Guru sebagai Tuntunan Perubahan: Membebaskan Melalui Pendidikan Inspiratif

Contoh metode inspiratif guru pada saat proses pembelajaran di outdor agar siswa tidak mengantuk dan bosan. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Guru adalah seorang pemimpin dan agen perubahan pendidikan. Menurut Djohar, tanpa partisipasi guru segala upaya untuk mentransformasikan dunia pendidikan akan gagal. Guru merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan. Ia membentuk identitasnya dengan cara menunjukkan metode dan aktivitas mengajarnya melalui hal tersebut dan guru mengukuhkan dirinya sebagai agen perubahan. Kegiatan pendidikan, pembinaan, dan pelatihan guru di sekolah memberikan perbedaan dalam kehidupan siswa di luar kelas. Sebagai agen perubahan, guru menjadikan siswa-siswanya untuk menjadi lebih baik, lebih cerdas, dan membekali mereka dengan keterampilan yang akan membantu mereka dalam pengembangan profesional di masyarakat. Guru tidak hanya pintar; jika yang diinginkan dari seorang guru hanyalah menjadi pintar, google jauh lebih pintar. Namun, guru adalah agen perubahan yang harus mengubah individu menjadi manusia yang berkarakter positif, dan seorang guru yang berdiri di depan kelas tidak cukup jika hanya bisa mengajar tetapi juga mengubah karakter siswanya. Tidak ada yang bisa menggantikan guru dalam membawa perubahan pada anak di sekolah. Dalam mewujudkan perubahan pada anak bangsa, guru harus bisa mengubah metode pembelajarannya menjadi lebih inspiratif. Guru harus menjadi fasilitator dan katalisator, agar mampu menggali potensi siswa sesuai dengan keadaannya saat ini. Apalagi generasi saat ini telah memasuki Era Industri 4.0, guru harus mampu mendidik siswa berbagai keterampilan untuk mempersiapkan mereka menghadapi era disrupsi teknologi. Perubahan yang dialami anak di bentuk oleh seorang guru kemudian di lakukan dengan proses sosial.(Herwani 2022)

Perubahan yang dialami anak didampingi oleh guru dan diwujudkan melalui proses sosial. Kualitas guru di Indonesia masih belum optimal secara makro. Faktor utama yang menyebabkan hal ini antara lain adalah pola pikir guru, motivasi atau dorongan batin untuk terus belajar, inovasi pembelajaran, dan selalu mengikuti perkembangan informasi untuk melacak temuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Diantara perkembangan yang masih relatif terbatas tersebut terdapat beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan untuk memperkuat peran guru sebagai agen perubahan pembelajaran siswa di kelas. Yang pertama adalah membangun kualitas psikologis positif pada diri guru melalui motivasi kinerja yang teratur dan kegiatan pelatihan serupa. Contoh pembinaan dan pelatihan ESQ, walaupun secara teoritis semua guru sudah mengetahui beberapa teori belajar psikologi, namun sebagai pendidik seringkali kita membutuhkan pelatihan ulang dan feedback positif dari psikolog dan motivator ketika menghadapi berbagai permasalahan dalam pekerjaan.(Najm Al Inu et al. 2023)

Strategi pembelajaran transformatif adalah metode dan pendekatan yang digunakan guru dan instruktur untuk menyampaikan konten dengan cara yang menarik, mendidik, dan transformatif. Strategi pembelajaran interaktif interactive teaching merupakan suatu bentuk diskusi dan pertukaran antar siswa. Menurut Seeman dan Ferentz menjelaskan bahwa diskusi dan interaksi memberikan siswa kesempatan untuk menanggapi ide, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan instruktur serta mencoba mencari cara berpikir alternatif. Strategi Pembelajaran Eksperiensial (Experiential Learning) Strategi pembelajaran eksperiensial menggunakan format sekuensial induktif dan berpusat pada siswa serta berorientasi pada aktivitas. Fokus strategi pembelajaran berdasarkan pengalaman adalah pada proses pembelajaran daripada hasil pembelajaran. Strategi belajar mandiri pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan pengembangan diri. (Marbun 2019)

Pendidikan multikultural merupakan pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk menghargai, memahami, dan menyikapi keragaman budaya dalam lingkungan belajar. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran inklusif yang mengakui dan menghormati keragaman budaya, etnis, agama, dan identitas siswa. Pendidikan multikultural bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, toleransi dan mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat global yang semakin multikultural. Menurut Bloom, pendidikan multikultural kaya akan penghargaan, rasa hormat, dan kebersamaan dalam komunitas yang majemuk. Program ini berhasil memperkuat rasa saling menghormati antar siswa, menciptakan lingkungan inklusif, dan mempererat hubungan lintas budaya di sekolah.(Azzahra, Asbari, and Ariani 2023)

Pengendalian mutu dan daya saing lembaga pendidikan Islam harus dilaksanakan agar lembaga tersebut tetap mampu bertahan dan berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Tahap terakhir dari proses manajemen adalah evaluasi. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada akhir periode saja melainkan harus dilakukan selama program berlangsung. Hal ini disebut dengan pengawasan untuk memastikan arah pencapaian tujuan program agar terus dipertahankan ke arah yang lebih efektif dan efisien. Ada sistem pengawasan yang disebut sibernetika. Saat melakukan pemantauan, sistem sibernetika menentukan keadaan keseimbangan (equilibrium), menerima perubahan lingkungan sebagai umpan balik ke sistem, mengirimkan informasi lingkungan eksternal ke sistem, dan merespons ketika keluaran sistem berfluktuasi memungkinkan tindakan perbaikan yang cepat. (Yusri 2020)

Menurut Thomas Lickona pakar psikolog dan profesor pendidikan karakter di Cortland University, menyebutkan 10 tanda zaman sebagai tanda kehancuran bangsa. Tanda-tanda adanya masalah adalah:

1. Generasi muda tidak terorganisir dan bersifat anarki

2. Mereka berbicara dengan cara yang tidak sopan

3. Mereka melakukan tindakan kekerasan di bawah pengaruh kelompok sosial

4. Tidakan menganiaya diri sendiri

5. Tidak ada aturan model yang membedakan baik buruk

6. Sikap pasif dan tidak memiliki perubahan

7. Kurangnya rasa hormat terhadap orang tua

8. Ketidakpedulian dan rasisme

9. Maraknya kebohongan

10. Ketidakpercayaan antar kelompok yang menimbulkan kecurigan.

Peningkatan dan peningkatan mutu pendidikan diawali dengan pemberian program layanan komprehensif berbasis keterampilan pada ranah emosional, kognitif, dan psikomotorik, didukung dengan pengaturan yang terdesentralisasi dan teregulasi serta penguatan kerjasama pendidikan.(Lestari 2022)

Kolaborasi dalam pelatihan vokasi dilakukan melalui teknologi blended learning. Model pembelajaran ini disebut hybrid yang menggabungkan pendekatan pengajaran tradisional tatap muka dengan kegiatan pembelajaran elektronik. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu pendekatan pendidikan dalam belajar mengajar di mana sekelompok siswa bekerja sama untuk memecahkan suatu permasalahan dan menciptakan sesuatu. Gambaran efektivitas pembelajaran blended learning kolaboratif, dimulai dari konsep terminologi dan manfaat metode kolaborasi melalui teknologi Web 2.0. Metode pembelajaran yang dihasilkan memungkinkan siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui kolaborasi berbasis teknologi. Metode pembelajaran blended learning juga merupakan bagian dari fase transformasi profesional. Teknologi, literasi media, dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi sangat penting untuk mencapai kesuksesan di abad ke-21. Tujuannya adalah untuk mengajarkan keterampilan yang diperlukan dan memotivasi siswa untuk memprioritaskan pembelajaran profesional. Siswa menikmati teknologi baru karena mereka tumbuh bersama dengan teknologi tersebut. (Stapa, Ibrahim, and Yusoff 2017).