Konten dari Pengguna

Sunda Bakti di Tangan Kang Dedi Mulyadi

Muhammad Iqbal Ash Siddiq Sudjaya
Alumni Unpam Sastra Indonesia S1
7 Mei 2025 12:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal Ash Siddiq Sudjaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by LyraBelacqua-Sally from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image by LyraBelacqua-Sally from Pixabay
ADVERTISEMENT
Menghidupkan Kembali Identitas Budaya di Tengah Arus Modernisasi
Oleh: Muhammad Iqbal Ash Siddiq Sudjaya
ADVERTISEMENT
Pengantar
Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, banyak nilai-nilai budaya lokal yang tergerus. Namun, tidak semua menyerah begitu saja pada arus itu. Di Jawa Barat, muncul seorang tokoh yang tak hanya mempertahankan, tetapi juga menghidupkan kembali semangat budaya Sunda dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat: Kang Dedi Mulyadi (KDM).
Menafsir Ulang 'Sunda Bakti'
‘Sunda Bakti’ bukan sekadar slogan—ia adalah ruh yang menghidupkan kebijakan dan tindakan. Dalam konteks ini, ‘bakti’ berarti pengabdian total terhadap nilai-nilai luhur kebudayaan Sunda: silih asah, silih asih, silih asuh. KDM menjadikan nilai-nilai ini sebagai pilar utama dalam kepemimpinannya selama menjabat sebagai Bupati Purwakarta (2008–2018).
Langkah-langkah konkret yang ia ambil seperti mewajibkan penggunaan pakaian adat Sunda setiap hari tertentu, mengubah arsitektur gedung pemerintahan dengan sentuhan khas Sunda, hingga membangun taman-taman tematik berbasis cerita rakyat lokal, bukan hanya menjadi bentuk pelestarian tetapi juga strategi memperkuat jati diri masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menginspirasi Lewat Platform Digital
Pasca masa jabatan, KDM tidak berhenti. Ia mengadaptasi zaman dengan memanfaatkan media sosial sebagai panggung baru untuk dakwah budaya. Kanal YouTube miliknya, seperti “Kang Dedi Mulyadi Channel” dan “Lembur Pakuan Channel”, menjadi ruang penyampaian pesan sosial, budaya, dan kemanusiaan yang dikemas dengan pendekatan naratif khas Sunda: hangat, egaliter, dan penuh welas asih.
Dalam berbagai konten, KDM mendatangi warga kecil di desa, mendengarkan masalah mereka, dan membantu langsung tanpa birokrasi yang kaku. Inilah bentuk paling nyata dari filosofi ngabakti ka rakyat.
“Saya tidak ingin budaya Sunda hanya jadi dekorasi. Budaya harus menjadi perilaku, menjadi napas kehidupan,” ungkap KDM dalam salah satu unggahannya.
Pendekatan Humanis dan Ketegasan Simbolik
ADVERTISEMENT
Konten KDM tak jarang menyajikan simbol-simbol kuat. Ia kerap tampil dengan pakaian adat lengkap, mengunjungi situs budaya, berdialog dengan pemuka adat dan tokoh masyarakat Sunda Wiwitan. Simbol ini tidak semata kosmetik, tetapi menjadi bentuk perlawanan terhadap homogenisasi budaya.
Kegiatan budaya seperti wayang golek, pementasan seni rakyat, dan bahkan ritual penghormatan pada alam terus ia gaungkan sebagai bagian dari warisan Sunda yang wajib dijaga.
Kritik dan Kontroversi
Tak sedikit pula yang mengkritik gaya komunikasi dan kebijakan KDM. Saat menjabat, ia sempat melarang praktik wisuda sekolah dasar dan menengah, yang dinilai sebagai pemborosan oleh masyarakat kelas bawah. Kebijakan ini menuai pro-kontra.
Namun, di balik kontroversi, tetap muncul narasi yang lebih besar: keberanian menantang kebiasaan demi meluruskan esensi pendidikan dan kebudayaan.
ADVERTISEMENT
Dampak dan Relevansi
Dedi Mulyadi telah membuktikan bahwa pelestarian budaya bukan sesuatu yang kuno atau terpisah dari realitas zaman. Justru, budaya yang hidup dan diberi ruang menjadi fondasi kuat untuk membentuk masyarakat yang berkarakter dan harmonis.
Menurut laporan Okezone (2025), kanal YouTube Dedi kini memberikan pemasukan signifikan. Ini menunjukkan bahwa pendekatan budaya, ketika dikemas dengan kepekaan zaman, bisa menjadi modal sosial sekaligus ekonomi.
Penutup: Sunda yang Tidak Mati
Sunda bukan hanya soal bahasa dan adat. Ia adalah cara berpikir, merasakan, dan bertindak. Di tangan Dedi Mulyadi, semangat sunda bakti menemukan jalannya kembali ke ruang publik. Sebuah peringatan bahwa kearifan lokal bukan beban, melainkan bekal untuk masa depan.
Referensi:
Kompas.com. (2018). Kang Dedi Mulyadi, Bupati yang Bangun Purwakarta dengan Kearifan Lokal.
ADVERTISEMENT
Okezone.com. (2025). Berapa Gaji dan Penghasilan Dedi Mulyadi dari YouTube?
JawaPos.com. (2025). Lewat Wayang Golek, Dedi Ajak Lestarikan Nilai Sunda.
Poros Jakarta. (2025). Dedi Mulyadi dan Sunda Wiwitan: Melestarikan Warisan Budaya.
Radar Jogja. (2025). Kontroversi Selama Kepemimpinan Dedi Mulyadi.