Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita 5 Pasangan yang Pacaran Beda Suku
21 Oktober 2019 19:09 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:11 WIB
ADVERTISEMENT
Perbedaan antara kamu dan pacar, bikin pacaran susah-susah gampang. Kamu harus bisa menyamakan visi dan misi, tujuan hidup, pemikiran, bahkan mungkin selera musik, biar pacarannya langgeng.
ADVERTISEMENT
Selain itu, biasanya dalam suatu hubungan pacaran , ada juga perbedaan mendasar kayak suku bangsa. Kalau udah begini, gimana ceritanya, ya?
kumparan langsung nanya ke lima pasangan yang pacaran beda suku. Berikut kisahnya.
Anggraeni berasal dari Suku Tionghoa-Sunda, dan Dewanda adalah orang Suku Jawa. Mereka sudah 1 tahun 4 bulan pacaran. Awalnya, Dewanda enggak tahu kalau dirinya dan Anggraeni berbeda suku bangsa.
“Dia enggak nyadar kalau kami berbeda. Mungkin karena kulit gue tanned gitu, enggak kayak orang Tionghoa pada umumnya,” ujar Anggraeni.
Selama mereka berpacaran, Anggraeni dan Dewanda enggak dilarang sama orang tua mereka karena perbedaan suku yang ada. Mereka juga enggak merasa terbeban dengan perbedaan suku ini.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena masih pacaran kali, ya,” kata Anggraeni sambil tertawa.
Baginya, yang terpenting dalam pacaran beda suku adalah pengertian akan perbedaan tradisi dan budaya yang ada. “Terima pacar lo sebagai orang, bukan latar belakangnya,” ucap dia.
Walaupun mereka berdua sama-sama keturunan Tionghoa, namun ternyata masih terdapat perbedaan di antara mereka. “Gue Suku Tionghoa-Sunda, Fifi suku Tionghoa-Medan,” tutur Setiawan.
Dirinya dan Fifi yang telah menjalin hubungan selama 4 bulan ini, seringkali menemukan kendala di bahasa sehari-hari. Fifi yang merupakan orang Medan lebih sering menggunakan bahasa Hokkien, sedangkan Setiawan enggak ngerti bahasa itu.
“Jadi, kalau gue mau join ngobrol atau bercanda sama keluarganya, ya, enggak nyambung karena gue enggak ngerti. Terlepas dari itu, semua baik-baik aja. Enggak ada masalah yang mendasar banget,” katanya.
ADVERTISEMENT
Untuk Setiawan, yang paling penting dilakukan untuk pacaran beda suku ini adalah mencintai individunya, bukan sukunya. Menghormati dan menghargai itu penting bagi pasangan yang beda suku bangsa.
“Gue Suku Ambon, Audrey Suku Batak. Kita dapat stereotip sama-sama keras dan strict soal adat. Istilahnya, batu ketemu batu,” ujar Gilang.
Namun, pasangan yang sudah pacaran selama 4 bulan ini, bisa menerima perbedaan yang ada di antara mereka. Menurut Gilang, perbedaan suku dan adat budaya yang ada, jadi keunikan sendiri untuk keberagaman keluarga nantinya.
“Gue udah pernah ngomongin masalah ini, dia juga udah tahu kalau kami beda suku. Ya, kalau sampai disuruh putus, gue siap-siap aja, sih,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Gilang, perbedaan itu harusnya dipandang sebagai sesuatu yang baik, dapat dinikmati, dan harus dirayakan. Bukan malah menjadi batasan atau stigma untuk membuat stereotip tertentu.
“Harus bisa saling mengenali satu sama lain dengan baik dan pengertian akan budaya masing-masing. Ini 2019, enggak zaman main stereotip atau membatasi perbedaan,” lanjut dia.
Alex yang berasal dari Suku Jawa, dan Manda yang berasal dari Suku Batak, udah menjalin pacaran selama 1 tahun 10 bulan. Dulu, Alex pernah diberitahu keluarganya bahwa menikahi seseorang dari Suku Batak harus 'membeli marga'.
"Istilahnya begitu. Caranya dengan ngasih kerbau, tapi untungnya mantan gue Batak modern, sih,” katanya.
Meski Manda dinilai berwatak keras, Alex mengaku senang karena bisa belajar banyak tentang Suku Batak. Bagi dia, yang terpenting ketika menjalani pacaran beda suku ini adalah jangan membawa unsur suku kalau lagi berantem.
ADVERTISEMENT
“Enggak semua gambaran yang ada di pikiran tentang suku lain selalu benar. Kadang harus dicoba dulu untuk melihat, mengerti, dan merasakan terlebih dahulu baru bisa tahu,” tuturnya.
Pasangan ini sudah 6 tahun pacaran . Perbedaan suku enggak jadi halangan buat mereka.
“Gue dari Suku Jawa dan pacar gue Suku Sunda. Katanya, sih, Suku Jawa enggak boleh atau enggak bisa berjodoh sama Suku Sunda. Apalagi, kalau ceweknya yang Sunda dan cowoknya Jawa,” cerita Ellen.
Awalnya, Satya dan Ellen enggak dapat restu dari keluarga masing-masing karena perbedaan suku bangsa ini. Namun, setelah 1 tahun berlalu, akhirnya dapat restu juga.
“Aku tahu keluargaku se-strict apa. Tapi, aku tipe yang enggak percaya sama karakter dari suatu suku, enggak mau nge-judge orang. Gitu aja,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ellen mengatakan, yang penting adalah saling menghormati dan menerima perbedaan. Hilangkan juga sikap menganggap adat dan suku tertentu itu paling benar, karena lewat perbedaan dalam pacaran itu kamu bisa saling mengisi.
“Lucunya, sih, kalau main ke acara keluarga satu sama lain. Misalnya, dia main ke acara keluargaku. Dia mendengarkan aja keluargaku ngobrol pake bahasa Sunda,” ungkapnya.
Reporter: Stefanny Tjayadi