Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
10 Kaum Muda Inspiratif Ini Bergerak Nyata Hadapi Krisis Iklim
25 Februari 2025 15:50 WIB
·
waktu baca 6 menit
ADVERTISEMENT
Kaum muda memiliki peran yang krusial dalam merespons krisis iklim . Mereka memiliki potensi untuk menciptakan perubahan positif dengan menyuarakan aspirasi, mengedukasi masyarakat, mengembangkan solusi kreatif, hingga mengadvokasi kebijakan yang inklusif.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang dilakukan oleh 10 kaum muda Indonesia dari berbagai daerah ini. Mereka tergabung dalam program Youth Leadership Academy (YLA) dari Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia), dan telah melakukan berbagai inisiatif hadapi krisis iklim yang berperspektif gender dengan mengedukasi lingkungannya masing-masing.
Siapa saja mereka? Yuk, kita kenalan!
Stevi - Founder, Greeneighbour Indonesia
Stevi (22) memiliki perhatian serius terhadap kebijakan dan advokasi isu lingkungan. Kepeduliannya ini mendorongnya mendirikan Greenneighbour Indonesia.
Ia memperkenalkan panel surya kepada nelayan lokal di Jakarta Utara untuk meningkatkan stabilitas dan kepastian harga energi, mengurangi biaya operasional berlayar, mempermudah kegiatan penangkapan ikan bagi nelayan malam hari, serta menerapkan praktik kelautan dan perikanan yang berkelanjutan sehingga tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil.
ADVERTISEMENT
Atas aksi-aksi nyata yang telah dilakukan Stevi, ia mewakili Youth Leadership Academy dalam The Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMCDRR) 2024 di Manila, Filipina.
Abdi, Aktivis Pendidikan Anak Bulukumba
Abdi (21) merupakan bagian dari Nirma Kalanting Foundation, sebuah inisiatif akar rumput yang berfokus pada pemberdayaan kaum muda dalam memperkuat suara kelompok marginal serta mendorong solusi berkelanjutan untuk keadilan sosial di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Sebagai aktivis sosial, Abdi aktif dalam berbagai kegiatan, termasuk memberikan pelatihan pendidikan lingkungan kepada anak-anak di desa-desa. Dedikasinya dalam pemberdayaan masyarakat dan pendidikan membawanya terpilih sebagai delegasi resmi Indonesia dalam UN ECOSOC Youth Forum 2023.
Fafa, Penyelam dan Aktivis Konservasi Laut dari Kepulauan Anambas
Sebagai bagian dari Anambas Foundation, Fafa (24) bersama timnya menginisiasi berbagai proyek untuk melindungi ekosistem laut, termasuk restorasi terumbu karang dan penelitian kelautan.
ADVERTISEMENT
Pada 2023, mereka meluncurkan proyek "Penjaga Laut Anambas", sebuah inisiatif pemberdayaan pemuda lokal. Program ini melatih 10 peserta, termasuk perempuan, untuk menjadi penyelam tersertifikasi yang berperan dalam rehabilitasi terumbu karang.
Hingga 2024, proyek ini telah mencakup 2.714 meter persegi area rehabilitasi karang, dengan 10 pahlawan lokal yang terlibat dalam perlindungan serta monitoringnya.
Alvian - Founder, Literasi Anak Banua
Sejak usia 16 tahun, Alvian (23) telah berkomitmen meningkatkan literasi di desa-desa terpencil, khususnya di Kalimantan Selatan. Berangkat dari kepeduliannya terhadap kualitas pendidikan yang rendah, ia mendirikan komunitas Literasi Anak Banua.
Bersama komunitasnya, Alvian telah membangun 17 perpustakaan, mendampingi 2.000 anak, serta mendistribusikan 10 ribu buku. Upayanya juga berhasil menurunkan angka buta huruf hingga 40 persen dan angka putus sekolah sebesar 60 persen melalui kurikulum khusus.
ADVERTISEMENT
Atas kontribusinya, Alvian diundang untuk terlibat dalam penyusunan "Green Curriculum" oleh UNESCO pada 2024. Ia juga menerima berbagai pengakuan internasional, termasuk Diana Award.
Ebi - Vice Coordinator, Social Justice Indonesia
Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, Ebi (21) meyakini bahwa setiap aspek kehidupan dipengaruhi oleh keputusan politik. Keyakinan ini mendorongnya bersama rekan-rekannya mendirikan Social Justice Indonesia (SJI), sebuah organisasi yang berkomitmen mengkampanyekan serta mengadvokasi hak-hak kelompok marginal dan keadilan sosial di Indonesia.
Melalui SJI, Ebi aktif mengangkat berbagai isu sosial, termasuk gerakan politik anak muda, ruang hijau, perencanaan kota yang aman dan inklusif, serta keadilan sosial.
Gita – Founder, Plan to End Violence

Melihat tingginya tingkat kekerasan di sekitarnya, Gita (20) terdorong untuk mendirikan Plan to End Violence, sebuah inisiatif yang berfokus pada penyelesaian kekerasan di sekolah melalui pendidikan sebaya, bantuan bagi korban, dan advokasi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kepekaannya terhadap isu lingkungan membawanya terlibat dalam kampanye Bicara Udara, yang mendorong komunikasi efektif antara kaum muda, komunitas perempuan, dan lembaga pemerintah dalam mengurangi pembakaran sampah di tingkat akar rumput. Kampanye ini juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan bank sampah, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.
Dampak dari kampanye tersebut terlihat nyata, dengan peningkatan 20% jumlah nasabah bank sampah setelah acara serta kenaikan 11% dalam volume sampah yang ditimbang pada sesi berikutnya.
Kevin, Inisiator #WeAreEnough
Kevin (24) adalah pendiri #WeAreEnough, sebuah gerakan yang berkomitmen untuk mengakhiri perundungan di Indonesia. Sejak didirikan, gerakan ini telah menjangkau lebih dari 5.000 anak muda secara langsung dan mengedukasi ribuan lainnya melalui kampanye digital.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Kevin juga memimpin Climate Resilience & Rethinking Waste Project yang menargetkan 150 peserta dari komunitas pesisir, organisasi kepemudaan, dan pemangku kebijakan lokal, dengan tujuan membangun ketahanan iklim berbasis komunitas serta memperkenalkan ekonomi sirkular sebagai solusi inovatif terhadap pengelolaan limbah dan perubahan iklim.
Theresia - Director of Creative, Economy for Ecology
Theresia (19) menyadari bahwa meskipun krisis iklim mempengaruhi banyak aspek kehidupan, namun masih banyak orang yang belum sadar akan urgensinya. Oleh karena itu, sebagai Director of Creative Economy for Ecology, Theresia menciptakan berbagai kegiatan menyenangkan untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih peduli terhadap isu iklim.
Sejak memulai gerakan ini, mereka telah berhasil mempengaruhi lebih dari 300 orang di Jakarta untuk bergabung dalam gerakan ekonomi hijau dan perubahan iklim. Di 2023, Theresia mengumpulkan USD 550 dari barang-barang daur ulang di lingkungan sekitarnya dan menyumbangkannya kepada tunawisma, bekerja sama dengan World Link, Lion Club, Leo Club Hanford, dan Sierra Pacific High School.
ADVERTISEMENT
Yuventa, Aktivis Kesetaraan Gender Asal NTT
Yuventa (18) merupakan seorang fasilitator sebaya yang aktif dalam mengedukasi masyarakat untuk mencegah perkawinan anak. Ia menyoroti bahwa perkawinan anak tidak hanya menghambat pendidikan dan peluang ekonomi bagi anak perempuan, tetapi juga memperdalam kesenjangan gender. Selain itu, Yuventa turut mengampanyekan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Zahra - Founder, Envolvement.id
Zahra (24) mulai terlibat dalam isu sosial dan lingkungan sejak ia berusia 16 tahun. Pengalaman mengunjungi kamp pengungsi korban banjir bandang di Garut membuka matanya terhadap pentingnya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.
Setelah lulus kuliah, Zahra mulai terjun ke bidang pengelolaan sampah, dan bersama timnya mengurangi lebih dari 100 ton sampah plastik. Zahra pun mendirikan Envolvement.id, sebuah inisiatif yang sudah melatih 35 pemimpin muda dalam advokasi iklim.
ADVERTISEMENT
Berkolaborasi Memberdayakan Anak Muda Lewat SAFE dan EcoVibes
ADVERTISEMENT
Sepuluh anak muda Indonesia dengan semangat perubahan ini tidak hanya mengembangkan inisiatif di lingkungan mereka masing-masing, tetapi juga berkolaborasi menciptakan dua gerakan kolektif yakni SAFE for Climate and Gender dan Ecovibes. Apa itu SAFE dan Ecovibes? Yuk, kenalan dengan project mereka!
SAFE (Student Action For Environment) for Climate and Gender)
Ebi, Stevi, Abdi, Yuventa, dan Alvian tergabung dalam satu kelompok proyek bersama. Dalam proyek ini mereka meningkatkan kesadaran siswa SMA/sederajat di lima sekolah di Indonesia mengenai krisis iklim dan dampaknya terhadap perempuan. SAFE mendorong aksi nyata di sekolah dengan membangun recycle corner dan mengumpulkan sampah organik untuk kemudian dimanfaatkan dalam lubang resapan biopori sebagai teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
EcoVibes
Di sisi lain, Kevin, Gita, Fafa, Zahra, dan Theresia tergabung dalam satu kelompok dan mencetuskan inisiasi EcoVibes, sebuah proyek yang menargetkan peningkatan praktik hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle) sejalan dengan tujuan aksi iklim. Dengan fokus mengatasi masalah pengelolaan limbah, program ini menargetkan pemuda dan perempuan berusia 15-24 tahun dari kelompok sosial ekonomi rendah di Jakarta, Bandung, Cianjur, dan Anambas.
Dimulai dengan penyuluhan tentang ketahanan iklim, proyek ini kemudian diikuti dengan workshop pengolahan sampah di mana mereka mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam mengurangi dampak perubahan iklim melalui berbagai praktik pengelolaan limbah, seperti mendaur ulang sampah rumah tangga menjadi barang bernilai guna, menerapkan teknik eco-print, budidaya maggot, serta pengolahan plastik kemasan sekali pakai.
ADVERTISEMENT