Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Kebenarannya
7 Agustus 2018 18:07 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:24 WIB
ADVERTISEMENT
Seperti berkuliah di program studi lainnya, menjadi mahasiswa jurusan komunikasi juga tak luput dari penilaian orang lain atau stereotip . Mulai dari stereotip cerewet, suka tampil di tempat umum, sampai memiliki gaya hidup mewah.
ADVERTISEMENT
Namun apakah stereotip tersebut benar adanya? Apa, sih, yang dirasakan mahasiswa komunikasi setelah dicap ini dan itu? Berikut empat stereotip dan realita sebenarnya yang dialami mahasiswa komunikasi.
1. Kuliahnya gampang dan santai
“Komunikasi belajar apa? Kan tiap hari kita udah ngobrol," sebut Maya, mahasiswa komunikasi UGM, kepada kumparan, Selasa (7/8).
Maya mengaku merasa kesal tiap kali mendengar pertanyaan itu dari orang yang tahu dirinya adalah mahasiswa komunikasi. Menurutnya, banyak yang menganggap ilmu komunikasi sebagai program studi yang tidak perlu dipelajari karena membahas kehidupan sehari-hari.
Maya juga mengatakan banyak pelajar SMA yang tertarik masuk jurusan komunikasi karena ingin santai. "Katanya anak zaman sekarang maunya komunikasi yang gampang. Padahal mau lulus aja harus berlinang air mata," aku dia.
ADVERTISEMENT
Dengan stereotip gampang dan santai ini, Maya menyebut sering diremehkan oleh teman bahkan keluarganya.
"Kadang kesel, sih. Kalau di kumpul keluarga gitu dan ditanya jurusan, mereka kayak 'oh komunikasi' (meremehkan -red). Terus udah lanjut ke pembicaraan lain dengan jurusan yang lebih sulit dan dianggap punya masa depan lebih cerah," ujar Maya.
2. Calon wartawan
Jurnalistik menjadi salah satu materi pembelajaran yang ada di program studi komunikasi. Hal ini tak jarang membuat mahasiswanya sering dijuluki calon wartawan.
Begitu pula yang dialami oleh Tia, mahasiswa komunikasi UI yang sering mendapatkan stereotip tersebut.
"Waktu bilang konsentrasinya di media dan jurnalisme, tiba-tiba muncul asumsi 'wah mau jadi wartawan, ya'. Tapi waktu bilang ada media sosial muncul juga asumsi 'wah mau jadi selebgram ya'. Aku hanya bisa tersenyum dan bilang dalam hati 'BUKAN'!" tutur Tia.
ADVERTISEMENT
Jurusan komunikasi sendiri memiliki banyak bidang pembahasan. Selain jurnalistik, ada pula hubungan masyarakat, periklanan, sampai hukum dan pemerintahan.
3. Disamakan dengan anak ilmu komputer
Seorang mahasiswa komunikasi UGM bernama Citra mengatakan kepada kumparan bahwa ia sering menemui orang yang keliru antara ilmu komunikasi dengan ilmu komputer.
"Sering banget ditanya 'Oh hubungannya sama teknologi gitu, ya?' Dikira sama kayak Ilmu Komputer yang canggih-canggih," kata Citra.
Di beberapa kampus, kedua program studi tersebut memang kerap disingkat menjadi Ilkom. Oleh karenanya, tak sedikit yang sulit membedakan keduanya.
4. Pintar ngomong
Akrab dengan stereotip cerewet dan pintar ngomong, salah satu mahasiswa komunikasi UII bernama Ica mengaku sering diminta untuk menjadi pembawa acara bahkan pembawa berita.
ADVERTISEMENT
"Selalu disuruh jadi MC di mana saja. Paling klise waktu itu pernah disuruh ngomong ke satpam hanya karena aku dianggap jago ngomong," ucap Ica.
Padahal menurut dia, banyak teman-temannya di jurusan komunikasi yang lebih pintar menulis dibandingkan berbicara. "Enggak sakit hati banget, sih. Mereka punya asumsi seperti itu karena mereka enggak tahu bagaimana kami yang menjalani," tutupnya.