Akbar Tandjung: Golkar Berbahaya di 2019, Perlu Ada Perubahan

21 Mei 2017 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Silahturahmi Setya Novanto (Foto: Dok. Partai Golkar)
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, mengkritisi kepemimpinan Ketua Umum Setya Novanto dalam memimpin Golkar. Akbar bicara soal perlunya perubahan-perubahan di tubuh Golkar.
ADVERTISEMENT
Akbar merujuk pada hasil survei yang ada bahwa elektabilitas Partai Golkar mengalami penurunan. Posisi itu menurutnya bisa membahayakan Golkar dalam menghadapi Pemilu Serentak 2019.
"Saya pikir itu bisa dijadikan alasan bagaimana Golkar bisa diapresiasi. Kesimpulan saya kalau begini trennya, akan berbahaya ke depan di 2018 dan 2019. Bisa menjadi pikiran untuk Golkar," ucap Akbar dalam di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (21/5).
Akbar Tandjung dalam diskusi tentang Golkar (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
"Perlu ada perubahan-perubahan. Partai yang harus menjadi andalan kita. Menyiapkan kader partai sebagai pengurus," tegasnya.
Akbar tak merinci perubahan dimaksud. Tahun 2018 adalah Pilkada serentak bagi 171 daerah, sementara tahun 2019 adalah Pemilu Presiden yang digelar serentak dengan Pemilu Legislatif untuk pertama kali.
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut Rapimnas yang akandigelar 21-23 Mei, merupakan forum paling tepat untuk membahas sejumlah persoalan internal partai, termasuk kemungkinan perubahan tadi.
"Tentu mereka punya hak untuk menyampaikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian bahkan hak-hak yang perlu menjadi keputusan terhadap masalah-masalah dalam partai. Bahkan yang terkait dengan tokoh-tokoh partai, termasuk yang terkait dengan kepemimpinan partai. Kalau memang ada hal yang perlu didiskusikan, saya kiralah forum inilah yang tepat," paparnya.
Akbar Tandjung (Foto: Fahrian Saleh/kumparan)
Akbar menuturkan dalam setahun kepemimpinan Setya Novanto perlu dilakukan peninjauan atas keputusan-keputusan strategis, termasuk soal putusan partai dalam Munas yang menghasilkan Novanto sebagai ketua umum.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah sampaikan juga beberapa hal yang terkait dengan putusan partai pada masa lalu, khususnya putusan partai terkait dengan Munas yang merupakan instansi tertinggi yang belum dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Misalnya saja tentang juga konsolidasi, tentang juga produk dalam keputusan Munas sebagai dedikasi yang berkaitan dalam Munas yang berkaitan dengan institusi dalam internal partai yang lain juga bagaimana," jelasnya.
Setya Novanto dalam Rapimda Golkar Jabar. (Foto: Dok. Istimewa)
Selain itu, dibentuknya tiga institusi baru berdasarkan hasil keputusan munas, seharusnya menjadi perhatian juga dalam kepemimpinan Setya Novanto.
"Juga dengan relasi ketiga institusi (Dewan Kehormatan, Dewan Pakar, Dewan Pembina) ini dengan partai diatur secara sungguh-sungguh ini sangat penting. Terutama saya sebagai Wakil Ketua Dewan Kehormatan, keinginan saya memberikan dukungan penuh, membantu DPP itu betul-betul ingin saya laksanakan," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Setya Novanto dan istrinya mendatangi TPS (Foto: Dok. Staf Setya Novanto)