Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Peran Media Sosial dalam Mendukung Skill Penyandang Disabilitas Pada Brand Layak
23 Januari 2025 17:43 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari NAURAH LISNARINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Strategi Pemasaran Inklusif Disabilitas Clothing Brand Layak Indonesia
Di Indonesia, penyandang disabilitas masih menjadi kelompok yang kurang terwakili di media. Tidak jarang, representasi mereka justru cenderung bias dan stereotip. Sebagian besar media lokal menggambarkan penyandang disabilitas dengan narasi yang mengundang rasa iba atau empati berlebihan. Fenomena ini tidak hanya membatasi potensi mereka untuk dilihat secara setara, tetapi juga membuka celah eksploitasi atas nama pemasaran.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring berkembangnya kesadaran akan pentingnya inklusivitas, pemasaran inklusif mulai mendapatkan tempat sebagai pendekatan baru yang mencerminkan keragaman masyarakat. Strategi ini berfokus pada autentisitas dan representasi yang menggambarkan realitas kehidupan, termasuk bagi kelompok yang terpinggirkan seperti penyandang disabilitas.
Media sosial menjadi platform utama bagi brand untuk menerapkan pemasaran inklusif. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook memberikan ruang bagi brand untuk berinteraksi langsung dengan audiensnya. Dalam konteks Indonesia, beberapa brand telah mengambil langkah signifikan untuk mendukung inklusivitas.
Selain itu, media sosial memungkinkan brand untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya inklusi. Contohnya kampanye seperti yang dilakukan oleh BLP Beauty dan Kopi Tuli tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap keberagaman. Dengan menampilkan individu dari berbagai latar belakang, mereka menunjukkan bahwa keberagaman adalah aset, bukan hambatan.
ADVERTISEMENT
Tantangan dan Peluang
Meskipun potensi pemasaran inklusif sangat besar, ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah risiko tokenisme, yaitu penggunaan representasi disabilitas hanya untuk tujuan komersial tanpa komitmen nyata terhadap inklusi. Oleh karena itu, brand harus memastikan bahwa setiap kampanye mencerminkan nilai-nilai mereka secara otentik.
Di sisi lain, peluang untuk menciptakan dampak positif sangat besar. Studi menunjukkan bahwa konsumen, terutama dari generasi milenial dan Gen Z, lebih cenderung mendukung brand yang mempromosikan nilai inklusi dan keberagaman. Dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial, brand dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan audiensnya.
Setiap konten @layakindonesia mendapatkan respons positif dari followers dan mereka senang melihat berbagai konten dan pemasaran yang diterapkan oleh Layak Indonesia. Mereka menunjukkan empati mereka seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas. Komentar tersebut menyebutkan bagaimana model disabilitas dapat memberikan energi positif kepada audiens daring akun @layakofficial.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah dapat berperan penting dalam mendorong inklusivitas dengan menetapkan regulasi yang memastikan representasi positif penyandang disabilitas di media dan iklan. Pedoman ini akan membantu menciptakan citra yang lebih adil dan tidak stereotipikal terhadap mereka. Selain itu, memberikan insentif kepada perusahaan yang menjalankan kampanye inklusif, seperti penghargaan atau pengurangan pajak, dapat mendorong lebih banyak brand untuk mengintegrasikan nilai-nilai inklusif dalam strategi pemasaran mereka. Kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran publik juga diperlukan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya inklusi, baik di dunia nyata maupun dalam dunia pemasaran. Tak kalah penting, mendukung penelitian tentang dampak pemasaran inklusif serta teknologi yang meningkatkan aksesibilitas media digital akan mempercepat kemajuan dalam menghadirkan media yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
Pemasaran inklusif bukan hanya tentang memenuhi kewajiban sosial, tetapi juga tentang menciptakan nilai bersama bagi brand dan masyarakat. Dengan mengintegrasikan prinsip inklusi ke dalam strategi pemasaran, brand dapat membangun hubungan yang lebih autentik dengan audiensnya sekaligus mendorong perubahan sosial yang positif.
Langkah-langkah yang diambil oleh brand seperti Layak Indonesia Beauty menjadi bukti bahwa inklusivitas bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan. Dukungan dari pemerintah, komunitas, dan sektor swasta akan memperkuat ekosistem ini, menciptakan ruang di mana setiap individu, tanpa memandang kemampuan atau latar belakang, dapat merasa diwakili dan dihargai.