Pengungsi Somalia hingga Pengguna Narkoba di The Learning Farm Cianjur
PerbesarADVERTISEMENT
Di tengah keasrian Kampung Rawa Benceuh, Desa Kawung Luwuk, Sukaresmi, Cianjur, Jawa Barat, gedung sekolah The Learning Farm hampir tidak terlihat seperti sekolah pada umumnya.
ADVERTISEMENT
Gedung bertembok putih dengan ornamen anyaman bambu berwarna cokelat, berdiri tegak di antara kebun sayur. Sesekali terdengar suara tawa dari sebuah ruangan besar di sebelah kanan gedung.
Prok prok prok..!!
"Ardi," ujar seorang pemuda dengan kaos merah garis sambil bertepuk tangan berirama.
Prok prok prok..!!
"Wawan," ujar pemuda di sebelahnya. Secara bergantian, belasan murid kelas basic di The Learning Farm, bersemangat mengenalkan namanya sambil bertepuk tangan melakukan permainan sekaligus absensi sambil duduk memutar.
Darlene, seorang WNA asal Australia yang menjadi relawan pengajar bahasa Inggris, tak kalah bersemangat. Hari itu, ia mengajarkan kosa kata baru dengan menggunakan lagu You Are My Sunshine.
Siapa sangka, dulunya, pemuda-pemudi yang menjadi siswa di The Learning Farm adalah orang-orang yang 'terpinggirkan'. Ya, The Learning Farm memang mengkhususkan diri untuk melatih anak jalanan, pengguna narkoba, anak bermasalah dan refugee (pengungsi dari daerah perang), secara cuma-cuma agar bisa hidup mandiri.
PerbesarExternal Relation The Learning Farm, Femilya Handra, menjelaskan sebenarnya program ini sudah ada sejak tahun 2005 silam. Meski awalnya masih menyewa lahan di Maleber, September 2016, akhirnya The Learning Farm pindah ke Kampung Rawa Benceuh yang merupakan lahan sendiri seluas 2,4 hektar.
ADVERTISEMENT
"Untuk kelas basic ada 37 siswa dan kelas advance ada 15 siswa. Semuanya dari berbagai provinsi di Indonesia, bahkan ada juga refugee dari Somalia dan Afghanistan yang ada di sini," ujar Femilya.
PerbesarDalam satu minggu, setiap hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat, kelas basic akan secara bergantian belajar Bahasa Inggris secara aktif dan komputer. Sedangkan di hari Rabu dan Sabtu, siswa akan mendapatkan bekal ilmu dari pengajar di luar The Learning Farm. Rutinitas ini akan berlangsung selama 100 hari untuk tahap basic.
Bukan hanya belajar bahasa asing dan komputer, siswa juga dilatih urban farming atau pertanian modern, lengkap dengan ilmu pemasaran, manajemen dan pengemasannya. Jika tertarik, setelah lulus tahap dasar siswa bisa mendalami materi urban farming dengan mengambil kelas advance selama 200 hari.
ADVERTISEMENT
Meski sudah banyak mengubah hidup anak-anak menjadi wiraswasta sukses dan mandiri, The Learning Farm hidup hanya dari sumbangan pendonor tanpa ada kontribusi dari pemerintah. Satu-satunya kerja sama yang terjalin dengan pemerintah adalah dengan Dinas Sosial untuk masalah perizinan.
Perbesar"Dari pemerintah belum, tapi kalau perusahaan ada. Kayak dari perusahaan tambang, mereka meminta organic farming untuk katering di perusahaan mereka. Mereka kirim pemuda lokal ke sini. Kemudian mereka tanam di sana," jelas Familya.
PerbesarMeski menargetkan anak-anak bermasalah namun proses perekrutannya tentu tidak sembarangan. Familya mengaku pihaknya memiliki partner lokal di daerah seperti kelompok tani dan NGO lokal. Partner lokal inilah yang akan merekomendasikan seorang siswa sebelum akhirnya dilakukan interview melalui telepon.
PerbesarADVERTISEMENT
