Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Efisiensi Anggaran dan Dampaknya terhadap Pendidikan serta Tujuan Indonesia Emas
25 Februari 2025 11:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari M Iqbal Tawakal Al Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT
Apakah pengurangan akses terhadap pendidikan dapat berdampak baik untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 ? Artikel ini bertujuan menjelaskan keterkaitan tersebut sebagai proses sebab-akibat yang menunjukkan bahwa sektor pendidikan memiliki peran penting dalam mencapai tujuan besar bangsa. Yaitu Indonesia emas tahun 2045.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD TA 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) mengalami pemotongan anggaran. Anggaran Kemendikdasmen yang sebelumnya Rp33,545 triliun dipangkas menjadi Rp26,2 triliun, sedangkan Kemendiktisaintek dari Rp57,6 triliun menjadi Rp43,3 triliun (Daffa, 2025).
Pemangkasan ini berdampak signifikan pada beberapa pos belanja strategis yang mendukung aktivitas pendidikan, seperti Program Indonesia Pintar (PIP), tunjangan guru non-PNS, beasiswa unggulan, tunjangan dosen, Beasiswa KIP Kuliah, Bantuan Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (BPPTNBH), dan beberapa program lainnya (Zulfikar, 2025). Dampaknya terutama dirasakan pada akses pendidikan bagi para pelajar serta kesejahteraan tenaga pengajar.
ADVERTISEMENT
Program-program ini merupakan prioritas yang berdampak langsung pada masyarakat. Ketika program prioritas tersebut terkena efisiensi, masyarakat berisiko kehilangan akses terhadap pendidikan. Sedangkan disaat yang bersamaan pendidikan yang didapatkan oleh masyarakat sangat menentukan generasi seperti apa yang akan dimiliki oleh negara.
Jika menilik ke belakang, pemerintah telah lantang menyuarakan wacana Generasi Emas Indonesia 2045. Pada tahun tersebut, Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi dengan sekitar 70% penduduk berada dalam usia produktif. Pemerintah mendorong lahirnya generasi muda Indonesia yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi (CNN Indonesia, 2024).
Komitmen ini tertuang dalam Undang-Undang No. 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2024–2045 untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045. Salah satu sasaran utamanya adalah peningkatan daya saing sumber daya manusia melalui pendidikan, pelatihan, pengembangan etos kerja, penguasaan teknologi, inovasi, kreativitas, dan kesehatan (Kementerian PPN/Bappenas, n.d.). Komitmen ini menitikberatkan pendidikan sebagai dasar tercapainya cita-cita tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun, ironi terjadi ketika pemerintah, yang seharusnya mendukung pendidikan, justru melakukan pemangkasan anggaran. Tindakan ini bertentangan dengan tujuan besar yang ingin dicapai. Penurunan akses pendidikan dapat menghambat lahirnya generasi muda yang berdaya saing tinggi. Sebaliknya, keterbatasan pendidikan akan menghasilkan generasi muda yang tidak optimal dalam mengembangkan potensi mereka.
Pendidikan dan segala unsur pendukungnya harus menjadi prioritas utama sebagai dasar tercapainya tujuan besar bangsa. Beberapa kementerian dan lembaga, seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan, hingga 14 Februari 2025 belum mengumumkan efisiensi anggaran (Zulfikar, 2025). Walaupun tidak menutup kemungkinan mereka juga akan melakukannya, fakta ini menimbulkan pertanyaan mengenai prioritas pemerintah terhadap pendidikan.
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan kunci bagi perkembangan individu dan masyarakat. Lebih dari sekadar sarana memperoleh pengetahuan, pendidikan membentuk karakter, memperluas wawasan, dan memaksimalkan peluang yang ada. Pendidikan juga merupakan alat terbaik menghadapi tantangan globalisasi yang semakin kompleks. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai, generasi muda akan mampu bersaing di pasar global serta menghadapi isu-isu relevan yang terus berkembang.
Sebagai kesimpulan, pendidikan adalah sumber keberhasilan semua cita-cita besar bangsa, terutama dalam mewujudkan tujuan Indonesia Emas 2045. Penurunan akses terhadap pendidikan akan berdampak besar bagi cita-cita tersebut. Fenomena ini mencerminkan kontradiksi antara tujuan besar bangsa dan realitas yang dihadapi generasi muda. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi prioritas utama pemerintah agar semua cita-cita dan tujuan besar yang dimiliki dapat tercapai. Tindakan paling tepat sebagai awal dari itu semua adalah dengan memastikan bahwa masyarakat Indonesia dijamin untuk memiliki akses terhadap pendidikan, termasuk semua instrumen pendukung pendidikan tersebut.
ADVERTISEMENT