Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Mertua Merebut Peran Ibu dari Aku
4 September 2020 18:55 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bagi kebanyakan perempuan, pengalaman pertama menjadi ibu sangat mengesankan. Rasanya nggak ingin jauh-jauh dari si kecil. Tapi bagaimana kalau momen-momen berharga dengan bayi Anda direnggut oleh mertua ? Itulah yang dirasakan Nada, ibu muda satu anak. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Dulu aku menganggap ibu mertuaku adalah mertua idaman. Mertua terbaik yang bisa aku impikan. Di rumah aku nggak pernah disuruh-suruh, selalu dimanjakan seperti anak bungsu. Tapi semua itu berubah setelah aku punya anak.
Aku merasa nggak berguna, merasa nggak dianggap. Seharian saat aku bekerja, anakku dirawat ibu mertua. Saat aku pulang dan ingin bonding time pun, ibu mertua sering merebut Rio dari gendonganku. Tanpa bertanya dulu. Tanpa permisi.
Ya, ibu mertuaku sangat dominan dalam pengasuhan anakku. Sejak lahir hingga kini Rio sudah berumur 2 tahun. Saat anakku menangis, tentu aku berusaha menenangkan dengan caraku. Tapi ibu mertua selalu nggak sabar. Aku dianggap nggak mampu, sehingga ibu mertua selalu mengambil alih Rio dari aku.
ADVERTISEMENT
“Biar ibu aja. Kasihan Rio nangis terus,” katanya singkat.
Begitu pula saat anakku tidur. Ibu mertua sering tiba-tiba memindahkan Rio ke kamarnya saat aku tinggal sebentar. Entah apa tujuannya. Alhasil, ketika anakku bangun, neneknya lah yang dia lihat pertama kali. Bukan aku.
Tentu bisa ditebak hasilnya. Anakku jadi lebih nempel ke ibu mertua daripada ibunya sendiri. Ya gimana nggak, Rio lebih banyak menghabiskan waktu dengan neneknya daripada aku. Pagi, siang, malam, rasanya susah banget quality time sama anak sendiri.
Sakit hatiku melihat Rio tenang-tenang saja saat aku pamit kerja, tapi malah nangis nggak karuan saat ditinggal neneknya keluar rumah. Aku merasa gagal menjadi ibu saat Rio menolak aku ajak tidur, tapi langsung menurut begitu ibu mertua yang merayu.
ADVERTISEMENT
Tentu aku berterima kasih dengan ibu mertua yang menawarkan diri menjaga Rio saat aku dan suami bekerja. Aku juga bersyukur atas semua kebaikannya menganggapku sebagai anak sendiri.
Memang aku belum pernah menceritakan ini ke suami. Aku nggak mau dianggap terlalu baper. Kalau pun suamiku akhirnya berada di pihakku, aku nggak dia cekcok dengan ibunya. Aku juga nggak mau sikap ibu mertua berubah jadi sinis kepadaku.
Yang bisa aku lakukan cuma memendam. Menangis diam-diam sambil berharap ibu mertua merasa capek dan menyerahkan Rio kembali ke gendonganku. Se-hopeless itu.
Yang aku takutkan adalah Rio makin lupa dengan ibunya sendiri. Makin asing dengan sentuhanku. Lalu lama-lama dia mungkin akan berpikir kalau aku yang nggak mau mengurusnya. Aku seorang ibu yang sibuk dengan urusannya sendiri. Padahal kan ini bukan mauku!
ADVERTISEMENT
Apa aku salah ingin punya waktu lebih banyak dengan anakku sendiri? (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Nada? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected].