Menilik Perbedaan Gaya Band Britpop di Era 90-an

2 April 2019 20:51 WIB
clock
Diperbarui 21 Januari 2021 11:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Blur dan Oasis. Foto: Instagram/@shes.so.high dan @oasis
zoom-in-whitePerbesar
Blur dan Oasis. Foto: Instagram/@shes.so.high dan @oasis
ADVERTISEMENT
Bicara soal Britpop di era 90-an, rasanya kita enggak bisa luput dari dua nama band besar macam Oasis dan Blur. Seringnya, sih, mereka selalu dikaitkan dengan rivalitas sengit dan muncul banyak perbandingan dari segi karya musik, latar belakang kelas hingga soal gaya atau penampilan mereka.
ADVERTISEMENT
Nah, ngomong-ngomong soal preferensi gaya, bagaimanapun, hal itu enggak bisa lepas dari lingkungan sekitar tempat mereka tumbuh. Seperti Oasis, sekumpulan anak muda yang lahir dari 'kelas pekerja' dan membawa semangat Manchester. Kemudian ada Blur, yang berasal dari Colchester, Essex, sebuah kawasan di tenggara Inggris dan timur laut London yang akrab dengan sapaan 'southern softies'.
Mengutip Higsnobiety, para personel Blur bahkan lekat diasosiasikan dengan status mahasiswa yang suka baca The Guardian dan doyan minum latte. Meski kenyataannya, mungkin enggak seakurat itu juga.
Anyway, enggak bisa ditampik juga kalau Britpop era 90-an itu punya banyak pengaruh terhadap budaya pop. Menurut Ollie Evans, seorang director sekaligus pemilik vintage clothing platform 'Too Hot Limited', saat itu di Inggris sendiri mulai muncul geliat budaya klub dan dance music. Segalanya tampak menyatu di era 90-an.
ADVERTISEMENT
Lo enggak bisa nyalain TV atau radio tanpa ngobrolin soal musik, fashion atau skena hiburan. Era 90-an itu juga jadi titik besar dalam sejarah Inggris karena banyak momen budaya pop yang jadi dikenal di seluruh dunia," ujar Evans.
Tapi kalau ngomongin Britpop cuma sebatas Oasis dan Blur saja, rasanya enggak adil, deh (memangnya band Britpop cuma mereka?). Ada beberapa band Britpop lain yang juga punya ciri khas tersendiri dalam bergaya dan punya pengaruh terhadap beberapa pendengar musiknya. Berikut rangkumannya.
Liam Gallagher. Foto: AFP/DAMIEN MEYER
Tampilan atau gaya ini enggak cuma dimiliki Oasis saja. Band seperti Happy Mondays dan The Stone Roses juga punya look serupa.
Parka, track jacket, bucket hat, kaus olahraga hingga jaket jeans menjadi starter pack yang biasa mereka kenakan.
ADVERTISEMENT
"Banyak band dari utara memang pecinta sepak bola, atau seenggaknya mereka tumbuh dengan budaya itu. Hal itu nampak dari cara mereka berpakaian dan bersuara," kata Evans.
Shaun Ryder, sang vokalis Happy Mondays bahkan pernah menyebut gaya berpakaiannya sebagai 'hippy casual'.
Jika Oasis lebih suka tampilan yang kasual, Blur sedikit lebih bersolek. Dengan memberikan sentuhan aesthetic mod, frontman Blur, Damon Albarn, terlihat matching dengan kaus berkerah Fred Perry, jaket Harrington, cuffed jeans, dan boots Doc Martens.
Band seperti Pulp dan Suede menawarkan representasi gaya yang lebih eksentrik. Jarvis Cocker, vokalis Pulp bahkan membawa sentuhan dandy di setiap penampilannya. Kami enggak bermaksud body shaming, ya, tapi rasanya tubuh kurus Cocker terlihat pas dengan outfit retro yang bisa kamu temukan di thrift shop.
ADVERTISEMENT
Sedangkan vokalis Suede, Brett Anderson, mengambil pendekatan gaya yang lebih androgini. Dia enggak segan memadupadankan jaket kulit ketat dengan blus.
Satu dekade kemudian, kamu mungkin bisa melihat pengaruh Anderson pada Pete Doherty dan Carl Barat dari The Libertines, yang juga punya gaya serupa.
Dari ketiga looks tersebut, mana yang jadi favoritmu?