Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
"Sekarang dia lagi ngapain ya? Sama perempuan lain gak ya? Gue harus cek Instagram Storiesnya!."
Entah, telah berapa kali racauan tersebut terlontar dari mulut Saras. Sudah tiga bulan, Saras patah hati . Hubungannya kandas lantaran orang tua dari sang mantan kekasih tak merestui hubungan keduanya.
Perpisahan pun menjadi pilihan yang pahit bagi Saras dan sang mantan. Meski masih ingin bersama namun tak bisa, sedangkan rasa rindu begitu membuncah. Saras pun mendapati dirinya stalking medsos mantan secara rutin. Gatal rasanya jika tidak mengecek kegiatan sang mantan di media sosial. Twitter, Instagram, Facebook, LinkedIn, bahkan last seen WhatsApp sang mantan tak luput dari pantauannya.
Stalking mantan jadi hal yang sulit ditahan untuk tidak dilakukan saat patah hati . Menurut psikiater Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor, dr Lahargo Kembaren, stalking bisa menjadi candu akibat adanya peningkat hormon dopamine dalam otak. Hormon tersebut memberi efek gembira atau bergairah ketika aktivitas stalking berlangsung. Tapi setelahnya, kadar dopamine dalam otak menurun dan menimbulkan rasa tidak nyaman pada tubuh.
"Saat stalking, dia bakal excited. Dia akan mengulang lagi. Lama-lama itu menjadi adiksi, addicted jadinya untuk stalking terus. Karena secara nggak sadar, di dalam otaknya tadi ada hormon atau zat kimia yang namanya dopamine tadi yang imbalance," ujar dokter yang akrab disapa dr. Argo saat ditemui kumparan di RS Marzoeki Mahdi, Bogor, Rabu (23/10).
Menurut dr. Argo, kebiasaan stalking mantan sejatinya malah akan membuat kita lebih sulit untuk move on, bahkan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman karena membuat diri terbebani secara fisik dan psikologis. Hal itu juga jadi pertanda bahwa orang tersebut belum memasuki tahap acceptance atau menerima kenyataan sebagai fase terakhir dari masa duka akibat putus cinta.
Oleh karena itu dr. Agro menjelaskan hal lain yang dapat dilakukan untuk mengobati patah hati adalah mengatur management stress dengan menerapkan pola hidup sehat seperti tidur 6-8 jam dalam keadaan lampu mati, berolahraga, hingga makan sayur dan buah.
Tak kalah penting dan terutama adalah cari teman yang bisa diajak berbagi cerita guna meringankan beban perasaan. Nah, jika semua hal tersebut sudah dilakukan tapi kondisi hati belum membaik juga, pertolongan bisa didapat dari psikiater atau psikolog. Mereka dapat membantu dengan treatment khusus supaya seseorang tidak jatuh dalam keadaan depresi.
Jadi, bagaimana caramu menyembuhkan patah hati lalu move on dari bayangan mantan?