PCR Gratis Setiap Hari di China & PeduliLindungi Versi China

Nabila N Harris
Mahasiswi S1 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sun Yat-sen.
Konten dari Pengguna
5 November 2022 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila N Harris tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lokasi PCR gratis di Tiongkok dapat ditemukan di mana saja. Foto diambil di dstrik Haizhu, kota Guangzhou, provinsi Guangdong, Tiongkok.
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi PCR gratis di Tiongkok dapat ditemukan di mana saja. Foto diambil di dstrik Haizhu, kota Guangzhou, provinsi Guangdong, Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Tiongkok menerapkan strategi Zero-COVID policy yang menimbulkan pro kontra di kancah dunia sejak Januari 2020. Zero-COVID identik dengan pengontrolan ketat ketika adanya kasus baru yang terdeteksi, pelacakan interaksi, hingga diwajibkannya tes PCR rutin setiap tiga hari hingga sehari sekali.
ADVERTISEMENT
Semenjak ketibaan saya tepat satu bulan lalu di Tiongkok, saya telah melakukan 22 kali tes PCR. Sementara semenjak Covid-19 muncul dua tahun delapan bulan namanya, saya hanya pernah melakukan tes PCR sebanyak lima kali di Indonesia.
PCR Gratis di Tiongkok
Layaknya kebanyakan negara lain, Indonesia tidak memfasilitasi rakyat dengan tes PCR gratis. Harga tes PCR pun mencapai 300 ribu hingga satu juta rupiah. Berbeda dengan Tiongkok, di mana PCR gratis kini tersebar di berbagai sudut kota.
Titik tes PCR gratis di Tiongkok biasanya mengambil lokasi di luar ruangan seperti taman, pintu masuk stasiun MRT, kompleks perkantoran dan apartemen, hingga di tenda atau bilik di perempatan jalan.
Selain PCR gratis, faskes milik pemerintah maupun swasta juga menyediakan fasilitas PCR berbayar.
ADVERTISEMENT
Per 10 Juni 2022, pemerintah menetapkan anjuran harga PCR dengan cara sample pooling tidak boleh melebihi 5 yuan (10 ribu rupiah), sementara single pooling tidak boleh melebihi 16 yuan (32 ribu rupiah). Faskes milik pemerintah juga dilarang menetapkan harga melebihi yang dianjurkan.
Beberapa faskes menyediakan layanan tes PCR 24 jam, baik gratis maupun sesuai harga yang dianjurkan. Adapun untuk faskes yang menyediakan opsi PCR kilat, umumnya akan menambahkan biaya mendesak (jiaji fei).
Prosedur dan Lama Antrian
Sebelum mengantri PCR, warga wajib menunjukkan kode hijau kepada petugas pertama, lalu menunjukkan barcode identitas diri untuk discan oleh petugas kedua. Terakhir, petugas ketiga akan mengambil sampel di kerongkongan, bukan di hidung. Keseluruhan proses ini umumnya membutuhkan waktu satu atau tiga menit jika tidak terdapat antrian panjang, dan lima hingga sepuluh menit jika sebaliknya.
Titik PCR gratis mudah ditemui di dekat stasiun bus maupun stasiun kereta bawah tanah. Foto diambil di distrik Haizhu, kota Guangzhou, provinsi Guangdong.
Namun, ada juga tempat yang membutuhkan waktu lama mengantri. Ada kalanya, panjang antrian PCR gratis di kota-kota kecjl dapat melebihi 100 meter, mengakibatkan waktu antrian membengkak menjadi satu hingga dua jam. Hal ini disebabkan oleh jumlah titik tes PCR gratis yang tidak sebanyak di kota-kota besar.
ADVERTISEMENT
Berapa Lama Hingga Hasil PCR Keluar?
Hal ini tergantung dari lokasi pengambilan. Beberapa lokasi hanya membutuhkan tiga hingga enam jam, sementara tempat tes PCR lain membutuhkan waktu sepuluh hingga dua belas jam. Namun, jika hasil tak kunjung keluar, penduduk dapat menghubungi nomor telepon 12345.
Apabila hasil PCR tersebut negatif, penduduk akan mendapat kode hijau yang wajib ditunjukkan untuk memasuki fasilitas publik, restoran, tempat kerja, pusat perbelanjaan hingga menaiki transportasi publik.
Aplikasi Kode Kesehatan di Tiongkok
Bicara soal kode kesehatan, jika Indonesia memiliki PeduliLindungi yang dipakai di seluruh nusantara, maka Tiongkok agak berbeda. Setiap provinsinya memiliki aplikasi mini sendiri-sendiri.
Disebut aplikasi mini (xiao chengxu) karena aplikasi ini tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi di dalam aplikasi Wechat maupun Alipay. Pengguna dapat langsung mencari aplikasi di dalam Wechat atau Alipay tanpa perlu mengunduh aplikasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini mempermudah proses adaptasi, karena Wechat dan Alipay layaknya Whatsapp bagi penduduk Indonesia, sudah begitu meresap ke dalam keseharian.
Jika Ibukota memiliki Beijing Jiankang Bao, Shanghai memiliki Suishen Ma, dan Xinjiang dengan suku Uyghurnya memiliki Xinjiang Jiankang Ma, maka provinsi tempat penulis berada—Guangdong—memiliki Yue Kangma.
Meski memiliki tujuan yang sama, tetapi perbedaan resiko di tiap provinsi membuat adanya perbedaan cara penanganan, menjadikan perbedaan standar kode hijau di tiap provinsi.
Karenanya, warga yang perlu bepergian antar provinsi wajib menggunakan aplikasi yang berbeda di tiap provinsi.
Hal ini juga menjadikan setiap provinsi bersaing untuk menciptakan aplikasi yang terbaik dengan ciri khasnya masing-masing. Seperti Sichuan dengan ikon Pandanya, hingga Guangdong dengan barongsainya.
ADVERTISEMENT
PCR Setiap Hari?
Tenaga kesehatan yang tengah menyiapkan lokasi tes PCR. Foto diambil di distrik Haizhu, kota Guangzhou, provinsi Guangdong.
Untuk memasuki fasilitas publik, warga perlu menunjukkan kode hijau dan bukti PCR terakhir yang ada di aplikasi mini. Bukti PCR terbagi ke dalam tiga rentang waktu: 24, 48 dan 72 jam setelah hasil PCR keluar.
Setiap kota, daerah, bahkan institusi dapat memiliki kebijakan yang berbeda-beda. Sebut saja terdapat kasus baru di sebuah perkomplekan yang mengakibatkan komplek tersebut harus ditutup (lockdown), maka daerah tempat komplek tersebut berada akan meningkatkan tingkat kewaspadaannya, salah satunya dengan mewajibkan warganya untuk memiliki kode hijau dan bukti PCR 24 jam setelah hasil PCR keluar. Karena itu, warga yang tinggal maupun berkunjung ke daerah tersebut wajib melakukan PCR setiap 24 jam sekali.
Namun, untuk daerah tanpa kasus dengan tingkat resiko rendah, maka tak jarang ditemui bukti PCR 48 jam atau bahkan 72 jam dapat digunakan untuk mengakses fasilitas publik.
ADVERTISEMENT