Psikolog soal Wibu Fanatik Anime: Enggak Aneh

24 Januari 2019 8:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menikahi karakter anime lewat VR. (Foto: Voltage)
zoom-in-whitePerbesar
Menikahi karakter anime lewat VR. (Foto: Voltage)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi seorang wibu alias penyuka anime dan budaya Jepang enggak bisa disebut sebagai orang aneh. Hobi nonton anime hingga punya waifu (tokoh karakter cewek cantik idola) pun ternyata enggak menjadi masalah.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikemukakan oleh Psikolog Klinis Dessy Ilsanty saat kumparan mintai komentar perihal wibu di kalangan anak muda. Dessy melihat bahwa menjadi wibu enggak ubahnya seperti para pecinta hobi yang lain.
“Kalau sampai suka itu, kan, sebenarnya seperti hobi. Itu tentu masih normal, artinya enggak ada sesuatu yang dibilang kelainan. Karena sama halnya wibu dengan orang yang suka mobil, karena di mobil kan ada yang fanatik misal ke (Mini) Cooper atau yang lain,” terang Dessy.
Hanya saja Dessy memberi batasan bahwa para wibu ini jangan sampai lepas batas antara dunia nyata dengan dunia fantasi yang digemarinya. Jangan sampai seolah-olah karakter kartun menggantikan sesuatu yang seharusnya bisa didapatkan di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
“Nah, yang menjadi kecenderungan agak aneh adalah ketika (anime) itu benar-benar terbawa ke kehidupan sehari-hari. Misalnya kayak kalau punya waifu. Waifu itu kan berasal dari kata wife (istri) itu. Kalau itu cuma buat lucu-lucuan, artinya dia menyadari bahwa ini bukan realita, cuma sekadar lucu-lucuan aja, enggak apa-apa. Dia masih bisa membedakan mana yang realitas mana yang bukan,” ujar psikolog WeCan Vibes Psychology Consultant ini.
Namun Dessy mengingatkan suatu kondisi yang mesti diwaspadai oleh para wibu, yaitu ketika realitas dan dunia fantasi sudah terlihat blur atau enggak bisa dibedakan lagi.
“Misalnya, dia lagi berkegiatan nih, terus bilang, ‘Aduh gue harus pulang cepat, nih, gue ditungguin sama istri gue, nih,’ gitu. Sementara kita tahu dia enggak punya istri. Itu sudah ada kayak dia meyakini betul bahwa kayak ada (istri waifu betulan),” ujar Dessy
ADVERTISEMENT
Dalam pandangan psikolog yang mengaku pernah menyukai anime ini, menjadi wibu enggaklah masalah selama hidup seseorang masih normal. Artinya, kamu masih bisa menjalani kegiatan sehari-hari tanpa terganggu.
“Cuma kalau misalnya sudah mulai mengganggu kegiatan sehari-hari, misalnya kayak ke kantor jadi terlambat, sekolah jadi enggak konsentrasi, enggak punya teman sama sekali di dunia nyata, terus enggak percayaan dengan (lingkungan) sosialnya. Nah, yang seperti itu baru secara psikologis mengkhawatirkan,” terang psikolog yang berpengalaman menangani kasus psikologis di institusi kesehatan mental itu.
Soal menonton anime atau punya waifu buat pemenuhan fantasi para wibu, menurut Dessy itu normal. Sebab, memang kebutuhan orang itu berbeda-beda. Hanya saja jangan sampai fantasi ini dijadikan pemenuh kebutuhan yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau kayak gara-gara (waifu) itu dia sampai benar enggak mau menikah, terus enggak mau berkeluarga. Nah, itu mungkin keluarga atau teman mulai perlu untuk intervensi. Ingatkan bahwa (anime atau waifu) ini hanya fantasi,” pungkas Dessy.