Konten dari Pengguna

Pemilih Pemula Butuh Informasi Caleg yang Lengkap

Muhamad Ali Akbar
Mahasiswa S-1 Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret
12 Februari 2024 7:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 17 Agustus 2024 22:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Ali Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hitungan hari menjelang Pesta Demokrasi 2024, tepatnya pada 14 Februari mendatang, bangsa Indonesia akan menentukan arah masa depannya. Masyarakat tidak hanya akan memilih presiden dan wakil presiden, tetapi juga calon legislatif (caleg) yang akan menduduki kursi DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten, dan DPD.
ADVERTISEMENT
Momen ini merupakan kesempatan krusial bagi rakyat Indonesia untuk menentukan pemimpin dan wakil rakyat yang memiliki kapabilitas, integritas, dan komitmen tinggi dalam membangun bangsa. Keputusan yang diambil dalam pemilu ini akan berdampak signifikan pada arah kebijakan dan pembangunan negara selama lima tahun ke depan.
Anggota legislatif merupakan representasi dari masyarakat, mereka adalah wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu untuk mewakili kepentingan masyarakat di lembaga legislatif. Bertugas mendengarkan dan menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah melalui pembentukan undang-undang dan pengawasan pelaksanaan undang-undang.
Posisi legislatif dalam pemerintahan dapat menjadi penyeimbang kekuasaan mengingat pembagian atau pemisahan suatu kekuasaan sangat penting agar tidak terjadinya tindakan kesewenang-wenangan dari masing-masing pemerintahan atau lembaga-lembaga. Hal tersebut sejalan dengan konsep kedaulatan rakyat yang berorientasi pada tegaknya the rule of law, pengendalian kekuasaan, otonomi daerah, serta check and balance.
ADVERTISEMENT

Dilema yang Dihadapi Pemilih Pemula

Meskipun demikian, tidak semua masyarakat memiliki akses informasi yang memadai terkait caleg yang akan dipilih. Hal ini terutama berlaku bagi pemilih pemula, yang belum pernah merasakan pemilu dan tidak jarang bersikap pesimis terhadap prosesnya. Pemilih pemula adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti pemilu, umumnya berusia 17 tahun atau lebih yang belum pernah merasakan pemilu sebelumnya.
Selama ini, masyarakat umumnya hanya mendapatkan akses informasi terkait presiden dan wakil presiden. Hal ini wajar karena mereka adalah pemimpin tertinggi negara dan mendapatkan sorotan media yang lebih banyak. Namun, akses informasi terkait caleg sama pentingnya, karena mereka memiliki peran krusial dalam menentukan nasib bangsa.
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pemilih pemula yang masih belum tahu cara memilih pemimpin yang tepat untuk duduk di kursi legislatif. Bahkan, masih banyak yang tidak mengetahui bahwa pemilu bukan hanya memilih presiden dan wakil presiden, tetapi juga anggota legislatif. Hal ini menjadi tantangan yang perlu diaddressed.
ADVERTISEMENT

Informasi Mengenai Caleg

Dalam kontestasi pemilu, para caleg memerlukan kendaraan politik dan strategi komunikasi yang efektif untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka layak dipilih. Caleg harus mampu menunjukkan bahwa mereka memiliki komitmen untuk membuat kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para caleg perlu merumuskan strategi yang tepat untuk menarik simpati dan kepercayaan masyarakat.
Partai politik menjadi landasan bagi para caleg dalam menapaki kontestasi pemilu. Platform ini memungkinkan caleg untuk memperkenalkan diri, visi-misi, dan program mereka kepada para pemilih. Caleg memanfaatkan struktur dan jaringan partai untuk meraih kemenangan. Kondisi partai menjadi faktor penentu, di mana masyarakat akan mencermati track record partai sebagai bahan pertimbangan. Kinerja pemimpin partai periode sebelumnya, baik atau buruk, serta track record partai dalam melahirkan pemimpin-pemimpin yang korup dan mementingkan kepentingan partai, akan menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Caleg juga memanfaatkan public figure dan organisasi masyarakat untuk mendulang suara. Tak jarang, mereka mengadopsi isu yang diperjuangkan oleh gerakan sosial untuk menarik simpati pemilih. Fenomena ini dikenal sebagai efek ekor jas (coat-tail effect). Efek ini mengacu pada situasi di mana popularitas atau pengaruh seorang public figure, organisasi, atau gerakan sosial "menarik" suara untuk kandidat atau partai politik yang berafiliasi dengan mereka. Contohnya, isu kemerdekaan Palestina yang sedang populer saat ini dapat digunakan untuk menarik perhatian publik terhadap kandidat yang mendukung agenda tersebut.
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan dalam lingkup politik, melibatkan aktor-aktor politik dan pesan-pesan terkait kekuasaan, pemerintahan, dan aktivitas politik. Pada intinya, ini adalah proses pertukaran informasi dan ide untuk mempengaruhi pihak lain dalam ranah politik. Kampanye menjadi salah satu medium utama komunikasi politik yang dilakukan oleh caleg. Caleg melakukan kampanye di daerah pemilihannya, memanfaatkan alat peraga kampanye dan media sosial untuk menyampaikan visi-misi mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, permasalahan muncul ketika caleg menggunakan media sosial hanya untuk gimmick berlebihan dan minim memuat informasi visi-misi. Ditambah lagi, alat peraga kampanye seperti baliho, spanduk, dan poster yang hanya memuat foto caleg tanpa visi-misi, tidak membantu masyarakat dalam menentukan pilihan. Alat peraga kampanye pun dinilai hanya merusak pemandangan karena pengalokasiannya yang berantakan, tidak pada tempatnya, dan berlebihan. Masalah ini seharusnya dapat diatasi oleh masing-masing partai.

Langkah Konkret yang Harus Diambil Masyarakat

Mengandalkan kampanye langsung di daerah pemilihan saja tidak cukup. Faktanya, tidak semua caleg melakukannya dengan maksimal. Bahkan, tak jarang mereka terjebak dalam praktik politik uang, seperti serangan fajar dengan uang, bantuan sembako, dan sejenisnya. Akibatnya, banyak masyarakat, terutama pemilih pemula, yang tidak memiliki informasi yang cukup untuk menentukan pilihannya. Mereka memilih mengikuti pilihan orang tua, atau bahkan memilih untuk golput.
ADVERTISEMENT
Melihat realita yang ada, mau tidak mau, masyarakat terutama pemilih pemula harus mencari dan menyelami sendiri informasi mengenai caleg yang akan dipilih sehingga dapat menentukan pilihannya secara bijak. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memberikan akses kepada masyarakat untuk melihat profil caleg Pemilu 2024 melalui laman https://infopemilu.kpu.go.id/. Selain itu, masyarakat pun bisa mengakses laman https://jariungu.com/. Kedua laman tersebut menyediakan informasi mengenai data pribadi caleg, motivasi menjadi caleg, program usulan, dan informasi lainnya yang diperlukan untuk mengenal lebih dalam para caleg. Dengan demikian, diharapkan masyarakat memiliki keinginan untuk mengakses laman-laman yang tersedia sehingga dapat membuat keputusan yang informasional dan sesuai dengan nilai-nilai serta program yang diusung oleh masing-masing caleg.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dengan penuh tanggung jawab. Lakukan riset terhadap profil dan track record para caleg, pelajari visi-misi mereka, serta pertimbangkan platform politik yang mereka usung. Pastikan memilih pemimpin dan wakil rakyat yang kredibel, kompeten, dan memiliki visi yang selaras dengan aspirasi rakyat.
ADVERTISEMENT
Mari jadikan Pesta Demokrasi 2024 sebagai momentum untuk mewujudkan Indonesia yang maju, sejahtera, dan berkeadilan.