Lunturnya Kepercayaan Masyarakat Petani Tebu Terhadap Upacara Adat di Kediri

Mustiska Nurhalizda
Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
7 Juli 2023 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mustiska Nurhalizda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lunturnya Kepercayaan Masyarakat Petani Tebu Terhadap Upacara Adat di Kecamatan Wates KabupatenKediri
zoom-in-whitePerbesar
Lunturnya Kepercayaan Masyarakat Petani Tebu Terhadap Upacara Adat di Kecamatan Wates KabupatenKediri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap entitas yang berada di bumi baik fisik maupun non fisik pasti mengalami perubahan. Seperti halnya perubahan sosial budaya, adat istiadat, peraturan, pola hidup dan sebagainya. Perubahan tersebut bisa terjadi secara sengaja maupun tidak. Setiap masyarakat terus tumbuh dan berkembang untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pada dasarnya masyarakat itu tidak bersifat statis melainkan dinamis dan heterogen.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan zaman yang pesat, tradisi dan kepercayaan adat mulai ditinggalkan dan terlupakan. Fenomena ini tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di pedesaan, seperti halnya di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Daerah tersebut memiliki ragam budaya dan tradisi adat. Salah satu tradisi adat yang dijalankan oleh masyarakat petani tebu di Kecamatan Wates adalah upacara adat. Bagi masyarakat setempat, upacara adat dianggap penting sebagai wujud penghormatan kepada leluhur dan memohon kesuburan tanah untuk hasil panen yang melimpah. Namun, belakangan ini minat masyarakat petani tebu dalam pelaksanaan upacara adat menurun. Tentunya hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor pengubah yang berasal dari internal dan eksternal masyarakat.
Faktor Internal
Perubahan persepsi masyarakat mengenai religi menyebabkan lunturnya kepercayaan masyarakat Kecamatan Wates dalam pelaksanaan upacara adat atau tradisi awal tanam dan awal panen. Berbeda dengan dulu, kini masyarakat setempat tidak lagi menganggap bahwa tradisi ini membawa keberkahan dan terhindar dari wabah penyakit. Keyakinan masyarakat sekarang cenderung dalam praktik keagamaan melalui berdoa sesuai ajaran agama masing-masing sebagai solusi dalam permasalahan hidup dan perlindungan dari penyakit. Mereka juga menyadari bahwa tata olah tanah dan pupuklah yang mempengaruhi kesuburan tanah. Selain dari segi religi, masyarakat petani tebu juga memandang bahwa upacara adat tidak lagi memiliki nilai kebermanfaatan bagi keberhasilan tanaman dan hasil panen yang diperoleh, kecuali hanya sekedar sedekah dalam bentuk makan bersama di sawah atau perkebunan tebu. Perubahan persepsi masyarakat setempat tidak terjadi secara tiba-tiba tetapi perlu melewati proses yang panjang seperti melihat, mengamati, berpikir, bersikap, penyadaran diri, dan mengambil tindakan.
ADVERTISEMENT
Faktor Eksternal
Perkembangan iptek mendorong keterbukaan pikiran dan membentuk pola pikir ilmiah bagi manusia. Kemajuan pendidikan serta wawasan yang luas membantu masyarakat bertindak secara rasional dan mampu menilai apakah budaya yang dianut masih sejalan dengan perkembangan zaman atau tidak. Hampir seluruh wilayah pedesaan telah mendapatkan akses pendidikan, masyarakat ataupun petani telah menempuh pendidikan setidaknya hingga jenjang SMA. Kondisi ini menciptakan kemampuan berpikir kritis dan problem solving dalam menyikapi perubahan. Pendidikan juga membentuk perbedaan persepsi dan sikap dalam cara pandang terhadap sesuatu yang ada dilingkungan. Selain faktor pendidikan, teknologi juga mempengaruhi praktik upacara adat pada masyarakat petani tebu. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari penggunaan teknologi, termasuk di bidang pertanian. Dulu masyarakat membutuhkan tenaga sapi atau kerbau untuk membajak sawah dan memanen menggunakan tenaga manusia. Namun, sekarang teknologi dapat membantu pekerjaan petani dari proses menanam hingga memanen. Teknologi dapat meringankan pekerjaan manusia. Dengan adanya teknologi pertanian, petani lebih mudah dalam mengatasi hama tanaman secara ilmiah menggunakan insektisida, pupuk untuk kesuburan tanah sehingga hasil tanaman tebu menjadi meningkat. Maka dari itu masyarakat tidak lagi melaksanakan upacara adat.
ADVERTISEMENT