sayang. Anak Mama kan pintar, pasti kuat puasanya. Kamu tiduran aja di kamar, nanti tiba-tiba udah maghrib,” jawabku.
Begitu Kindi sudah masuk kamar, aku langsung menegur ibu mertua. Seharusnya dia mendukungku membiasakan anakku berpuasa .
“Bu, kan aku udah bilang tahun ini Kindi latihan puasa full. Kalau aku ngomong A, ibu bilang B, kan Kindi jadi bingung,” jelasku dengan nada kesal.
ADVERTISEMENT
“Kindi itu baru umur 7 tahun. Kasihan, tau. Nanti kalau pertumbuhannya terganggu gara-gara puasa gimana?”
“Aku juga nggak ngasal, Bu. Aku udah baca-baca, aman kok anak umur 7 tahun puasa. Kindi juga mau kok,”
“Tapi kalau dia bilang nggak kuat masa dipaksa? Jangan jahat-jahat gitu sama anak sendiri,”
“Kindi nggak bilang nggak kuat. Cuma ngeluh lapar itu wajar, Bu. Aku cuma pengen Kindi disiplin, Bu,”
“Yaudah terserah kamu!” Jawab ibu mertua sambil membanting pintu.
Aduuh, kok malah jadi drama gini? Padahal aku cuma ingin melatih anakku puasa dan disiplin. Memang repot kalau ibu mertua sudah ikut campur.
Setelah kejadian itu, ibu mertua nggak menyapaku selama dua hari. Bahkan saat sahur dan buka puasa, dia diam saja. Padahal biasanya kami masak bersama.
ADVERTISEMENT
Aku memilih nggak meminta maaf ke ibu mertua. Toh yang aku lakukan cuma membiasakan anakku puasa. Niatku baik, caraku baik. Aku nggak merasa bersalah. Justru, aku menunggu ibu mertua yang meminta maaf. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Khusnul? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]