Konten dari Pengguna

Masyarakat Menjadi Alasan Utama dalam Sulitnya Legalisasi Ganja di Indonesia

Muhammad Kayyis Firasy Rizqy
Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12 November 2024 14:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Kayyis Firasy Rizqy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar Ilustrasi Hukum Indonesia oleh Kayyis Firasy (Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Ilustrasi Hukum Indonesia oleh Kayyis Firasy (Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu bahwa narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obot terlarang yang di mana penggunaannya dilarang di Indonesia. Terkait dengan dilarangnya penggunaan narkoba di Indonesia, legalisasi narkoba merupakan isu yang sangat kontroversial di berbagai negara, khususnya narkoba jenis ganja. Ganja merupakan tumbuhan yang dikenal dengan nama ilmiah Cannabis Sativa, yang memiliki senyawa aktif berupa tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD). Meskipun penggunaannya dilarang di berbagai negara, ganja memiliki manfaat yang dibutuhkan untuk kepentingan medis.
ADVERTISEMENT
Ganja dapat digunakan untuk meredakan nyeri kronis, mengurangi mual pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, serta membantu pasien dengan gangguan kesehatan mental seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Selain itu, zat aktif dalam ganja, seperti CBD (Cannabidiol), juga diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membantu dalam penanganan penyakit seperti epilepsi. Ganja juga dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi pada beberapa orang. Meskipun banyak manfaat yang bisa didapat dari penggunaan ganja, masih banyak pertimbangan yang perlu dilakukan untuk melegalkan ganja di Indonesia

Masyarakat menghambat legalisasi ganja

Salah satu hambatan terbesar dalam legalisasi ganja di Indonesia adalah rendahnya literasi dan kesadaran masyarakat tentang perbedaan penggunaan ganja medis dan ganja rekreasi. Rendahnya edukasi dan pemahaman masyarakat membuat ganja dipandang sebagai sesuatu yang tabu, tanpa mempertimbangkan potensi medisnya. Tanpa pemahaman yang mendalam, risiko penyalahgunaan ganja menjadi tinggi jika dilegalkan. Selain itu, kurangnya informasi yang akurat mengenai manfaat medis ganja membuat masyarakat lebih rentan terhadap informasi yang salah. Edukasi tentang penggunaan ganja medis membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan tokoh masyarakat, agar dapat mengubah stigma negatif terhadap tanaman ini.
ADVERTISEMENT
Jika ganja dilegalkan tanpa regulasi yang ketat, aksesibilitasnya bisa meningkat, termasuk bagi kelompok usia muda. Hal ini berpotensi memicu peningkatan penyalahgunaan ganja di kalangan generasi muda, karena ketika ganja dilegalkan, dikhawatirkan aksesibilitas ganja menjadi lebih mudah. Tanpa pemahaman yang benar mengenai risiko dan bahaya ganja, generasi muda mungkin melihat ganja sebagai sesuatu yang boleh saja digunakan kapanpun karena sudah dilegalkan, padahal dampaknya pada kesehatan mental dan fisik mereka bisa sangat merugikan. Selain itu, tanpa edukasi yang cukup, ada kekhawatiran bahwa anak muda akan menggunakan ganja tanpa memahami risiko dan dosis yang aman, yang dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik mereka dalam jangka panjang.
Legalisasi ganja tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan dan aturan yang jelas, terutama dalam hal pemanfaatan medis dan pengendalian peredaran. Dengan regulasi yang tepat, legalisasi ganja dapat memberi manfaat kesehatan dan ekonomi bagi masyarakat. Namun, proses ini membutuhkan sosialisasi, edukasi, serta pengawasan ketat dari pemerintah agar tidak menimbulkan efek yang buruk.
ADVERTISEMENT