Konten dari Pengguna

Dampak Media Sosial terhadap Kesertaan Politik Pemuda dalam Pemilu 2019 dan 2024

Muhammad Yazid Al-Faizi
Fresh Graduate from UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Bachelor Of Law, Comparative Maddhab Study Faculty of Sharia and Law)
4 November 2024 16:32 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yazid Al-Faizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Data Pengguna Media Sosial di Tahun 2019 dan 2024 Foto: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Data Pengguna Media Sosial di Tahun 2019 dan 2024 Foto: Dokumentasi Pribadi

Pemilu 2019

ADVERTISEMENT
Pemilu 2019 menandai dimulainya kompetisi politik yang sengit, di mana para calon presiden dan wakil presiden berlomba-lomba untuk meraih simpati masyarakat. Kampanye yang dilakukan semakin modern dengan memanfaatkan teknologi, terutama media sosial. Melalui berbagai platform digital, para calon, tim kampanye, dan pendukungnya dapat menjangkau jutaan orang secara cepat dan efisien. Selain itu, media sosial juga menjadi ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi dengan menciptakan konten dan saling berbagi informasi.
ADVERTISEMENT
Berbagai kajian mendalam telah mengungkap fenomena menarik dalam lanskap informasi Pemilu 2019 di Indonesia. Data empiris menunjukkan bahwa sebanyak 73,3% masyarakat, khususnya kalangan pelajar, secara aktif mengakses informasi kampanye melalui platform media sosial. Survei terhadap responden berusia 16 hingga 36 tahun mengindikasikan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap dunia digital, dengan rata-rata waktu penggunaan internet dan media sosial mencapai 6 jam 46 menit per hari. Angka ini secara signifikan melampaui waktu yang dialokasikan untuk mengkonsumsi media tradisional. Facebook, dengan jumlah pengguna aktif mencapai 3,3 juta, dan WhatsApp, dengan 2,9 juta pengguna, mendominasi preferensi masyarakat Indonesia dalam berinteraksi di ranah digital. Tren serupa juga terlihat dalam skala global, di mana pengguna internet rata-rata menghabiskan waktu sekitar 6 jam 42 menit setiap hari untuk berselancar di dunia maya. Meskipun terjadi sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, kecenderungan umum menunjukkan bahwa aktivitas online telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor seperti pertumbuhan pengguna baru yang masih dalam tahap eksplorasi serta perbedaan kebiasaan penggunaan antara pengguna berpengalaman dan pemula, kemungkinan menjadi penyebab fluktuasi waktu yang dihabiskan secara online. Pengguna berpengalaman, yang cenderung memiliki perangkat terhubung lebih banyak, cenderung memanfaatkan internet secara lebih intensif.
Maraknya berita hoaks bertema politik, seperti yang tercatat dalam laporan Biro Humas Kominfo (620 konten hoaks), menandaskan pentingnya kampanye yang bersih dan bertanggung jawab pada Pilpres 2019. Pasangan calon dan tim sukses perlu lebih waspada agar tidak terjebak dalam penyebaran informasi yang tidak benar dan berpotensi merusak reputasi serta mengganggu jalannya pesta demokrasi.
Citra pasangan calon presiden pada Pemilu 2019 sangat dipengaruhi oleh narasi yang dibangun di media sosial. Jokowi, dengan citra sederhana dan pekerja keras, berhadapan dengan Prabowo yang tampil gagah sebagai mantan Jenderal. Perbedaan ini memicu polarisasi dukungan di kalangan masyarakat. Persaingan sengit di media sosial, yang ditandai dengan berbagai polemik dan kampanye hitam, telah menciptakan dinamika politik yang unik dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Pilpres Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, kampanye Pilpres 2019 dibayangi dengan meningkatnya penyebaran berita hoaks dan fitnah kepada masing-masing pasangan Capres. Penyebaran berita massif tersebar melalui media sosial dan situs berita online. Melalui penelusuran penulis, penyebaran kampanye negatif dan kampanye hitam, seperti hoaks dan fitnah, disebarluaskan melalui jejaring media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp. Maraknya penyebaran berita hoaks dan fitnah disebabkan setiap warga begitu mudah melakukan penyalahgunaan media untuk menyebarkan informasi hoaks kepada masyarakat.
Selain itu, kampanye Pilpres 2019 diwarnai oleh maraknya penyebaran berita bohong dan fitnah yang ditujukan kepada kedua pasangan calon presiden. Media sosial menjadi alat utama dalam menyebarluaskan kampanye negatif ini melalui platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan WhatsApp. Kemudahan akses dan interaksi di media sosial memungkinkan siapa saja untuk dengan mudah menyebarkan informasi palsu, sehingga menimbulkan dampak yang luas pada opini publik.
ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama meningkatnya partisipasi pemilu 2019 adalah persiapan yang matang dan menyeluruh dari pemerintah serta Komisi Pemilihan Umum (KPU). Langkah-langkah seperti memperpanjang masa perekaman KTP Elektronik dan memberikan kemudahan administrasi bagi pemilih pemula telah mendorong lebih banyak warga negara untuk ikut berpartisipasi. Selain itu, kampanye sosialisasi yang dilakukan secara multi-platform, mulai dari tatap muka hingga pemanfaatan media sosial, telah berhasil menjangkau masyarakat luas dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemilu.

Pemilu 2024

Pada Pemilu 2024, kampanye pasangan calon presiden sangat dipengaruhi oleh kehadiran media sosial. Peran platform-platform digital seperti Facebook, Tiktok, Twitter (X), dan Instagram tidak hanya sebagai sumber informasi, tetapi juga sebagai alat strategis yang dapat membentuk opini publik, menggerakkan massa, dan memodernisasi proses komunikasi politik. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kampanye tahun ini memiliki intensitas yang lebih tinggi dimana para masing-masing pasangan calon membentuk suatu citra kreatif yang pada akhirnya berlomba-lomba untuk menarik peminat pemilihnya yang lebih cenderung pada generasi milenial dan Z yang sangat peduli soal citra seseorang pada media sosialnya.
ADVERTISEMENT
Generasi milenial dan Z, dengan kepedulian tinggi terhadap citra personal dan konten kreatif, menjadi target utama kampanye Pemilu 2024. Para calon presiden berupaya keras membangun citra yang relevan dan menarik di media sosial untuk mendapatkan dukungan dari kelompok pemilih yang sangat melek teknologi ini.
Dalam satu dekade terakhir, media sosial telah merevolusi lanskap kampanye politik Indonesia. Pilpres 2024 menjadi bukti nyata bagaimana calon presiden memanfaatkan platform digital untuk membentuk persepsi publik, menyebarkan narasi politik, dan membangun hubungan langsung dengan pemilih. Platform seperti Facebook, Twitter (X), dan Instagram telah menjadi medan pertarungan utama dalam perebutan suara. Interaksi langsung dengan pemilih melalui media sosial memungkinkan kampanye yang lebih personal dan responsif.
Transformasi digital di Indonesia telah membawa perubahan signifikan dalam dunia politik. Media sosial, sebagai salah satu aktor utama, telah mengubah cara masyarakat menilai calon pemimpin. Strategi kampanye digital yang inovatif menjadi penentu kesuksesan dalam meraih dukungan publik.
ADVERTISEMENT
Dalam persaingan pemilihan presiden, kemampuan memanfaatkan media sosial secara efektif telah menjadi faktor penentu kemenangan. Kandidat yang mampu menyampaikan informasi akurat dan kredibel melalui platform digital berpotensi meningkatkan elektabilitasnya. Namun, keberhasilan kampanye digital tidak semata-mata bergantung pada penguasaan teknologi. Suatu kampanye digital yang efektif harus mampu menjangkau seluruh segmen masyarakat, termasuk mereka yang berada di daerah dengan keterbatasan akses digital.
Di era digital, media sosial telah menjadi panggung bagi para kontestan Pilpres 2024 untuk mempromosikan diri dan meyakinkan pemilih. Prabowo beserta tim pemenang 02 benar-benar memanfaatkan media sosial populer seperti Facebook, Twitter (X), TikTok, dan Instagram sebagai sarana komunikasi visi, misi, dan program kerja kepada masyarakat. Selain itu, dengan adanya media sosial, Prabowo juga dapat berkomunikasi langsung dengan penggemarnya dan mendapatkan tanggapan langsung. Sedangkan Ganjar-Mahfud juga aktif di Facebook, Instagram, dan platform lainnya untuk berdialog langsung dengan masyarakat serta menginformasikan program dan visinya. Selain itu, Ganjar-Mahfud juga Seringkali menggunakan video, mulai dari vlog hingga video pendek, untuk menyampaikan pesan kampanyenya. Upaya ini terbukti ampuh dalam menciptakan kesan positif dan menjalin kedekatan dengan masyarakat, terutama generasi penerus Milenial dan Z. Pendekatan yang lebih personal ini membantu Ganjar membangun hubungan yang lebih erat dengan pemilih, terutama kaum muda. Di sisi lain, Anies Baswedan, beserta tim pemenangnya juga memahami betul potensi ini. Melalui platform seperti Instagram, Tiktok, dan Twitter (X) Anies aktif menjalin komunikasi dengan masyarakat dengan nama “Desak Anies”, Selain berbagi visi dan misi, beliau juga membuka ruang dialog dengan masyarakat Indonesia secara langsung melalui siaran langsung di forum tersebut untuk merespons berbagai isu yang sedang berkembang. Berkat pendekatan yang terbuka dan responsif ini, memungkinkan Anies dan Muhaimin untuk menjalin komunikasi yang lebih intens dengan pemilih, khususnya kalangan muda yang gemar menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Sama seperti pemilu pada tahun 2019, Pemilu 2024 juga kembali dihadapkan pada maraknya berita bohong. Kemampuan masyarakat untuk memilah informasi yang benar atau salah (literasi digital) sangat krusial, terutama dalam menentukan pilihan pemimpin. Di sisi lain, media sosial menawarkan peluang besar bagi para calon presiden untuk menjangkau lebih banyak pemilih. Namun, potensi ini bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan upaya melawan hoaks. Oleh karena itu, calon pemimpin harus pintar-pintar memanfaatkan media sosial sekaligus memastikan informasi yang disampaikan akurat dan dapat dipercaya.
Pada Pemilu 2024 partisipasi menurun juga disebabkannya media sosial bisa memberikan dampak yang berbeda bagi para penggunanya, tergantung bagaimana pengguna bisa memanfaatkannya dengan baik. Namun, terkadang walaupun para pengguna internet sudah menggunakan media sosial dengan baik, tetap saja masih ada para oknum yang menyajikan berita buruk terkait para calon presiden ataupun topik yang sedang ramai diperbincangkan. Hal ini memicu penurunan partisipasi, karena menyebabkan kebingungan dan ketidakpercayaan atas proses politik, sehingga dapat membuat pengguna internet merasa apatis dan ragu untuk berpartisipasi.
ADVERTISEMENT
Penurunan partisipasi pemilu 2024 juga dipengaruhi oleh dampak negatif media sosial. Meski bisa menjadi alat yang bermanfaat, media sosial seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan berita bohong tentang calon presiden atau isu-isu politik lainnya. Hal ini membuat banyak orang bingung dan tidak percaya pada proses politik, sehingga enggan untuk ikut berpartisipasi.

Generasi Milenial dan Z Harus Lebih Aktif dalam Memilah Konten di Media Sosial

Dalam era digital yang serba cepat ini, masyarakat dituntut untuk memiliki kemampuan literasi digital yang tinggi. Kemampuan untuk membedakan antara informasi yang akurat, relevan, dan bermanfaat dengan informasi yang menyesatkan, dangkal, atau bahkan berbahaya menjadi semakin krusial.
Oleh karena itu, generasi milenial dan Z sebagai individu yang melek digital harus senantiasa terus menerus kritis dalam mengonsumsi konten. Dengan demikian, generasi milenial dan Z tidak hanya melindungi diri sendiri dari dampak negatif informasi yang salah, tetapi juga turut serta dalam menciptakan lingkungan digital yang sehat dan produktif.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, seiring berjalannya waktu yang namanya dunia digital akan terus berkembang. Mari jadikan generasi milenial dan Z sebagai agen perubahan dengan selalu membagikan konten yang bernilai tambah dan menginspirasi bagi orang lain.

Referensi

Rulli Nasrullah, (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. (Bandung: Remaja Rosdakary).
Harahap, (2020). Kampanye Pilpres 2019 Melalui Media Sosial dan Pengaruhnya Terhadap Demokrasi Indonesia Komunikologi. Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 17, (1).
Luthfi Kurniawan, (2021). Keadaban Politik: Membincang Kekuasaan Merawat Kewarasan. (Malang: Intrans Publishing).
https://www.komdigi.go.id/berita/pengumuman/detail/siaran-pers-no-95-hm-kominfo-05-2019-tentang-kominfo-identifikasi-486-hoaks-selama-april-2019-total-hoaks-sejak-agustus-2018-sebanyak-1-731
https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2019/
https://wearesocial.com/id/blog/2024/01/digital-2024-5-billion-social-media-users/