Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Belajar Manajemen ASN Ala Haaland
29 Agustus 2022 0:20 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Naldo Helmys tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Erling Haaland sukses mencatatkan diri sebagai pemain pertama yang mencetak trigol di Liga Inggris musim ini. Penyerang yang didatangkan Manchester City dari klub Jerman, Borussia Dortmund, itu memastikan kemenangan timnya 4-2 kala menjamu Crystal Palace di Etihad Stadium, Sabtu (27/8). Liga baru berlangsung empat pekan tapi Haaland sudah menorehkan enam gol.
ADVERTISEMENT
Debut Haaland bersama City berlangsung 24 Juli 2022 lalu pada laga pramusim. Kala itu Haaland menjadi pencetak gol tunggal penentu kemenangan City atas Bayern Muenchen. Enam hari kemudian, Haaland harus merelakan gelar Community Shield kepada Liverpool tatkala dirinya gagal memanfaatkan sejumlah peluang. City takluk 1-3 dari Mohamed Salah, dkk. Kekalahan itu membuat dirinya sempat diragukan sulit beradaptasi dengan gaya permainan tim yang diasuh Pep Guardiola itu.
Namun, ketika Liga Inggris musim ini digelar pada 7 Agustus 2022 lalu, Haaland berhasil mencetak dua gol ke gawang West Ham. Debut Haaland di Liga Primer mungkin saja berbuah trigol jika dia tidak ditarik keluar lapangan dan digantikan Julian Alvarez pada menit ke-78. Pada pekan kedua, City menghancurkan Bournemouth 4-0. Umpan Haaland kepada Ilkay Gundogan berbuah gol pembuka. Sayang, pada laga itu Haaland tidak mencetak satu gol pun.
ADVERTISEMENT
Ujian sepak bola tanah Inggris datang pada Haaland pada pekan ketiga. City yang lebih dulu unggul lewat Gundogan dibuat tak berkutik oleh aksi Allan Saint-Maximin, dkk tatkala Newcastle berbalik unggul 3-1. Akan tetapi pada menit ke-61 Haaland membobol gawang Newcastle. Gol yang sangat penting karena mampu mengembalikan kepercayaan City. Permainan berakhir 3-3.
Setelah laga itu City terbang ke Spanyol menjawab tantangan Barcelona dalam sebuah laga amal. Tampil dari bangku cadangan, Haaland menggantikan Alvarez pada menit ke-72. Skor akhir 3-3 tanpa satu pun gol dari Haaland.
Sabtu lalu Haaland menemukan momentum. Menghadapi Palace, City tertinggal lebih dulu lewat gol bunuh diri John Stones saat pertandingan baru empat menit. City kembali tertinggal lewat gol Joachim Andersen pada menit ke-21. Di babak kedua, Bernardo Silva memperkecil ketertinggalan City lewat golnya pada menit ke-53. Tidak sampai sepuluh menit, Haaland membuka pesta golnya. Lagi dan lagi Haaland membobol gawang Palace pada menit ke-70 dan 81. Gol itu memastikan trigol pertamanya bersama Manchester City. Total Haaland telah menyumbangkan tujuh gol dari tujuh laga bersama City dari semua kompetisi. Statistik yang sangat menjanjikan.
ADVERTISEMENT
Filosofi Bekerja Haaland
Haaland memang luar biasa, tapi dia masih belum siapa-siapa. Dia belum memenangkan gelar besar apapun. Tidak Liga Champions. Tidak Ballon d’Or. Apalagi Piala Dunia. Tim nasional Norwegia yang dibela Haaland gagal di kualifikasi Grup G serta harus mengakui ketangguhan Belanda yang kemudian lolos ke Piala Dunia 2022 Qatar. Gelar juara yang berhasil ditorehkan Haaland ‘hanya’ Juara Bundesliga Austria 2019 dan 2020 serta Juara Piala Austria 2019 (bersama RB Salzburg), dan Juara Piala Jerman 2021 (bersama Dortmund).
Dari segi gelar prestisius, Haaland tentu kalah dengan Kylian Mbappe yang berhasil mengantar Prancis juara Piala Dunia 2018 Rusia. Haaland juga masih terlalu dini untuk digadang menjadi legenda sepak bola masa depan seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi saat ini.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, sepak bola tidak hanya soal gol, kemenangan, dan gelar juara. Dilihat dari sudut pandang lain, sepak bola punya irama, di dalam dan luar lapangan, yang membentuk harmoni kosmosnya sendiri. Tidak jarang filosofi bermain atau taktik sepak bola diadopsi dalam manajemen organisasi.
Sebagai ilustrasi, gaya permainan total football tim nasional Belanda pada 1970-an ketika para pemain dituntut dapat bermain di luar posisi lazimnya dapat diadopsi dalam manajemen aparatur sipil negara (ASN) saat ini. Dengan sistem merit yang mengutamakan kepantasan, kerja-kerja ASN tidak lagi monoton yang fokus pada tugas pokok dan fungsi (tupoksi) individual, tetapi bergerak lebih fleksibel sesuai pencapaian kinerja organisasi.
Dalam konteks yang agak mirip, Indonesia juga pernah menjalankan ‘diplomasi total’ yang kurang lebih seperti ‘sepak bola total’. Yang dikejar tidak hanya gol (baca: tujuan politik), tapi juga sektor lain seperti investasi, perdagangan, kesempatan kerja, pariwisata, dan lainnya. Yang bergerak dalam diplomasi total ini juga bukan hanya satu pemain (baca: stakeholder). Pemain belakang atau pemain sayap sama pentingnya untuk mencetak gol. Diplomasi total pun dalam menjalankan negosiasi menganggap relasi pemerintah-masyarakat sama pentingnya dengan relasi masyarakat-masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kembali ke Erling Haaland. Filosofi bermainnya, baik di dalam maupun lapangan hijau, dapat memberikan inspirasi bagi pengelolaan manajemen ASN secara khusus, maupun pengelolaan kepegawaian secara umum. Pertama, yang paling mencolok, Haaland datang untuk membesarkan tim, bukan sebaliknya. Dari setiap laga, secara lahiriah para pemain memberikan Haaland umpan matang yang dikonversi menjadi gol. Namun, tujuan bermainnya bukan seperti itu.
Pada 17 September 2019, Haaland memulai debut di Liga Champions bukan bersama klub besar, melainkan bersama RB Salzburg, yang garang di liga domestik Austria, tapi tak pernah diperhitungkan di kasta tertinggi Eropa. Musim 2019-20 itu adalah pertama kali bagi Salzburg berkompetisi kembali di Liga Champions setelah 25 tahun absen. Pada laga tersebut, Haaland mencetak trigol melengkapi kemenangan 6-2 Salzburg atas KRC Genk dari Belgia. Meski Salzburg gagal lolos dari fase grup, Haaland menyumbang delapan gol untuk timnya. Alhasil, Salzburg yang awalnya bukan apa-apa sempat menjadi pusat perhatian berkat Haaland.
ADVERTISEMENT
Kedua, Haaland tidak beradaptasi sendirian. Di usia yang terbilang masih sangat muda, Haaland (22) telah membela berbagai klub dari Bryne, Molde, Salzburg, Dortmund, hingga City. Meski berkewarganegaraan Norwegia, dia dilahirkan di Leeds, Inggris, ketika ayahnya, Alfie Haaland bermain untuk klub Leeds United. Alfie kemudian membela City pada 2000-2003, fase di mana Erling kemudian menjadi fans cilik dari klub Manchester tersebut. Kepindahan Erling ke City musim ini pun juga tidak lepas dari peran sang ayah.
Meski Haaland tidak lagi asing dengan Inggris maupun Manchester City, dia mengakui tidak mudah untuk beradaptasi di negara baru. Akan tetapi seperti yang ditunjukkan sang ayah - mengantar putranya pada latihan perdana di klub baru hingga menonton laga sang anak - proses adaptasi Haaland terbilang mulus.
ADVERTISEMENT
Di sini sistem pendukung seperti keluarga atau orang terdekat sangat penting untuk membantu beradaptasi. Masa orientasi terbaik bagi Haaland telah membuatnya mampu menemukan insting bermainnya dengan cepat. Haaland jelas harus menyesuaikan diri dengan permainan tim, tetapi pada saat yang sama, seluruh sistem manajemen di City mendukung performanya. Tentu tidak terbatas pada keluarga.
Belajar dari Haaland, orientasi dan adaptasi dalam manajemen pegawai sepatutnya membangun sinergi dua arah. Bukan saja pegawai yang mesti beradaptasi dengan lingkungan kerja, tetapi masa orientasi yang dirancang sudah seharusnya dirancang untuk memberi kesempatan pada pegawai baru untuk digali potensi dirinya. Dalam hal ini, seperti manajer di lapangan hijau, peran mentor dalam pengembangan pegawai sangatlah signifikan.
Banyak pesepak bola yang karirnya tamat justru sebelum berkembang. Tentu saja hal serupa tidak diharapkan dalam manajemen ASN. Melalui proses pelatihan dasar tentu sangat diharapkan instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dapat menemukan Haaland-Haaland dalam setiap proses perekrutan. Calon ASN jadi punya prestasi seperti Haaland, siapa takut!
ADVERTISEMENT